1

235 22 10
                                    

Genap dua minggu Nami menjadi seorang mahasiswa. Hari ini tepatnya adalah hari exhibition UKM di Universitas Grand Line.

Saat Nami berjalan memotong barisan UKM—ia sama sekali tidak meladeni kakak-kakak tingkatnya yang menawarkan Nami untuk masuk ke UKM mereka.

"Oh, ayolah gadis cantik kau harus masuk ke klub drama ini akan kujamin kau menjadi pemain utamanya," kakak tingkat laki-laki yang membagikan flyer klub drama pun meraih tangan nami.

Nami menghela nafas kasar, "Dengar ya? Aku tidak akan pernah masuk ke UKM drama apalagi kalau para anggotanya lancang seperti mu," ujar Nami sambil mengangkat pergelangan tangannya yang masih dipegang oleh kakak tingkatnya itu.

Nami kemudian segera menepis tangannya pria itu dengan kasar dan lanjut berlari untuk mencari UKM yang ia cari.

"Cih, sialan sok cantik," ujar pemuda tadi. Membuat Nami menghentikan langkahnya, tentu saja ia geram dengan perkataan tidak sopannya itu.

"Ya? Memang kenapa? Dan kau orang jelek tidak usah banyak bicara," timpal Nami sambil melukiskan senyum remeh diwajahnya.

Nami kemudian berlari lagi, masih mencari UKM yang ia paling incar dikampus ini. Konon katanya klub yang Nami inginkan ini di ketuai oleh seseorang yang bekerja di salah satu radio ternama—namun tidak ada satupun yang mengetahui radio ternama apa tempat ketuanya bekerja.

Ya, UKM yang Nami incar adalah klub radio. Menjadi seorang announcer adalah keinginannya sejak kecil. Berbicara dengan orang asing, memutarkan lagu favoritnya yang akan di dengar banyak orang membuat Nami merasa bahagia meski hanya memikirkannya.

Tapi saat ini, itu tidak hanya akan menjadi mimpi seorang Nami kecil. Di tempat kuliahnya ini, Nami akan mewujudkan cita-cita Nami kecil menjadi seorang penyiar radio.

Tidak lama, tenant klub radio pun terlihat di pelupuk matanya. Membuat mata Nami kian berbinar bahagia melihatnya. Nami segera berlari ke tenant klub radio dan segera mengambil flyer yang berada di tangan anggota klub radio.

"Wah! Akhirnya kutemukan juga! Senpai, aku ingin ikut klubmu boleh tidak?" tanya Nami tanpa basa-basi.

Pemuda yang berbicara dengannya kali ini hanya menatapnya datar, surai hijau nya yang mencolok mata sebenarnya ingin membuat Nami tertawa. Tapi apa daya, Nami tidak bisa kurang ajar karena dia pasti akan berurusan dengan orang ini jika berhasil masuk ke klub radio.

"Tentu saja, tuliskan namamu dan nomor ponselmu disana kami akan menghubungimu untuk audisi yang akan kami adakan tiga hari lagi."

"Baiklah! Ngomong-ngomong namaku Nami, senang berkenalan denganmu! Dan kalau boleh tahu, siapa namamu, senpai?" ujar Nami sambil menulis nama dan nomor ponselnya di buku pendaftara audisi klub radio.

"Namaku Roronoa Zoro, panggil saja aku Zoro aku wakil-ketua dari klub radio ini. Dan jangan panggil aku dengan embel-embel senpai, aku merasa tidak nyaman."

Nami tak habis pikir, wakil ketua?

Kenapa wakil ketua klub radio terlihat seperti orang yang malas. Sorot matanya saja saat ini menunjukkan bahwa ia mengantuk.

"Oh baiklah Zoro, anyway aku sudah menuliskan namaku disana. Arigatougozaimasu!"

"Hn, sekarang pergilah."

"Okay, baiklah tapi ngomong-ngomong dimana ketua kalian?" tanya Nami yang sebenarnya ia penasaran dengan orang yang kelak akan menjadi ketuanya nanti.

"Ah? Dia dan para ketua seluruh UKM sedang rapat bersama rektor kami jadi kami yang handle disini."

Nami mengangguk mengerti, kemudian ia meninggalkan Zoro tentu saja tanpa lupa mengucapkan; sampai bertemu nanti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ON-AIR Radio • LuNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang