2 : The Most Beautiful Moment in Life

212 31 0
                                    

'Apa yang aku lakukan dengan hidupku.
Momen ini tidak akan pernah datang lagi.
Aku bertanya pada diri sendiri, lagi.
Apakah aku bahagia sekarang?'

- BTS Intro : The Most Beautiful Moment in Life -

▫️ ▫️ ▫️ ▫️ ▫️

In a memories, before you go...

Yoongi melangkahkan kakinya gontai, tubuh miliknya sangat lelah saat ini.
Ia berjalan dengan kepala yang menunduk, mengamati sepatu hitamnya yang tak terlalu bagus di pandang.

Malam sudah sangat larut, tetapi terdapat beberapa toko-toko serba ada yang masih menjajakan dagangannya. Malam musim dingin terasa menyakitkan bagi Yoongi, ia jadi mudah terserang flu karena tubuhnya yang tak kuasa menahan cuaca.

Kakinya menuntun untuk berbelok pada sebuah jalan menuju tempat ia tinggal, di sisi sekitar masih banyak terdapat rumah-rumah sepi yang masih setengah jadi.

"Hiks..." isakan kecil membuat langkah Yoongi terhenti.

Matanya berpendar, menatap sekeliling lingkungan yang sangat sepi, bahkan lampu terasa redup tak berguna. Ia mencoba menajamkan telinganya, mencari sumber tangis yang terasa memilukan.

Di hampirinya salah satu gang kecil di sisi toko. Ia mendekat, dan mata sipitnya terbelak kala dirinya menemukan seorang anak kecil meringkuk memeluk kakinya.

Bocah itu manangis, di pindainya tubuh si anak. Banyak sekali lebam kebiruan dan bahkan ada yang menghitam. Yoongi menunduk, di usapnya rambut sedikit panjang bocah tersebut dengan lembut.

Tak lama, anak itu mendongakkan kepalanya dan mata mereka pun bertemu. Retina bulat cantik dengan sungai-sungai kecil di pipi kemerahannya membuat dada Yoongi sesak. Pasti anak itu kedinginan, pikirnya.

Tanpa bicara apapun, Yoongi membuka  hoodie hitam yang melekat di tubuhnya. Membalut tubuh ringkih itu dan menggendongnya dengan pelan, di lingkarkannya kaki kurus si bocah pada pingangnya. Yoongi mengusap punggung sempit anak itu perlahan, dan setelah dirinya merasa siap, ia berjalan dengan sedikit cepat menuju tempat tinggalnya.

Setelah mereka sampai, Yoongi menekan digit kunci. Membuka dan menyalakan lampu dengan tergesa, tak lupa pula ia mengaktifkan penghangat ruangan.

Anak itu masih menangis, pundaknya terhentak-hentak. Yoongi pun datang  membawa satu wadah berisi air hangat, di celupkannya handuk kecil lalu memerasnya. Membuka pakaian si anak dan dirinya lagi-lagi terkejut, banyak sekali luka dan memar disana.
Ia juga melihat bekas kuku dalam di sepanjang lengan membuat Yoongi meringis membayangkan betapa sakitnya itu.

Lantas ia usapkan handuk tadi pada tubuh si anak perlahan, tak ingin membuat bocah itu menjerit kencang lagi. Setelah ia membersihkan tubuhnya, Yoongi pun mengobati luka-luka yang ada disana.

Selesai dengan kegiatannya, Yoongi pergi ke konter dapur. Ia menaskan makanan yang sempat ia masak tadi pagi. Masih baru, dan sup tahu miliknya masih layak untuk di makan.

Di bawanya nampan dengan segelas air hangat, ia merauk sedikit nasi dan lauk lalu menutup kecil sendok di tangannya. Setelah di rasa cukup menghilangkan panas, Yoongi mencoba menyuapi anak itu, dan dirinya senang karena tak ada penolakan apapun sejauh ini.

Makanan telah habis, dan anak itu pun sudah lebih tenang dari sebelumnya. Tangisnya terhenti, dan sekarang mata hitamnya menatap Yoongi dalam.

"Bolehkah aku bertanya sesuatu?" dan, anggukan kecil Yoongi dapatkan.

The Last Time [Brothership Short Story] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang