[HTMO] 31 - Jealous

471 88 20
                                    

Hi! Udah lama gak ketemu aku di work ini!

Pengen banget bisa rajin update kayak dulu :( yaudah cus yuk kita lanjut aja sebelum basi.☺
























Setelah satu minggu berlalu. Dinan mempersiapkan diri untuk menghadap kepada kedua orang tua Biya. Keseriusan ini sudah dibicarakan sejak lama. Mereka bukan pada posisi yang saling mengenal satu sama lain, melainkan tahap selangkah lebih maju daripada pasangan - pasangan yang masih berpacaran pada umumnya.

"Mana tangan kamu siniin dulu." Ujar Dinan mengambil alih tangan Biya. Mereka masih di dalam kamar yang Dinan tempati sekarang.

"Ini."

Biya mengulurkan tangannya santai. Saat Dinan sedang gugup, dia pasti menggenggam jari jemari Biya katanya bisa bikin hatinya lebih tenang dan nggak grogi. Entah ditolak ataupun bagaimana nantinya, Dinan harus menunjukan kalau dia serius mau menikahi Biya.

Cup

Punggung tangan Biya dikecup berkali kali. Digenggam, di dekap, dan Dinan nggak berhenti mengelus punggung tangan Biya.

"Aku deg degan. Udah kaya mau nikahin kamu aja."

"Emang pernah?"

"Belum sih. Kalo kamu siap, besok mau? Biar malem pertamanya lebih cepet." Kekeh Dinan.

Pluk!

Mainan palu paluan milik keponakannya melayang ke kepala sang pacar. Dinan hanya meringis saat dia membiarkan kepalanya dipukul oleh Biya, walau tidak terlalu kencang.

"Malem pertama mulu yang dipikirin."

"Emang gak boleh?"

"Enggak! Nanti lah unboxingnya kalau udah SAH ya sayang." Goda Biya mengacak rambut Dinan dengan asal.

"Dp dulu. Kalo enak ya nanti dilanjut."

Biya melipat dua tangannya di dada. "Kalo nggak enak? Nanti dibuang? Gitu Iya?? Astaga Dinan.. ajaran siapa sih kamu tuh??" Kini lengan Dinan yang jadi sasaran empuk untuk Biya.

"Aku bercanda sayang."

"Maaf ya, tapi aku ga ketawa, malah bawaanya pengen nabok."

Dinan mundur dua langkah dari hadapan Biya .. 1.... 2.....

Bagus. Sekarang dia sudah tidak ada di ruangan itu.

Drrrrtttt....

Drtttttttt......

Drtttt........

"Katanya udah siap buat ngadep Mama sama Papa.. sekarang masih main main kayak gini.. dia serius gak sih mau nikahin aku?" Biya dengan emosinya yang tertahan akhirnya mencoba melangkahkan kakinya keluar rumah. Dia tau handphone yang bergetar itu pasti milik Dinan, itu artinya Dinan ada di depan pintu kamar.

Saat kenop pintu dia tarik, Biya terperanjat bukan main. Netranya membeku di hadapan sang empunya mata. Antara sadar dan tidak, dia tidak tau apa yang dilihatnya adalah orang yang sesungguhnya.. atau hanya dalam bentuknya yang dia rindukan.

"Biya ..." lirih pria yang masih lengkap membawa barang barangnya lengkap dan beberapa koper.

"Mas kangen sama kamu." Tutur Tara, dia langsung memeluk utuh tubuh Biya tanpa terlewatkan. Bagai kerinduan seorang kakak kepada adiknya, mungkin.

"Biya..."

"Mas Tara..."

Selang beberapa menit, Biya baru menyadari, kalau eksistensi Tara benar adanya.

How to Move on ─ TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang