01 || Awal

35 5 0
                                    

Hari ini adalah langkah awalku,
dalam membuka lembaran hidup yang baru.
Tapi, mengapa takdir malah mempertemukan aku dengan manusia seperti dia?

••••

"MAMA," teriak seorang gadis yang tengah berdiri di ambang pintu.

"LISDA PULANG."

Ya, gadis itu adalah Lisda. Lisda kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dengan riang.

"Eh, anak mama udah pulang," ucap seorang wanita paru baya yang datang dari arah dapur. Namanya Reni~mama Lisda.

Lisda merentangkan tangan dan berjalan mendekati Reni. Reni pun dengan senang hati menyambut pelukan dari sang buah hati.

"Lisda kangen banget sama mama," ucap gadis itu mempererat pelukannya.

"Mama juga kangen sama kamu, Nak." Reni melepaskan pelukannya.

"Ayo duduk dulu. Kamu pasti capek habis perjalanan jauh."

Lisda hanya mengangguk tanda mengiyakan ajakan sang mama. Mereka kemudian duduk di sofa ruang tamu.

"Gimana perjalananmu?"

Gadis itu menyenderkan punggungnya ke ke sofa. "Biasa aja, Ma. Nggak ada yang special."

Reni hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian ia kembali bersuara.

"Oiya, om Arman udah urus surat pindahan sekolah kamu. Katanya lusa udah boleh masuk," ujar Reni memberitahu.

"Lisda pindah ke sekolah milik om Arman?"

"Iya sayang."

"Oh." Gadis itu hanya ber'oh'ria.

"Yaudah, Lisda ke kamar dulu, ya. Mau bersih-bersih." lanjutnya sambil melangkahkan kaki menuju tangga.

"Iya, nanti malam jangan lupa turun buat makan malam," peringat Reni. Pasalnya sekarang sudah sore, takut gadis itu malah ketiduran.

"Iya."

••••

Kedua wanita itu tampak memasuki salah satu toko yang menjual berbagai macam perlengkapan sekolah. Ya, mereka adalah Lisda dan Reni. Hari ini Lisda berbelanja untuk kebutuhan sekolahnya karena besok ia sudah mulai berkegiatan di sekolah.

"Lisda, jadi kamu pilih yang mana?" tanya Reni kepada putrinya yang sedari tadi kelihatan bingung.

"Yang ini aja deh, Ma. Kayaknya lebih cocok," jawabnya melihat sepatu yang tengah ia kenakan.

Reni hanya mengangguk. "Masih ada yang kurang?" tanyanya lagi.

"Udah semua, Ma." ucap gadis itu mengecek barang-barang yang ia beli tadi.

"Yaudah. Sekarang kita ke Resto yang di sana, ya. Mama udah lapar nih." Tunjuk Reni ke arah Resto yang ia maksud.

"Mama duluan aja, ya. Aku mau ke toilet dulu. Ini belanjaannya tolong mama yang bawa." gadis itu menonjorkan belanjaannya.

Reni mengambil belanjaan itu. "Jangan lama-lama."

"Iya."

Lisda kemudian melangkahkan kakinya menuju toilet dengan tergesa-gesa. Sedari tadi ia sudah menahan kebeletnya. Karena tak memperhatikan jalan, ia menabrak tubuh seseorang.

BRUK.

Gadis itu terjatuh bersamaan dengan suara layar HP yang pecah. Mampus!

"Lo itu kalo jalan liat pake mata dong. Nih, layar hp gue jadi pecah gara-gara lo," ujar seseorang yang ditabrak Lisda itu. Dari suaranya saja sudah jelas kalau dia seorang lelaki dan sekarang sedang marah karena ulahnya.

Lisda berdiri kemudian membersihkan roknya. Ia lalu menatap orang yang di tabraknya tadi. "Maaf, gue bener-bener nggak sengaja."

"Maaf-maaf. Maaf lo aja nggak cukup buat ganti HP gue yang mahal ini." Nada suara lelaki itu kian naik dan memicu perhatian beberapa pengunjung mall.

Sombong banget sih jadi cowok.

Lisda berucap dalam hati. Gadis itu menatap lelaki di depannya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Woy, kenapa lo liatin gue kayak gitu? Jangan-jangan lo suka ya sama gue? Tapi gue sih ogah sama cewek kayak lo." ujarnya menatap Lisda remeh.

Emosi gadis itu tentu saja terpancing. "Emang siapa juga yang mau sama cowok yang kepedean kayak lo?! Yang ada gue ilfell liat muka lo itu."

"Halah, bilang aja kalo gue emang ganteng. Nggak usah pake malu"

Lisda benar-benar sudah muak dengan lelaki yang berada di depannya ini. Ia membalikkan tubuhnya lalu melangkah menjauhi lelaki itu. Tapi belum sampai beberapa langkah, suara itu kembali terdengar.

"Woy, jangan kabur lo. Tanggung jawab dulu, HP gue rusak nih." Volume suara lelaki itu tidak bisa di katakan kecil. Lagi-lagi karena suaranya, mereka kembali jadi pusat perhatian.

Lisda berbalik. Berjalan mendekati lelaki itu kemudian mengeluarkan sejumlah uang, kurang lebih 15 juta. Ia meletekkan uang tersebut di tangan lelaki yang sedang memberinya sebuah tatapan yang sulit diartikan.

"Kalo masih kurang, cari gue aja." ucap gadis itu kemudian melangkah pergi dari sana.

••••

"Kenapa lama sekali di toilet, sayang? Itu mukanya juga kenapa cemberut gitu?" tanya Reni ketika melihat putrinya datang dengan keadaan yang tidak baik-baik saja.

"Aku nggak jadi ke toilet, Ma." Lisda mendudukkan bokongnya.

"Loh, trus darimana? Kok lama banget?"

"Tadi tuh aku nggak sengaja tabrakan sama cowok, Ma. Trus dia marah-marah ke aku, padahal aku udah minta maaf. Trus dia juga songong banget dan rasa percaya  dirinya tuh tingkat dewa. Pokoknya ngeselin banget deh, Ma." Lisda bercerita dengan raut muka yang sangat kesal. Kalau saja tadi mereka tidak sedang berada di tempat umum, sudah pasti Lisda mencaci maki lelaki itu.

Sedangkan Reni yang mendengar cerita anaknya itu malah tertawa. Entahlah, munurutnya anak muda jaman sekarang itu lucu.

"Mama kok ketawa, sih. Orang aku lagi kesel gini." Gadis itu cemberut.

"Hahaha. Menurut mama, lucu aja sih pertemuan  anak muda jaman sekarang." Reni kembali tertawa melihat raut muka putrinya yang sudah merah.

"Udah dong, mukanya jangan gitu. Mending sekarang kita makan, trus pulang. Udah sore nih. Kamu juga nanti harus istirahat, besok kan udah mulai sekolah." ucap Reni setelah meredakan tawanya.

Sedangkan Lisda mulai memakan makanannya tanpa nafsu. Sebenarnya ia memang lapar, tapi karena lelaki tadi nafsu makannya jadi hilang.

••••

Hallo:)
Bagaimana komentar pertama kalian tentang cerita ini?

Next or stop?

ElmaThna

GALIS [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang