[ARdS] Bagian 4

10 0 0
                                    

Pagi pun tiba.

Entah untuk ke berapa kalinya aku terlambat lagi.

"Pak Bambang?!" panggilku. Pak Bambang yang baru saja keluar dari pos-nya pun menghampiriku.

"Telat lagi nak?" tanya beliau.

"Iya pak, hehehe." Pak Bambang hanya geleng-geleng kepala lalu membukakan gerbang untukku.

"Makasih pak. Bapak ganteng deh," ucapku lalu berlari masuk ke dalam sekolah.

"Anak jaman sekarang." Gumam pak Bambang setelah Adel berlari masuk.

***

"Tumben banget si rubah kutub kagak kelihatan. Biasanya udah stay di depan gerbang."

"Adelia ikut saya ke ruang BK?!!"

"Mampus," umpatku saat mendengar pekikan seseorang di belakang.

Aku membalikkan tubuhku 180 derajat. Di sana ada pak Seto yang sedang berkacak pinggang sembari menatap tajam ke arahku.

***

"Kamu ini susah sekali diatur. Sudah berapa kali bapak bilang? Belajarlah jadi anak yang disiplin. Jangan sampai terlambat!"

Sudah 1 jam berlalu dan aku masih duduk menahan kantuk di ruang BK sembari mendengarkan ceramahan pak Seto yang entah kapan selesainya.

"Adelia, kamu dengar bapak bicara atau tidak?!"

"Dengar pak." Sahutku malas.

Beliau menghela napas kasar. Mungkin sudah jengah menghadapi sikapku yang sulit diatur ini.

"Yasudah, kamu kembali ke kelas." Tutur beliau.

Huft... akhirnya selesai juga. Aku keluar dari ruang terkutuk itu. Kakiku melangkah ringan menuju ke tempat tujuanku saat ini.

Ruang kesehatan.

Ya, aku akan tidur sejenak. Yang tadinya hanya mengantuk, sekarang kepalaku sedikit pusing karena mendengarkan ceramahan pak Seto yang panjangnya luar biasa.

Sengaja ku pilih brankar yang paling ujung dan menutup tirainya agar tidak ketahuan oleh siapapun.

Ku rebahkan tubuhku dan mulai memejamkan mata.

Ceklek

Anjingㅡ siapa sih? Baru juga merem ini mata. Ganggu aja!  Batinku menggerutu.

"Udah gue bilang, nggak usah berangkat dulu. Punggung lo masih sakit Jun."

Ini suara Livia. Aku sedikit mengintip melalui celah tirai ini. Tampak di depan sana ada Livia yang tengah membantu Arjun berbaring di brankar.

"Gue ketua OSIS Liv, gue punya tanggung jawab buat ngurusin kegiatan ini," jawab laki-laki itu.

"Ya tapi nggak usah maksain diri juga!! Kalo gini terus, punggung lo kapan sembuhnya?!" Bisa kulihat, Livia tampak sangat kesal.

Arjun tampak berbicara sesuatu tapi aku tak bisa mendengarnya dengan jelas. Suaranya terlalu lirih.

"Makanya, kalo suka tuh bilang! Nggak usah sok-sokan kuat di depan dia!" sentak Livia.

Hah?

Jadi, Arjun suka sama seseorang? Siapa?

Aku masih setia menguping apa yang mereka perbincangkan.

"Gue takut kalo dia malah ilfeel sama gue, Liv."

Tunggu-tunggu.

Aku baru sadar kalo gaya bicara Arjun pake lo-gue, nggak saya-kamu kayak biasanya.

Ada Rasa Di SMA? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang