Adelia Floretta Hilary biasa dipanggil Adel. Aku dari kelas IPS 4, kelas yang terkenal sebagai kelas buangan di sekolahku. Kelas yang berisi anak-anak nakal yang suka melanggar aturan, termasuk aku.
Jangan heran, aku memang tidak nakal seperti anak laki-laki di kelasku yang suka merokok dan melanggar aturan yang lainnya. Tapi aku cukup sering, ah bahkan hampir setiap hari aku telat. Dan pagi ini, lagi dan lagi aku bangun terlambat. Ku langkahkan kaki ku tergesa menuju pintu gerbang yang sudah tertutup.
"Pak Bambang bukain dong, pak!! kan Adel cuma telat 30 menit!!" teriakku, pada pak Bambang yang notebenenya adalah satpam di sekolah ini.
Tapi bukannya pak bambang yang mendekat, melainkan Arjun. Cowok nyebelin yang statusnya adalah ketua OSIS.
Dia mendekat ke pintu gerbang dengan muka songongnya, aku sudah tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia menatapku dengan tatapan mengejek, dan setelah sampai di depanku, dia berkacak pinggang.
"Ck, kamu lagi, kamu lagi," decaknya kesal, "bosen saya."
"Ck, gue juga bosan liat muka lo," ketusku.
Dia tidak membalas ucapanku dan malah berjalan ke arah pos satpam, tak lama kemudian kembali nampak dengan sebuah sapu dan serokan sampah. Laki-laki itu berjalan ke arahku dan membuka gerbangnya.
"Nih tugas kamu, bersihin lapangan outdor belakang sekolah yang kemaren buat bazar makanan!" katanya sambil menyodorkan sapu beserta anteknya ke hadapanku.
"Ihh itu kan luas banget, masa gue bersiin sendirian?!" sungutku, tak terima.
"Suruh siapa telat?" sungutnya, "mau membantah silahkan saja, saya tinggal lapor kepala sekolah biar beliau sekalian tau kamu telat setiap hari dan mempertimbangkan kamu buat dikeluarin dari sekolah ini, liat aja bahkan hari ini cuma kamu yang telat."
Aku tak menanggapinya, tanganku meraih sapu yang ia pegang dengan kasar.
Arjun, seonggok daging menyebalkan itu adalah anak emas sekolah ini dari IPA 1. Dia ikut beberapa kali olimpiade sains dan selalu membawa pulang penghargaan yang tidak main-main.
Sifatnya yang irit bicara tapi sekalinya bertemu dengan kesalahan mulutnya akan berkomentar pedas, kejam dan begitu panjang. Kurasa ibunya dulu mengidam cabai saat mengandungnya.
"Heh! Kamu kalo bersihin yang bener dong biar cepet selesai, saya juga ada pelajaran nggak cuma buat ngawasin kamu aja."
Tuh kan, baru dibilang, lagian kalo dia ada pelajaran, ya udah sih nggak usah ngawasin.
"Nyenyenye," ucapku lirih.
"Aku bisa mendengarnya, Adelia!"
Aku mendengus kesal "Lo tau nggak sih lapangan ini luas?!" Teriakku tiba-tiba karena kesal.
"Mata minimalis lo tu melek, jangan meleknya kalo ada rumus doang!" lanjutku.
"Cepat selesaikan dan kamu bisa pergi ke kelasmu!" Dia melipat tangan di depan dada dan menyandarkan tubuhnya ke tembok.
"Dasar seonggok daging menyebalkan!" gerutuku.
Tanpa sepengetahuan Adel, Arjun tersenyum tipis, sangat tipis.
Masuk kelas hal yang pertama kudapati adalah tulisan di papan tulis untuk mengerjakan soal alias gurunya nggak ada dan ditinggalin tugas.
"Adel telat again?"
"Nggak usah sok Inggris lo, pelajarannya aja masih dapet nilai 3."
"Ish Marko jangan tonyor-tonyor dong!"
Baru selesai dihukum, aku sudah dihadapi Herina sama Marko yang sedang bertengkar, memang hidupku kayaknya nggak tenang banget.
"Kalian tuh gelut mulu ya, lama-lama gue jodohin juga nih!" dengusku, mendudukkan diri di tempat dudukku.
Kemudian keduanya saling membuang muka dan acting muntah, ck klasik sekali.
"Chan, udah selesai belom? Gue nyontek dong," pintaku pada Chandra yang ada di depanku.
"Ke Nana aja gue belom," jawab Chandra.
Mataku menelisik mencari Nana, ah rupanya lagi nge-gosip di pojok kelas dengan Janu dan Hugo. Akupun melangkah menuju bangku Janu dan Hugo.
"Na, gue nyontek ya? Ya ya ya? Plisss," mohonku seraya menampilkan puppy eyesku. Laki-laki bernama lengkap Nalendra Agustian Siregar itu menoleh lalu tersenyum simpul.
"Ambil aja di laci!" ucapnya kalem. Yahh... setidaknya walaupun Nana dalam deretan anak badung tapi dia termasuk bintang kelasnya anak IPS 4, walaupun kalo dibandingin sama kelas lain masih keliatan goblok seenggaknya mending lah di kelas.
Aku menyalin tugas di bangku Nana, tepat di depan bangku Hugo dan Janu. Samar-samar kudengar mereka bicara.
"Ah nggak bisa gitu, masa gua yang ganteng dan pinter merayu kalah sama si kaku kutu buku. Livia nggak boleh suka sama Arjun," itu barusan yang bilang Nana.
Kenapa Nana ngomong gitu? Apa dia suka sama Livia? batinku bertanya-tanya.
Ah tetap saja ujung-ujungnya nanti juga Nana di olok-olok suka sama anak IPA 1 yang jelas kebanggaan sekolah.
"Woi, Del!" aku terperanjak mendengar suara yang berasal dari sampingku.
"Hah, kenapa Her?" tanyaku spontan pada Herina yang duduk di tempat Jevan, teman sebangku Nana.
"Ngapain bengong?" tanyanya.
"Eh enggak kok."
"Mau ikut ke kantin nggak? Setengah jam lagi bel istirahat," tanya Herina.
"Tapi gue belom selesai nih."
"Udah, itu mah nanti aja. Yang penting kita makan dulu," ucap Herina, terkekeh.
Ah dasar sesat!
"Yaudah ayo!" ucapku sambil merapihkan bukuku lalu beranjak merangkul Herina. Kami berjalan beriringan menuju kantin.
"Kalian berdua?!"
ㅡ

KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Rasa Di SMA?
Fanfic"Adelia!" Bentak Livia "Ck! APA!!" Balasku tak kalah keras. "Arjun jatuh kalo sampai-" "Liv cukup!" Sentak Arjun Seketika suasana di ruang osis memanas. Arjun merapikan bajunya. skyblueberryy_