―acht.

256 70 0
                                    

Yeji menimang pulpen yang dipakainya untuk mencatat, seketika merasa khawatir begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeji menimang pulpen yang dipakainya untuk mencatat, seketika merasa khawatir begitu saja. Perasaannya kembali bercampur aduk ketika dirinya mengingat lagi perkataan yang dilontarkannya kemarin.

"Tentu saja aku siap, ayo bawa Mama dan Papa kembali lagi ke rumah."

Yeji menghela napas panjang, lalu menjatuhkan pandangannya ke depan. Sang empu yang menempati bangku itu tidak masuk lagi sekarang, rasanya kosong sekali tanpa kehadirannya.

"Kenapa Yonghee tidak ada?" Yeji mengalihkan pandangan ke sebelah, tepatnya pada Siyeon yang sedang sibuk dengan ponselnya. "Ah, kukira kau sedang memperhatikan."

Siyeon tertawa kecil sesaat, "Aku tidak tahu. Yonghee sama sekali tidak memberikan kabar apa-apa―"

"Apa kemarin dia pulang karena mimisan lagi?"

"Jujur, aku juga tidak tahu," Siyeon mengangkat bahu. "Dia tiba-tiba menghilang kemarin, tapi di mejanya masih ada kotak makan dari Hyunjin―sepertinya untukmu, Ji."

Yeji spontan membuka kunci ponselnya, lalu mencari nomor kontak Yonghee di antara nomor kontak teman-temannya yang ia salin dari ponsel Siyeon saat dirinya menumpang di rumahnya.

yeji
kau tidak apa-apa? |

Menyadari pesannya tidak dibalas secepat biasanya membuat Yeji menarik napas lebih panjang. Kekhawatirannya bertambah, membuat perutnya mual seketika.

Sungguh, Yeji benar-benar penasaran sekaligus takut dengan apa yang Yonghee sembunyikan darinya.

🅔🅒🅒🅔🅓🅔🅝🅣🅔🅢🅘🅐🅢🅣

Bel pulang berbunyi nyaring, namun Yeji sudah keluar dari kelasnya sedari tadi. Pandangan pertamanya setelah keluar disambut oleh sosok Hyunjin, yang tampaknya sudah menunggu lebih dini.

"Kenapa kau di sini?" Yeji dengan segera mengikuti langkah Hyunjin.

"Kau tidak ingat dengan rencana kita hari ini?" Hyunjin bertanya balik.

"Yang 'itu'?"

Hyunjin tersenyum lembut setelah mendengar pernyataan Yeji barusan, tampak lega. Ia menepuk pundak adiknya, lalu menariknya ke dalam pelukan kemudian.

Entah kenapa, rasanya Yeji ingin menangis tiba-tiba. Pelukan Hyunjin kini terasa lebih hangat daripada biasanya, membuatnya semakin yakin dengan keputusannya.

Tidak mudah bagi Yeji untuk sepenuhnya lepas dari apa yang sudah menjadi bagian dari hidupnya, namun untuk sekarang, dia akan berusaha keras―demi keluarganya.

eccedentesiast | hwang yeji ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang