♟ 𝕮𝖍𝖊𝖘𝖘 𝕻𝖎𝖊𝖈𝖊𝖘 - 𝕿𝖍𝖗𝖊𝖊

337 94 85
                                    

Pagi itu, Jaemin mengikuti kelasnya seperti biasa. Ia duduk di jejeran tengah bersama dengan mahasiswa yang lain, mendengarkan penjelasan materi dari dosennya.

Sebenarnya, tidak begitu.

Jaemin sama sekali tidak mendengarkan apa saja yang tengah dosennya katakan. Mungkin telinganya menangkap tiap kata yang terucap oleh mulut dosennya, namun pikirannya tak dapat memproses hal apapun.

Kecuali sebuah permainan gila yang secara tak langsung membelit kehidupannya dengan paksa.

Sebuah permainan tak masuk akal yang melibatkan nyawa manusia.

Jaemin terus memikirkan hal tersebut. Seperti bagaimana bisa permainan tersebut tercipta, bagaimana bisa sebuah benda mati seperti ponsel memerintah dirinya untuk melakukan hal-hal yang menurutnya tak masuk akal. Juga bagaimana..

.. sosok seorang Lucifer.

Dibalik semua hal gila yang terjadi adalah ulah dari Lucifer. Tapi mengenai sosok Lucifer itu sendiri, sampai saat ini belum ada satu pun di antara Jaemin dan temannya yang tahu. Apakah sosok tersebut adalah manusia, ataukah seorang iblis yang kejam seperti yang sering ia lihat di film-film horor.

Hal tersebut masih menjadi misteri. Oh! Ataukah..

.. Lucifer merupakan sosok manusia setengah iblis.

"Na Jaemin."

Jaemin tersentak dari lamunannya. Ia menoleh ke arah seorang pria berumur yang kini berdiri tak jauh di sisinya. Pria yang baru saja selesai menyampaikan materinya di depan kelas.

"Saya perhatikan, kau melamun sedari tadi. Apa yang sedang kau pikirkan?" Sang dosen melayangkan pertanyaan.

Jaemin berdeham gugup, "uhm.. maafkan saya, Pak." Hanya itu yang terlontar dari mulut Na Jaemin.

Kening sang dosen lantas berkerut samar, "apa kau sedang tidak sehat?"

"Ah.. um.. i-iya. Ku rasa begitu."

Menghela pendek, sang dosen lantas memberi izin agar Jaemin tidak perlu mengikuti kelasnya. Jaemin diberi izin untuk beristirahat di ruang kesehatan kampus. Tidak baik baginya untuk memaksakan diri berada di kelas dan memaksa otaknya untuk mencerna tiap materi yang diberikan.

Dengan begitu, Jaemin lantas menuruti saran dari dosennya. Ia izin untuk tidak mengikuti kelas dan berjalan menuju ke ruang kesehatan. Lagi pula, pikirannya memang sedang tidak sehat. Maksudnya, kepalanya benar-benar tak dapat memproses apapun kecuali..

Ah, Jaemin sakit kepala.

Mempercepat langkahnya, Jaemin ingin segera mendapat ketenangan. Ia butuh waktu sendiri dan mencoba berpikir secara logis. Bagaimana ia harus menghadapi keadaan saat ini, dan bagaimana caranya untuk menemukan titik terang agar semua hal gila yang terjadi cepat berakhir.

Sampai di ruang kesehatan, Jaemin duduk di tepi bangsal. Mengeluarkan ponsel, ia ingin menghubungi kekasihnya yang kini berada di apartemen mereka. Jeno tidak memiliki jadwal hari ini. Jadi, ia ingin meminta Jeno untuk menjemputnya pulang.

Saat hendak menekan ikon telepon berwarna hijau yang tertera di layar ponsel, Jaemin dikejutkan oleh sebuah pesan masuk.

Pesan dari Lucifer.

Meneguk saliva gugup, entah mengapa seketika Jaemin merasa merinding. Pesan dari Lucifer adalah pesan yang paling ia hindari. Karena pesan-pesan yang berasal darinya, selalu sukses membuat Jaemin berkeringat dingin dan merasakan ketakutan.

Ting!

✡• Lucifer •✡

Dudududu~

[ ] Chess Pieces || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang