Yang aku inginkan, bukan seberapa besar dan mewahnya sebuah barang. Tapi, seberapa banyaknya manfaat yang bisa aku petik.
Kesendirian itu tenang. Tanpa ada yang mengganggu, hidup ku akan terasa lebih damai.
_Lisda Athara_
••••
HAPPY READING🖤
••••
"Morning, Ma," sapa seorang gadis yang tengah menuruni tangga.
"Morning, sayang." ucap Reni yang sedang menyiapkan sarapan.
"Sini, kita sarapan dulu," lanjutnya.
Gadis itu berjalan menuju meja makan kemudian duduk dihadapan sang mama. Mereka menikmati sarapan pagi itu dengan nikmat tanpa ada yang mengeluarkan suara. Saat setelah sarapan, Reni mulai bersuara.
"Lisda, nanti kamu diantar sama mang Ujang, ya," beritahunya memecah keheningan.
"Yah, kenapa bukan mama aja?" tanya gadis itu mendesah kecewa.
"Hari ini kan hari pertama aku masuk di sekolah itu," lanjutnya sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. Sifat manjanya ternyata mulai keluar.
"Maaf sayang, pagi ini mama harus temui klien penting di butik. Tapi, lain kali mama janji bakal antar kamu, ya," jelasnya berusaha memberikan pengertian untuk Lisda.
"Hm. Yaudah deh." Gadis itu bangkit dari duduknya kemudian berjalan
menuju pintu utama ditemani oleh Reni."Lisda pamit, ya." Gadis itu mengulurkan tangannya.
"Iya, hati-hati sayang." Reni menerima uluran tangan dari putrinya itu.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Reni manatap kepergian putrinya. Ia tahu, gadis itu kecewa karena bukan Reni yang mengantarnya. Tapi, apalah dayanya, sekarang ia harus menemui klien yang sangat penting untuk masa depan butiknya. Tapi, ia juga tahu, putrinya akan mengerti dengan situasi sekarang.
••••
"Non, kita sudah sampai," ucap mang Ujang memberitahu setelah memberhentikan mobil.
Lisda yang tadinya sedang memainkan ponsel kini berganti menatap ke arah luar jendela. Benar saja, mereka sudah berada di depan pintu gerbang sekolah barunya. Detik berikutnya ia kembali mengalihkan pandangannya ke mang Ujang.
"Iya, Mang. Makasih udah nganterin."
"Iya, Non. Ini kan sudah tugas saya." Mang Ujang tersenyum.
"Nanti pas pulang sekolah saya jemput di sini lagi, ya, Non," lanjutnya.
Gadis itu hanya mengangguk kemudian turun dari mobil.
"Hati-hati, Mang," peringatnya di kaca jendela.
Mang Ujang kembali tersenyum. "Siap, Non." Ia kemudian menyalakan mesin mobil dan menjalankannya meninggalkan area sekolah.
Gadis itu kemudian berbalik, menatap sekolah barunya. Ternyata sekolah milik om nya ini sangat besar dan elit. Tentu saja, karena yang ia lihat dari depan saja, sekolah ini memiliki beberapa tingkat. Terdapat beberapa lahan parkir yang luas. Satu parkiran untuk sepeda, satu untuk motor, dan satu lagi untuk mobil. Sudah pasti juga memiliki banyak ruangan. Ah, tapi Lisda tidak pernah berharap bisa sekolah di tempat semewah ini. Yang Lisda pentingkan hanya ilmu yang bisa ia dapat dari sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALIS [ON GOING]
Roman pour Adolescents•••• Ini cerita tentang seorang gadis yang menyukai kesunyian seperti gelapnya malam dan menginginkan ketenangan seperti air yang tidak disentuh. Tapi, takdir tidak mengijinkan ia untuk merasakan itu semua. Takdir malah mendatangkan orang-orang yan...