31

4.8K 583 37
                                    

Happy reading and sorry for typo♡

===

Bugh!

Bugh!

Libra terus menjadi samsak tinju dari kemarahan Nathan yang sudah sulit untuk di kendalikan, Libra pun tidak sanggup melakukan apa-apa, dirinya sudah pasrah di jadikan samsak tinju Nathan. Arjuna, Kirana, dan bahkan semua orang yang berada di lorong rumah sakit depan ruang IGD tempat Thalassa di periksa sudah mencoba memisahkan Nathan dari Libra. Namun nihil, Nathan begitu keras, matanya seakan tertutup oleh kabut emosi yang kia menggebu.

"Pak Nathan saya mohon berhenti!" Pekik Kirana sambil berusaha menarik tubuh Nathan agar menjauh dari Libra.

Arjuna yang melihat Nathan mulai menjauh dari Libra pun mengambil kesempatan untuk menarik Libra untuk pergi dari pandangan Nathan.

"Lib, still fine?" Tanya Arjuna.

Libra mengangguk lemah sambil mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya. "Nope" jawab Libra.

Nathan menatap Libra dengan tatapan sengit dan bersiap untuk menghajar Libra kembali kalau saja Kirana tidak menahan tangan nya.

"Pak jangan" ucap Kirana sambil berusaha menahan tangan Nathan.

Nathan mendecih menatap Kirana dengan tatapan nyalang. "Jangan pegang-pegang tangan saya sialan! Gara-gara kamu! Gara-gara kamu istri saya pergi! Kamu gak tau apa yang saya rasakan setelah kepergian istri saya! Kamu gak tau betapa menderitanya saya setelah kepergiannya! Kamu pembunuh! Kamu pembunuh istri saya Kirana!" Pekik Nathan tepat di depan wajah Kirana.

Kirana menunduk, apa yang di katakan Nathan itu ada benarnya. Ia pembunuh, karna dirinya, nyawa seseorang hilang dan keluarga yang di tinggalkan menjadi hancur berantakan. Semua karenanya.

"Nathan, Kirana gak salah! Lo gak tau apa-apa. Jangan seenaknya bilang Kirana pembunuh!" Seru Libra.

Nathan tertawa hambar dengan sudut bibir yang terangkat sebelah. "Gue emang gak tau apa-apa, karna lo semua gak pernah kasih tau kebenaran nya sama gue! Lo––" tunjuk Nathan pada Libra. "Lo penghianat" ucap nya. Lalu ia menujuk ke arah Arjuna yang berdiri tepat di samping Libra. "Lo juga sama,  kalian semua bohong soal kematian Kanaya! Kalian semua buat gue hidup menderita selama bertahun-tahun, kalian semua buat gue gila! Kalian penghianat! PENGHIANAT!" pekik Nathan lalu berjalan ke arah Libra dan Arjuna berniat untuk menghajar kedua orang itu.

"NATHAN CUKUP!" pekik pria paruh baya yang berhasil membuat Nathan berhenti berjalan.

"Daddy yang minta Libra dan Arjuna rahasiain kematian Kanaya dari kamu" ucap pria paruh baya yang baru saja datang bersama dengan istri tercintanya yang berada tepat di sebelahnya.

Nathan menatap daddy-nya dengan tatapan tak percaya. Lalu ia berjalan ke arah daddy-nya dengan langkah perlahan. "Kenapa? apa alasan Daddy lakuin ini semua?" Tanya Nathan.

"Gak ada alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan kamu, intinya semua itu sudah berlalu. Kamu gak perlu buka luka lama kamu, kamu hanya akan menyakiti diri kamu sendiri. Sekarang cukup fokus pada Thalassa, anak kamu" ucapnya sambil menepuk prihatin pundak anak kesayangannya itu.

"Tapi Dad––"

"Keluarga Nona Thalassa?" Panggil dokter yang baru saja keluar dari ruang pemeriksaan Thalassa.

"Saya! Saya Papanya" ucap Nathan.

Dokter itu tersenyum simpul pada Nathan. "Baik bapak, Pasien terlambat melakukan proses cuci darah dan berdampak pada ginjal yang tidak dapat menyaring darah dengan baik. Hal ini menyebabkan penumpukan cairan sehingga sebagian tubuh seperti tangan dan kaki mengalami pembengkakan. Tidak hanya itu, terlambat cuci darah bisa menyebabkan sesak napas, sehingga Pasien kehilangan kesadarannya" jelas dokter itu membuat semua yang ada di depan ruang pemeriksaan Thalassa terkejut.

Still UnfairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang