―eins.

668 114 6
                                    

"Ayo turun, kita sarapan dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo turun, kita sarapan dulu."

Yeji yang tengah memperbaiki riasan wajahnya menoleh malas, lalu menemukan sosok sang saudara kembar―Hwang Hyunjin―yang tengah berdiri sembari melipat tangan. Gadis itu menghela napas pelan, lalu menatap lawan bicaranya spontan.

"Kau saja duluan. Aku―"

"Kenapa kau itu bebal sekali, hah?" tatapan Hyunjin berubah tajam. "Kau belum makan sejak kemarin siang, perutmu pasti sangat kelaparan,

"Jangan manja, Yeji."

Sial, dua kata keramat itu lagi.

"Aku bukan anak kecil yang harus menuruti semua perintah," sanggah Yeji, dingin. "Jangan mengatakan itu lagi, aku tidak suka."

Hyunjin tertawa kecil, lalu melangkah perlahan mendekati Yeji. Lelaki itu mengacak pelan puncak kepala adiknya, cukup asal namun rasanya hangat.

"Kau memang bukan anak kecil lagi, aku tahu itu," ucap Hyunjin lembut. "Tapi kau tetaplah adikku―walau kita hanya berbeda beberapa menit saja. Kau masih masuk tanggung jawabku."

"Ah, my heart is touched," ujar Yeji, sarkas. "Sebaiknya kau mengurus dirimu sendiri saja, Jin,

"Dah, aku pergi duluan."

Yeji menyandang tasnya lalu melangkah melewati Hyunjin yang kembali menghela napas panjang. Tangan lelaki itu dengan cepat menepuk pelan pundak Yeji, membuat pergerakannya seketika berhenti.

"Kau ini sakit, Hwang Yeji," ucap Hyunjin, pelan. "Karena itu aku harus menjagamu sebaik mungkin."

"Tidak, aku sehat," balas Yeji sinis. "Berhenti memberiku cap sebagai orang sakit. Aku baik-baik saja, Hyunjin."

"Diamlah, aku mengerti dengan semuanya," Hyunjin tertawa kecil. "Jangan pura-pura lupa, kau ini dulu mengidap kan―"

Yeji spontan mencengkeram pundak Hyunjin erat, "Bisakah kau diam?"

Hyunjin menggelengkan kepala, lalu tersenyum setelahnya, "Then, let's eat first."

Yeji memutar bola matanya malas sebelum akhirnya menganggukkan kepala juga, "Aku akan melaporkan semua perilakumu pada Mama nanti."

"Mama sedang sibuk, mengapa kau tidak bilang pada Papa saja?"

Yeji menghiraukan pertanyaan Hyunjin barusan, lalu menuruni anak tangga dengan hati-hati kemudian. Gadis itu pun menatap semua hidangan yang tersedia di meja makan, memang tampak lezat namun sayangnya perutnya sedang tidak bersahabat sekarang.

"Kenapa? Perutmu sakit?" tanya Hyunjin, terlihat khawatir. "Apakah penyakitmu itu datang lagi?"

"Tidak, mungkin hanya datang bulan saja," balas Yeji yakin. "Mama bilang dia akan berkunjung, apakah dia sudah menghubungimu?"

"Kubilang juga dia sedang sibuk," Hyunjin memusatkan perhatian pada roti di tangannya. "Tapi aku sudah mengirim pesan teks pada Papa, dia―"

















"Seharusnya kau tidak usah melakukan itu," sela Yeji, cepat. "He is busier than we thought."

"Ah, selalu saja begitu," Hyunjin memalingkan wajahnya sejenak. "Sampai kapan kau harus membencinya? Dia sudah meminta―"



















"Satu kata maaf saja tidak cukup, Hwang Hyunjin," ucap Yeji, dalam. "If only he was aware of his behavior, maybe today our family is still intact."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
eccedentesiast | hwang yeji ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang