Chapter 5 - Rasa Sakitnya

18 1 0
                                    

[POV Lidi]


"......"

"......"

Keheningan memenuhi ruangan.



Bagaikan lupa dengan keadaan, kami berhenti bergerak.

Keadaan saat ini? Kami sama-sama tak berbusana dan jarinya masih berada 'di sana'.

"...Diana?"

"...Seperti yang kau kira......"

Awalnya, aku berpikir kalau aku tidak ketahuan, maka kita bisa melakukannya saja langsung tanpa harus melewati pembicaraan seperti ini, tapi tampaknya semua ini tidak akan berjalan semudah itu. Mungkin dia menyadarinya, karena dia merasa kalau di bawah sana terasa ketat.

"Hmm..."

Dengan gelisah aku kembali mengalihkan pandanganku.

"Iya... Aku masih 'suci'."

Aku memilih untuk mengatakannya dengan serius dan tegas.

"Emm... Apakah itu merepotkan bagimu?"

Wajahnya terlihat menegang, aku mulai merasa takut.

Bagaimana kalau dia tidak mau melakukannya denganku.

Aku mulai panik, tapi kemudian dia menggelengkan kepalanya.

"Tidak, bukan itu.... Kukira kau terbiasa dengan semua ini... Aku hanya tidak menyangkanya..."

"Ini benar-benar yang pertama kalinya bagiku."

Pertama kalinya di dunia ini, di kehidupanku yang sebelumnya aku pernah melakukannya.

Mungkin karena itu dia mengira kalau ini bukanlah yang pertama bagiku.

"Ya, aku mengerti... Karena itulah... 'Di sini' sangat ketat..."

......


"Reaksi semacam itu, ini pertama kali aku melihatnya."

Aku ingin bertanya apa maksudnya, aku membuka mulutku untuk bertanya, tapi jari-jarinya membuatku tak bisa mengatakan apapun.

Tubuhku kembali bereaksi.

"...Hei, pengalaman pertamamu, apa tidak masalah aku mengambilnya?"

Sambil terus menggerakkan jarinya, dia bertanya dengan berbisik di telingaku.

Sepertinya dia tidak punya niat untuk berhenti, aku merasa lega.

Untuk menjawab pertanyaannya, aku hanya bisa mengangguk kecil.

"Jika itu tidak menjadi masalah bagimu.... Ahh!"

Gerakan jarinya semakin liar di sana.

"Ahh!... Di sana..!"

Air mataku terjatuh dari mataku, bukan karena sakit tapi karena aku merasa nikmat.

"Kau suka 'di sini'. Baiklah, aku akan terus menyentuhnya... Aku tidak merasa kalau ini adalah masalah. Justru aku merasa sangat senang, ini adalah suatu kehormatan... Tapi, apakah kau tidak memiliki kekasih atau tunangan yang seharusnya mengambil pengalaman pertamamu?"

"Tunangan..." Satu kata itu, tanpa sadar aku mengatakannya. Dan dia langsung bereaksi begitu aku mengatakan kata itu.

"...Jadi kau memilikinya? Meski begitu, apa tak masalah aku yang mengambilnya?"

"Tidak ada siapa pun. Aku tak memiliki kekasih atau semacamnya!!!"

Jari-jarinya terus bergerak, aku tak punya pilihan lain, selain menjerit.

Tangannya yang satunya lagi juga ikut bermain, mempermainkan dadaku. Padahal dia bertanya padaku 'apakah tak masalah?' tapi kelihatannya dia justru tak mau berhenti.

"Hmm... Jadi kau memiliki tunangan. Ya, untuk orang seusiamu memiliki tunangan itu memang wajar. Tapi, kau malah menerima 'undanganku'.... Mungkinkah, kau tidak berjalan baik dengan tunanganmu?"

"...Itu bukan urusanmu!"

Berjalan baik atau tidak, aku bahkan belum pernah bertemu dengannya. Aku tidak ingin terlibat ke dalam Keluarga Kerajaan yang berpoligami itu, aku ingin mengakhiri pertunanganku dengannya. Karena itu aku membuat rencana seperti ini.

I Don't Want to Become Crown Princess!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang