Happy reading🤍
Seorang anak laki-laki berusia dua belas tahun tak henti-hentinya menangis melihat sahabat yang baru didapatnya satu minggu ini hanya bisa berbaring di tempat tidur, kedua kakinya kram, terasa sakit jika digerakkan.
"Jangan nangis ya, Sya. Sebentar lagi Mama Dewa datang sama tukang urut, hisk ...." Dewa, nama anak laki-laki itu, kembali menyeka air matanya yang keluar.
Gadis seusia Dewa yang tengah memainkan ponselnya dengan tenang mengerutkan dahi bingung. "Lah, kan, lo yang dari tadi nangis."
"Hisk ... kenapa kamu mau sih dihukum buat keliling sekolah sambil jalan jongkok?"
"Karena gue melanggar peraturan."
"Kenapa kamu nggak nurut sama peraturan aja?"
Gadis itu merotasi bola matanya malas. "Lo pikir gue mau kek kalian gitu, dandan kek orang gila."
Semuanya berawal dari Masa Orientasi Siswa di hari pertama mereka masuk SMP.
Seluruh peserta didik baru diwajibkan mengenakan seragam putih biru, kaos kaki beda warna, rambut dikuncir dua puluh, dan segala tetek bengeknya. Namun, berbeda dengan gadis bernama Rasya yang memiliki retina cokelat, dan tampang cuek andalannya. Ia memilih tampil normal saat mengikuti masa orientasi, mengundang banyak pasang mata memperhatikannya, tak terkecuali anggota OSIS yang menjadi panitia.
Selesai upacara pembukaan masa orientasi, Rasya dan tetangga barunya, Dewa, memilih duduk di pinggir lapangan rumput yang teduh. Mereka sama-sama meluruskan kaki. Menunggu instruksi selanjutnya dari panitia.
"Kamu kenapa nggak mengikuti peraturan?" Dewa menyuarakan pertanyaan yang sedari tadi membingkai otaknya.
"Ogah banget." Rasya menyahut tak acuh. Mana mau ia repot-repot berdandan seperti orang gila.
"Kalau dihukum gimana?"
"Ya dijalani lah."
"PANGGILAN UNTUK SISWA BARU BERNAMA RASYA ILUSI BIDNAYA, SEGERA MENUJU SUMBER SUARA!"
Suara yang terdengar dari pengeras suara menghentikan percakapan Rasya dan Dewa. Mereka hanya saling melempar tatapan bingung.
"Keknya ... gue bakal dihukum deh."
Rasya langsung bangkit, ia membersihkan bagian belakang roknya yang kotor akibat duduk di rumput. Ia melangkah dengan percaya diri menuju sumber suara yang berada di tengah lapangan.
"KAMU TAHU SALAHMU DI MANA?"
Rasya langsung mendapatkan semprotan dari seorang kakak kelas laki-laki yang tadi memperkenalkan diri sebagai Ketua OSIS begitu ia sampai di tengah lapangan.
Rasya mengangguk. "Tidak taat aturan?"
"KALAU SUDAH TAHU KENAPA DILANGGAR?"
Rasya tersenyum kecut. "Aturan MOS macam apa ini, gue ke sini buat belajar, bukan jadi orang gila."
Wajah si Ketua OSIS langsung merah padam. Marah. Jelaslah. Baru kali ini ia mendapati adik kelas yang lancar membantah.
"JALAN JONGKOK DARI LANTAI SATU SAMPAI LANTAI TIGA. SEKARANG JUGA!"
Seluruh siswa baru langsung menegang di tempat, pun Dewa yang tiba-tiba merasa nyeri di dadanya.
©©©tararengkyu sudah membaca cerita ini❤️
see u next chapter 🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
SAHABAT KETUA OSIS (HIATUS)
Teen FictionDewa dan Rasya bagaikan buah apel dan ulatnya. Begitulah kata orang lain. Dewa hampir sempurna tanpa celah jika saja tidak memiliki sahabat seperti Rasya Ilusi Bidnaya. Sampah sekolah, itulah sebutan untuknya. Bagi Rasya, Dewa adalah segalanya, pun...