"Abay!" teriak Lisa sambil bermain kejar-kejaran dengan Abay. Lisa terpaksa menganggap laki-laki tinggi di depannya sebagai adiknya. Bagaimana tidak, Abay dengan boxernya yang masih bergambar Spongebob itu berteriak kegirangan saat berhasil merampas sebungkus pembalut dari tangan Lalisa atau yang sering dipanggil Lisa, kakak satu-satunya Abay.
Kenapa Lisa hanya menganggap Abay adik angkatnya? karena wajahnya yang berbeda dari kedua orang tuanya atau bisa juga karena rumor bahwa Abay hanyalah anak angkat, ditambah juga karena kelakuan anak laki-laki itu yang sangat usil.
Keluarga mereka sangat menjunjung tinggi tata krama, dengan aturan harus bersikap sopan kepada yang lebih tua dan yang lebih tua harus mengayomi yang lebih muda.
Meskipun Lisa sering kali menganggap Abay sebagai adik angkatnya karena perbedaan wajah dan perilakunya yang usil, hubungan mereka tetap penuh warna. Lisa, yang selalu menjunjung tinggi sopan santun, sering kali kehabisan kesabaran dengan ulah Abay yang nakal.
Banyak teman Abay yang menganggap keluarganya terlalu serius dan kaku, seperti kanebo kering. Tapi begitu mereka memasuki wilayah keluarga Wiratanegara, tidak ada yang berani membuka suara tanpa izin. Kediaman keluarga Wiratanegara seperti mempunyai hawa yang berbeda.
Meskipun keluarga mereka dianggap serius oleh banyak orang, Lisa dan Abay berhasil menunjukkan bahwa di balik semua tata krama dan tradisi, ada ruang untuk canda dan kasih sayang antara saudara. Kehidupan mereka penuh dengan warna-warni yang menciptakan cerita unik tentang bagaimana dua individu dengan kepribadian yang berbeda bisa hidup berdampingan dalam harmoni yang terkadang kacau.
Akbar Wiratanegara atau yang kerap disapa Letnan Akbar merupakan jebolan Akademi Militer Magelang angkatan 1997 lalu pada tahun 2001 Akbar Wiratanegara bertemu dengan Jingga Ayu seorang dokter di rumah sakit Banjarmasin. Setelah satu tahun berpacaran mereka memutuskan untuk menikah.
Tahun 2003 lahirlah Lalisa Ayu Wiratanegara. 2 tahun berselang setelah kelahiran Lisa, lahirlah anak laki-laki yang sekarang dikenal dengan nama Adiyaksa Akbar Wiratanegara atau yang kerap disapa Abay.
"Bay, kembalikan pembalut gue!" perintah Lisa, kesal dengan ulah Abay. Lisa bahkan melempar vas bunga yang terpajang di ruang tamu ke arah Abay. Lisa memang senekat itu.
Melihat niat kakaknya, Abay berusaha menghindari lemparan vas bunga. "Untung tidak kena," ucap Abay sambil menjulurkan lidahnya, mengejek kakanya itu.
Entah apa yang akan terjadi jika vas bunga itu mengenai kepala Abay. Kemungkinan kecil hanya akan membentuk benjolan kecil, tapi bisa juga merobek kulit kepala, mengeluarkan darah, dan kemungkinan besar menyebabkan amnesia. Itulah harapan Lisa, membuat adiknya ini lupa ingatan.
"Awas, ya!" Lisa menghentakkan kakinya dan pergi dari ruang tamu. Ruangan itu menjadi saksi bisu keusilan seorang Adiyaksa Akbar Wiratanegara.
Melihat kakaknya berhenti mengejar, Abay melemparkan sebungkus pembalut yang ada di tangannya, sampai mengenai punggung Lisa. "Gitu aja marah," ucapnya, mencoba memprovokasi kakaknya.
Lisa berbalik, "Ya, iya lah gue marah. Ngapain coba lu rampas pembalut gue, lo kan cowok!" teriak Lisa kesal, mulutnya tak henti-hentinya mendumel. Pagi ini mood lisa benar-benar dibuatnya kacau.
"Gue emang cowok, tapi selagi gue nggak ngelanggar pasal undang-undang tahun 1945, gue boleh dong diajarin make pembalut," ucap Abay dengan polosnya, membuat Lisa ternganga.
Dari kecil Abay memang berbeda dari sepupu-sepupu laki-lakinya, yang mana sepupu seumuran dia mengikuti kelas bela diri sedangkan Abay selalu tidak ingin ikut, kecuali jika ayahnya datang dari dinas dia yang paling bersemangat ikut kelas bela diri. Tapi jika ayahnya sedang dinas keluar kota Abay tidak pernah ikut kelas bela diri dia hanya ingin memasak di dapur membantu Mbok Nur.
Lisa heran, bergumam di dalam hati, "Kenapa gue bisa punya adik seaneh Adiyaksa Akbar Wiratanegara?"
"Dih, ogah. Mau operasi kelamin lo?"
"Najis!"
"Terus ngapain minta diajarin make?"
"Buat nambah ilmu aja," ujar Abay dengan santai.
"Lo ya!" Lisa mengepalkan tangannya dan menyipitkan matanya. Rasanya ingin sekali menjitak kepala Abay.
"Kenapa lo? Nahan boker?" Abay tertawa sembari menunggingkan pantatnya, lalu mendapat pukulan keras dari kakaknya.
"Abay, bangsat!" teriak Lisa.
Mendengar itu, Abay lari menuju kamarnya dengan tertawa puas. Ia menutup pintu kamar.
Dalam suasana rumah yang terjaga ketat oleh norma-norma tradisional, keusilan Abay kadang-kadang berhasil menciptakan momen lucu namun juga menyulut kemarahan Lisa. Meski begitu, di balik pertengkaran mereka, terdapat cinta dan kehangatan yang dalam antara dua saudara ini, meskipun terkadang diekspresikan melalui lemparan vas bunga dan pembalut.
Sabtu, 2 November 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Perempuan yang Sedang Merindu
Teen Fiction[REVISI] Tentunya, jika ada kompetisi untuk "pria paling sial dalam urusan cinta," gelar itu pasti akan dimenangkan oleh Adiyaksa Akbar Wiratanegara. Sedangkan dalam kategori "wanita paling naif dalam hal cinta," tidak ada yang bisa mengalahkan Nair...