Senandung Usang × Semendarasa, Semendakarsa

300 39 7
                                    

Waktu itu Tara pikir satu-satunya cara menenangkan anak kecil adalah dengan permen.

Ternyata dia salah besar.

"Duit sini, 50 ribu!"

Ya ampun, Alanna Tiara Millagrace. Malak kok 50 ribu. Papa pusing.

"Buat apa, sih, Ara?" Dirgantara mendengus, mensejajarkan kepala mereka. "Tadi bukannya sudah beli? Kenapa minta lagi?"

Ara yang sedari tadi memanyunkan bibir akhirnya buka suara. "ITU LOH! KAKAK YANG ITU!"

Mendongak mengikuti arah telunjuk Ara, berdirilah seorang gadis berambut sebahu berbalutkan cardigan biru muda fluffy dan celana panjang creme sedang tersenyum kaku.

"Anu, Om... nggak sengaja." Gadis berlogak mendhok itu membungkuk malu. Meski menurutnya pria di hadapannya ini nggak terlihat tua, Riella memilih memanggilnya Om karena dia sudah punya anak. Lagipula kalau manggil Kakak kesannya kayak ngegodain.

"Ada apa, ya? Bisa jelaskan kepada saya?" Dirgantara melangkah mendekat. Di jarak wajah mereka tersisa satu siku, Riella merasa kalau Om ini mirip dengan kakak laki-lakinya yang sedang mengurus pupuk tanaman hias di Jogja. Riel malah jadi mendadak nyengir bego. Kok Om satu ini adem bener bawaannya, ya Tuhan.

"Sorry?" Tara menyadarkan.

"KAKAK ITU TADI REBUTAN YUPI SAMA AKU TERUS ROBEK YUPINYA. DUIT ARA KEROBEK JUGA!"

"Astaga, Ara. Ssshhh. Nggak boleh teriak-teriak di supermarket kalau tidak mau turun kasta seperti Mbim." Tara berkata halus, melirik Riella sesekali untuk minta maaf.

"Duit saya habis, Om. Dompetbya di hotel. Ngutang dulu boleh nggak 50 ribunya? Saya lagi liburan di Bandung..." Riella benar-benar merasa nggak enak walau Tara berkata tidak usah repot-repot, tapi tetap saja Riella mengulangㅡberharap Dirgantara mengiyakan.

"Perkara 50 ribu, nggakpapa. Kamu butuh apa? Saya belikan sekalian." Dirgantara berkata seperti itu saat berjalan ke arah kasir. Riella masih mengekor tidak enak hati. Seandainya Orion nggak maksa dicariin Yupi berbentuk bintang yang katanya limited edition itu, Riel pasti leha-leha makan roti bakar bareng Narendra sekarang!

Dasar. Jadi tunangan kok menyusahkan.

Akhirnya dengan tangan kosong dan langkah kaki keluar dari supermarket, Riella pun menyerah karena Om Ganteng itu nggak bisa dibujuk. Tampaknya juga ia telah mengganti rugi yang disebabkan anaknya.

"Heh. Kakak mendhok!"

Riel langsung menoleh, menunjuk diri sendiri dengan alis bertukik tajam, menatap Tiara.

"HEH, BOCAH. PIYIK-PIYIK, KURANG AJAR."

"Sini, 50 ribu!"

"Dibilangin nggak ada uang cash. ATM disini mati! Kamu kan lihat sendiri, bocah!"

"Lebih baik jadi bocah daripada tukang utang kayak kakak!"

"Hei!"

"Sini transfer!" Anak itu memberikan ponselnya. "Masukin nomor bank."

"Nomor rekening, maksudmu? Hidih. Bocah gegayaan."

Ara mendelik. "Bacot."

Astaga. Diajarin siapa sih bocah ini? Bapaknya tampak kalem dan sopan. Kok anaknya kayak titisan gendurowo! Padahal cantik lho!

Papanya masih sibuk mengantri di dalam. Bisa-bisanya anak ini keluar dari barisan untuk minta ganti rugi.

Sambil berbicara, Riel pun mengetik-ngetik di ponsel Tiara. "Heh, bocah. Kukasih tahu, nih. Aku yang harusnya minta nomor rekening kamu. Kalau kamu minta nomor rekeningku, itu kamu yang bayar aku. Bodoh."

"Oh, gitu?"

"Iyeee." Lucu amat nih bocah. Riel membatin sambil mengelus dada tipis.

"Ya udah. Aku minta nomor telepon alamat tagihan."

"Hah?"

"Biasanya di amplop putih milik Mbim ada tulisan gitu."

"Mbim siapa?"

"Ada lah. Orang."

"Kukira nama kambing."

"Heh. Itu paman akuuuuu! Kakak nggak sopan!" Tiara marah-marah lalu mendesak lagi. "Cepat masukin nomor tagihan."

Riel memutar bola mata. Berpikir keraz sebelum akhirnya melontarkan satu soal.

"Ini hape kamu kan?"

"Iya."

"Yang ngechat nanti kamu?"

"Iya lah."

"Oke, nice."

Ponsel kini dioper kembali ke tangan mungil Ara. Anak pipi tembam itu membungkuk sedikit mengucapkan terima kasih, melambaikan tangan sebelum kembali ke ayahnya. "Nanti ditagih bayar ya!"

"Emang kamu punya nomor rekening, apa?"

"Aku bisa nitip Mbim!"

Ha. Paman kambingnya?

Terserah, deh. Lagipula nanti Riel nggak akan baca chat tersebut. Hahaha. Soalnya...





























Riella memasukkan nomor Orion. Hehehe. Rasain. Diterror bocah. []

.
.
.

NOTES
Waktu itu ada yang request Ara x Riel. Hihi. Semoga pada suka.

Pada kangen Senandung Usang atau Semendarasa Semendakarsa, nggak nih? 😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

#SEMESTAELISA the PlaygroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang