ㅡ
Sudah 2 hari ini aku selalu berangkat pagi-pagi buta. Sungguh rekor terbaik untuk seorang Adelia yang terkenal tukang telat.
Dan selama 2 hari ini aku juga tak bertemu dengan Arjun. Karena memang itu tujuan utamaku berangkat pagi. Menghindar dari si rubah kutub.
Sejak kejadian di UKS itu. Aku memutuskan untuk menghindar darinya.
"Wah wah wah... kesambet apaan lo? Dua hari ini berangkat pagi terus."
Herina yang baru saja datang langsung menatapku ngeri. Sementara aku hanya menatapnya malas.
"Mau gue timpuk pake buku atau pake sepatu?" ketusku.
"Wo wo santai neng. Eh tapi gue seriusan nanya tau. Lo kenapa? Tumben bisa berangkat pagi." Tanya Herina mulai serius.
"Nggak apa-apa."
"Del, tadi Arjun nanyain lo." Celetuk Jevan yang baru saja masuk.
"Wahhh ngapain si ketos nanyain si ratu telat?" heboh Herina.
"Kangen kali, hahahaa."
Pluk
"Anjing!! Kok gue ditumpuk Del?!" protes si wakil ketua OSIS. Herina dan anak-anak lain hanya tertawa melihat kemalangan Jevan.
"Ya makanya kalo ngomong tuh jangan ngelantur!!!"
"Masih mending gue timpuk pake buku. Besok-besok gue gorok leher lo!!" imbuhku.
"Sadis amat lo, Del. Kayak si Arjun. Jangan-jangan kalian jodoh." Dua manusia itu tertawa bahagia melihatku yang ternistakan ini. Seakan menistakanku adalah kebahagiaan tersendiri bagi mereka.
Aku sudah siap mengambil ancang-ancang buat nimpuk Jevan lagi. Tapi urung karena pak Abdul sudah masuk ke kelas ini.
***
"Cukup sekian pelajaran hari ini. Pertemuan selanjutnya kita ulangan harian. Jadi jangan lupa belajar!" pungkas pak Abdul mengakhiri kegiatan belajar mengajarnya.
"Baik pak." Jawab kami serentak.
"Adelia, bisa bantu bapak kembaliin buku paket ke perpus?"
"Sendiri pak?" tanyaku.
"Iya, kan cuma sedikit," balas beliau.
"Baik pak."
Pak Abdul keluar kelas.
Dengan sedikit malas, aku mulai menjalankan perintah pak Abdul.
"Gue bantuin Del," Jevan mengambil alih semua buku yang ada di tanganku.
"Ih kok lu ambil semua?! Udah biar gue aja!"
"Nih." Anak itu menyodorkan 2 buku padaku.
"Apa?"
"Katanya mau bawa?"
"Ck!" Aku mengambil buku yang ia sodorkan lalu keluar lebih dulu.
"Del tungguin elah!" pekikan Jevan membuatku sedikit memelankan langkah.
"Buset cepet amat lo jalannya," ucapnya saat berhasil menyamai langkahku.
Aku tak menanggapi.
"Lo sengaja ngehindar dari Arjun?"
"???"
"Del?!"
"Hah?"
"Ck, gausah sok budek lo!"
Aku mendengus, "Ck, gausah sok kepo lo!" ucapku meniru kata-katanya.
"Anjirlah!"
Aku terkikik geli melihat Jevan yang sepertinya pundung.
***
Di tepi jalan, seorang gadis sedari tadi terus mengumpati kendaraan roda dua yang ada di hadapannya.
"Anjing, kenapa pake mogok segala sih?!"
"Ah elah, gue pulangnya gimana ini!"
Ingin menelpon orang rumah, tapi ia terlalu malas untuk melakukan itu. Yang ia lakukan hanya terus mengotak-atik motornya sembari mengoceh menyebut berbagai nama binatang.
"Hihh! Mo nanges aja lah gue."
Dengan setengah hati Adel mendorong motornya. Untungnya di depan sana ada bengkel. Ya walaupun jaraknya cukup jauh.
"Buset capek banget gue, kok nggak nyampe-nyampe sih ah!"
"Napa neng?" seseorang bertanya diikuti suara cekikikan. Ingin sekali Adel menampol manusia yang kini berhenti di sampingnya.
"Gue tampol lu, Chan!"
"Eits galak amat kayak pawangnya, haha."
"Anjirlah, pawang apaan coba!"
"Chan nebeng lah, sampe rumah." Pinta Adel dengan muka sok imut.
"Sorry ya Del, Karmila ga bisa kalo dinaikin sama orang galak kayak lo, haha." Jawab Chandra santai, lalu langsung melajukan motornya meninggalkan Adel sendirian.
Ah ngomong-ngomong, Karmila adalah nama motor scoopy merah yang laki-laki itu kendarai saat ini.
"Chandranjing!! Bangsat, awas lo ya!"
"Jaga tutur katamu, kamu itu perempuan." Dari kata-katanya, kalian pasti sudah bisa menebak siapa yang datang.
"Kalo cuma mau ngejek gue mending lo pergi deh daripada gue timpuk lo pake sepatu," balasku.
"Saya tidak mengejek, hanya mengingatkan."
Aku merotasikan bola mata malas.
"Biar saya yang dorong, kamu bawa sepeda saya aja," ucapnya.
"Tumben baik."
"Bukannya saya memang baik?"
"Nyenyenye."
Arjun menyandarkan sepedanya lalu mengambil alih motorku. Anak itu mulai mendorongnya dengan santai.
Aku menatap sepeda BMX milik Arjun. Sudah lama aku tak menggunakan sepeda. Terakhir kali aku menggunakannya saat masih SD.
"Dibawa Adel, bukan ditatap seperti itu. Nanti kalo sepedanya suka sama kamu, saya punya saingan baru."
"Apaan sih," gumamku menanggapi celetukkan Arjun.
Tak menunggu lama aku pun menaiki sepeda itu. Mengayuh perlahan mengimbangi langkah Arjun yang menuntun motorku.
"Lo gak cape berangkat sekolah pake sepeda terus?" Aku bertanya, memecah kesunyian sepanjang jalan menuju bengkel.
"Saya sudah terbiasa ..., bukannya bagus kalau sekolah naik sepeda? Sekalian buat olahraga pagi."
Iya juga. Dia memang selalu naik sepeda selama sekolah dan pastinya sudah sangat terbiasa. Tidak sepertiku yang baru beberapa meter saja sudah lelah.
Sampai di bengkel aku turun dari sepeda Arjun dengan kaki gemetar. Cukup melelahkan mengayuh sepeda ini. Apa kabar dengan Arjun yang menuntun motornya sejauh 1 km?
"Lelah?" Arjun bertanya setelah menitipkan motorku ke bengkel untuk diperbaiki. Aku hanya mengangguk singkat.
"Sepertinya kamu harus rajin olahraga, kebetulan besok sekolah libur, saya jemput jam 7 pagi, kita jogging, mau?" Ajaknya.
"Males."
"Okey besok jam 7 kamu harus sudah siap. Tidak perlu dandan, kamu sudah cantik. "
"Apa??" Kalian dengar dia bilang apa? Sepertinya telingaku agak bermasalah.
"Ayo naik, kita pulang. Saya antar sampai rumah."
ㅡ
![](https://img.wattpad.com/cover/253669225-288-k704822.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Rasa Di SMA?
Fanfiction"Adelia!" Bentak Livia "Ck! APA!!" Balasku tak kalah keras. "Arjun jatuh kalo sampai-" "Liv cukup!" Sentak Arjun Seketika suasana di ruang osis memanas. Arjun merapikan bajunya. skyblueberryy_