E M P A T

439 29 7
                                    

Bel pulang sudah berdering sejak tadi. Namun Danisa, Doni, Nina, Devano dan Septiana masih betah berada di dalam kelas.

"Males pulang gua. Di rumah juga cuman rebahan." Septiana menyenderkan kepalanya ke atas meja.

Nina sudah menggendong tas dan berdiri membuat ke empat temannya menoleh secara bersamaan. "Gimana kalo jajan aja, beli mie ayam di depan atau seblak di deket kampus 1 gitu?"

"Ide bagus. Tapi gua males jalan." Duduk Danisa bahkan semakin merosot karena terlalu gabut seharian ini.

"Sini gua gendong, Nis."

"Devano baik banget, tapi gua gamau."

"Dev, tau ga kenapa Danisa gamau? Bobot dia lebih berat dari 1 karung urea di gudang." Doni merangkul Devano dengan kaki yang menyilang di bawah meja.

Danisa yang tidak terima langsung melempar tutup pulpen ke arah Doni. "Sialan lo, kalo ngomong suka bener."

Septiana memperhatikan Nina yang enggan duduk kembali. "Nin, duduk dah Nin. Gua liatnya aja capek. Apalagi lo yang ngalamin."

"Tar kalo Nina duduk lagi malah makin males berdiri. Jadi, ayo keluar dulu. Kita ngobrol sampe parkiran."

Doni mencegah mereka yang mulai berdiri. "Heh tunggu tunggu. Kalian buka whatsapp coba."

Saat itu juga mereka langsung membuka ponsel masing-masing.

XII TAN 3

Bu Resty
Assalamualaikum. Saya ada tugas untuk kalian.
Tolong buka google classroom lalu kerjakan tugasnya. Ditunggu hingga hari sabtu jam 10.00 wib.

_________________________________________________

"Ah sialaan."

"Paan sih, Ca. Gausah berisik juga kali."

"Gua capee, pengen istirahat. Gila kali nugas mulu."

Devano menarik rambut Danisa pelan. "Udah buru, sekarang aja kerjain."

"Rumah Yana, gasss." Danisa langsung bangkit dari duduknya

"Yan, lo beli mie ayam dua. Yang satu ga pake sayur. Sambel nya dipisah"

Devano memberikan selembaran uang dua puluh ribu pada Septiana.

"Yan, gua titip satu juga mie ayam."

"Yana, Nina juga satu ya."

"Dev, sisanya sebat sama kopi ya."

"Ya serah."

Akhirnya, Doni, Nina, Devano dan Danisa berjalan menuju parkiran. Doni membonceng Nina, dan Devano membonceng Danisa.

Sedangkan Septiana membelokan langkahnya menuju warung Mang Karna untuk membeli pesanan teman-temannya.

Sesampainya di rumah Septiana, Devano merebahkan diri di teras rumah, menatap langit terang siang itu.

Sedetik kemudian, ia menolehkan wajahnya pada gadis di ujung teras, rambut yang terurai diterpa sinar matahari membuat warnanya tampak kemerahan.

Dengan sengaja, ia menarik helai rambut milik sang gadis.

"Auu, anjir. Lo kok reseh?! Sakit bego."

Devano Argantara (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang