*Januari 2016*
- New -
"Delapan tahun. Kita sudah bersama selama delapan tahun dan kamu meninggalkanku begitu saja?"
Aku di sini di pantai pada malam bulan Januari yang indah dan dingin, duduk di sebelah ku kekasih ku yang akan segera menjadi mantan kekasih. Ombak menyentuh kaki telanjang kami dan kami berdua menatap lautan luas di depan kami.
"New, kita tidak muda lagi, dan aku sudah menunggumu untuk melamar ku," desahnya.
"Dan rasanya aku sedang menunggu sesuatu yang tidak akan pernah terjadi." Air matanya mulai mengalir.
"Tidak bisakah kamu menunggu sebentar lagi?" Suaraku hampir memohon.
"Menunggu apa?! Aku tidak mengerti apa yang kita tunggu. Kita berdua dua puluh lima tahun, kita memiliki pekerjaan tetap, kedua keluarga kita akan menyetujui pernikahan ini dan yang tersisa hanyalah lamaran darimu ... jadi katakan padaku, apa yang kamu tunggu?" Dia menatapku sambil menyeka air matanya.
"Aku tidak tahu." Itu satu-satunya jawaban yang bisa kuberikan padanya, tapi itulah kebenarannya.
Aku menatap langit malam, pikiranku melayang pada saat-saat indah yang kami alami bersama.
Jie dan aku adalah pasangan yang sempurna. Semua teman kami iri dengan jenis hubungan yang kami miliki. Setiap orang yang mengenal kami akan memberi tahu kalian satu hal, "Mereka ditakdirkan untuk bersama."
Bayangkan wajah mereka begitu mendengar berita ini.
"Maafkan aku. New, aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Aku selesai denganmu." Nada suaranya terdengar final.
"Kumohon ..." hanya itu yang bisa aku katakan karena beberapa kata lagi dan aku tahu aku akan hancur.
"Aku mencintaimu. New, tapi kurasa ini adalah akhir dari perjalan kita."
Aku menatapnya, mataku memohon tapi aku mengenalnya, begitu dia mengambil keputusan, tidak mungkin kamu bisa mengubahnya.
"Selamat tinggal, New ..." dia menatap mataku dan mencium ku.
Satu. Ciuman. Terakhir.
Aku bisa merasakan bahwa dia berusaha untuk tidak menangis lagi. Dia mengambil sepatunya dan mulai berjalan pergi.
Aku bahkan tidak memiliki kekuatan untuk berdiri dan menghentikannya.
Aku hanya membiarkan dia menjauh dariku karena aku benar-benar tidak memiliki alasan yang valid mengapa aku tidak melamarnya.
Jangan salah paham, aku mencintainya dan aku benar-benar tidak melihat diriku di masa depan dengan orang lain, tapi ada sesuatu yang jauh di lubuk hatiku yang belum siap pada fase selanjutnya dalam hidupku.
Sesuatu yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata.
Jadi di sinilah aku, dua jam setelah dia pergi, menatap ombak yang menerjang di bawah kakiku. Hampir jam tiga pagi, angin dingin bertiup di wajahku, langit malam yang cerah dan penuh bintang.
Akhirnya aku memutuskan untuk berdiri dan bersiap-siap untuk kembali ke mobil ku.
Aku menatap pantai itu untuk terakhir kalinya.
Malam ini, bulan purnama dan langit adalah satu-satunya saksi dari hatiku yang hancur.
Keheningan ini memekakkan telinga, begitu merendahkan sehingga yang bisa kalian dengar hanyalah hatiku yang hancur dan air mataku jatuh.
- Tay -
Ini hampir jam tiga pagi. Aku menikmati malam damai ku berjalan di tepi pantai.
Kamera aku diikatkan di leher ku, memotret segala sesuatu yang aku anggap indah di surga terpencil ini.
Saat aku lewat, aku melihat seorang pria di sisi jauh pantai berdiri tanpa alas kaki di atas pasir, cahaya yang datang dari bulan menyinarinya, matanya tertutup dan dia terlihat sangat tenang.
Dia sangat cantik dilihat saat itu, hampir seperti aku sedang menatap sebuah karya seni yang sangat indah.
Kemudian aku memutuskan untuk memotretnya.
Aku suka memotret tempat-tempat yang pernah aku kunjungi, aku pikir ini adalah pertama kalinya aku memotret seseorang, namun sendirian dengan orang asing, tapi ada sesuatu yang sangat menawan tentang dia, jadi aku melakukannya.
*ring
Aku mengeluarkan ponsel dari saku belakang dan melihat kekasihku menelepon.
Ini belum genap dua puluh empat jam sampai terakhir kali kami bertemu dan dia sudah merindukanku.
"Tay, kapan kamu akan kembali? Aku sudah merindukanmu." Suaranya terdengar seperti baru bangun tidur.
"Sekitar tengah hari besok, aku akan segera pulang dan aku juga merindukanmu."
"Mmkay ... sampai jumpa. Aku mencintaimu Tay."
"Aku juga mencintaimu Zee. Ngomong-ngomong, aku membelikan mu hadiah dan aku cukup yakin kamu akan menyukainya."
"Aku sangat senang melihatnya."
"Bye babe."
Aku mematikan ponselku dan saat aku mengalihkan pandanganku ke pria aneh di pantai, dia sudah pergi.
Aku ingin mendekatinya beberapa waktu yang lalu jika saja ponselku tidak berdering.
Aku tidak tahu persis apa yang merasuki ku, tapi aku tiba-tiba ingin tahu siapa dia.
Kurasa aku tidak akan pernah punya kesempatan untuk mencari tahu.
Merasa kecewa, aku memutuskan untuk kembali ke mobil dan pulang.
Aku benar-benar perlu istirahat.
Aku tiba di rumah hampir jam lima pagi.
Aku ingin tidur walau sebentar, tapi bayangan pria misterius di pantai terus bermunculan di kepalaku.
Jadi aku menyalakan lampu, mengambil kamera milikku dan mengunggah gambar yang aku ambil ke laptopku.
"Siapa kamu?"
05 Februari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity (TayNew) (Terjemahan)
FanfictionKisah tentang dua orang yang berbeda dari dua dunia berbeda yang dibatasi oleh takdir. Written by : Redphyro Translate by : LicHeng23