-2

3.2K 339 55
                                    

Ketukan sepatu terdengar di gedung tinggi pencakar langit, dengan desain serba putih di tambah balutan kaca yang terkesan elegan, Rezvan melangkahkan kakinya di perusahaan Altezza Corp.

Perusahaan turun temurun dari peninggalan kakek-nya yang ia kelola dengan baik sampai bisa membuka cabang di beberapa negara seperti Singapura, Jepang, Malaysia, Korea selatan dan beberapa kota lainnya di indonesia dan sebisa mungkin menjadi seorang pengusaha harus membagi waktu dengan anak dan istrinya.

Sapaan selamat pagi Rezvan dapatkan saat melangkah menuju ruangannya, kaki-nya terhenti di depan pintu cokelat besar bertulisan Cief Executive Officier room.

Memasuki ruangannya sendiri menyimpan tas kantornya, Rezvan membuka laptopnya melihat jadwal yang sekarang ia kerjakan, tak lama seorang wanita dengan baju hitam rok pendek yang sedikit sobek menampilkan jenjang paha-nya yang mulus itu.

"Selamat pagi pak." ucap wanita itu.

Rezvan sedikit menurunkan tinggi laptop yang terbuka, melihat penampilannya dari atas sampai bawah, saat pandangan Rezvan terhenti di wajahnya wanita itu tersenyum.

"Kenapa?" tanya Rezvan kembali fokus pada laptopnya.

"Saya Lucia sekertaris baru di perusahaan bapak." ucap Lucia jelas sambil berbicara lembut.

Memang kemarin sekertaris Rezvan mendadak mengundurkan diri dari perusahaannya dengan alasan mengikuti suaminya pindah ke luar kota, akhirnya Rezvan meminta Deka yang nottaben-nya tangan kanan Rezvan untuk mencari sekertaris baru.

Dari tampang Lucia bisa memungkinkan dirinya untuk di angkat jadi sekertaris baru, Rezvan berdehem menetralkan wibawanya.

"Anda urus file di pojok sana, nanti ada rapat klien dari Singapura anda siap-siap saja jam 11 siang." ujar Rezvan tanpa menatap Lucia sama sekali padahal dari tadi Lucia menatapnya dalam.

Lucia sedikit membungkukan badannya "Baik pak."

Jari Rezvan terhenti saya pikirannya tiba-tiba teringat Fellicya yang drop itu, menutup laptopnya lalu jarinya menekankan beberapa tombol di handphone-nya, Lucia memperhatikan gerak-gerik Rezvan, pikirannya bertanya-tanya.

"Dia udah nikah belum ya? Ganteng banget." gumam Lucia yang masih menatap Rezvan dari kejauhan.

"Hallo sayang?"

"Kenapa Van?"

"Kamu baik-baik aja? Udah enakan belum?"

"Udah sayang, aku juga lagi main sama Arez."

"Alhmdulillah kalo gitu, kamu udah makan belum sarapan yang aku bikin tadi?"

"Udah sayang kamu-"

"Pak ini file-nya sudah selesai." ucapan Fellucya di telfon terhenti saat mendengar suara seorang wanita yang berdekatan dengan Rezvan.

"Siapa itu?! Kamu mau macem-macem lagi sama aku iya? Hah?!"

omel Fellicya yang naik hingga ke oktaf paling tinggi.

Rezvan sedikit menjaukan handphonenya dari telinga, teriakan Fellicya bisa merusak gendang telinga mungkin, mood Fellicya yang berubah-ubah saat mengandung itu sudah Rezvan rasakan pada kehamilan Arez, putra pertamanya.

Rezvan mengisyaratkan agar Lucia tidak berbicara terlebih dahulu saat ia bertelfon dengan tatapan sinisnya, Lucia pun memundurkan beberapa langkah dari jarak Rezvan sedang berdiri.

"Engga sayang ya tuhan itu sekertaris aku."

"Pecat besok, aku ga suka ya sekretarisnya cewek, emang Deka ga bisa sekaligus jadi sekertaris kamu?!"

ALVAREZ 'sequel rezvan'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang