E N A M

205 22 180
                                    

Pagi hari di hari selasa, seorang gadis dengan piama ya melekat di tubuhnya baru saja bangun dari tidurnya. Mendudukan tubuhnya diatas kursi belajar dan memilah beberapa buku.

Danisa memasukan beberapa buku ke dalam tas hitam lalu menyerobot handuk dan masuk ke kamar mandi.

Pagi tadi Danisa pulang jam 3 pagi, untung Mamanya tidak banyak bertanya mengapa ia pulang dini hari. Risa sang mama hanya membuka pintu dan kembali tidur.

Keluarnya Danisa dari kamar mandi dengan seragam ia menyisir dan mengeringkan rambutnya. Sedikit mencatok bagian bawah agar terlihat curly seperti biasanya dan mengikatnya menjadi satu.

Hari ini, niatnya Danisa akan ke sekolah menggunakan sepeda motor nya. Dengan kaki terbalut celana jeans hitam ia keluar kamar untuk berpamitan pada Risa.

"Maaa, Danis mau pamit. Hari ini Danis bawa motor ya." Ujar Danisa memeluk mamanya dari belakang.

"Sarapan dulu sini, Nak."

"Nanti aja ah. Danis buru-buru mam. Pamit ya." Setelah mencium pipi Risa, ia memakai helm dan menjalankannya membelah jalan pagi itu.

Jangan tanyakan soal reward yang ia dapat semalam. Jelas ia simpan di apartemen Lili agar Risa tidak menanyakan yang tidak tidak.

Pagi ini jam menunjukkan pukul 6.45, sebagian murid menatap tak percaya karena Danisa membawa motor sport ke sekolah.

"Ohh ayolah, Danisa yang keliatan kalem bisa bawa moge hahaha." Ucapan itu membuat Danisa menoleh. Disana, ada Reksa yang biasa mengganggunya.

"Cih, lo kenapa si? Seneng banget ganggu idup gua?." Decak Danisa.

Reksa menyenderkan tubuhnya pada mobil hitamnya dan melipat tangan di depan dada dengan santai. "Ganggu lo itu sebuah kesenangan bagi gua, heran aja bisa bisanya seorang Danisa ngendarain motor sport."

"Bacot ah, males ngeladenin lo." Danisa melangkah menjauhi Reksa, membuat beberapa murid dibuat kagum karna Danisa mampu membalas ucapan si most wanted sekolah.

Sesampainya di kelas setelah berganti baju, Danisa mendudukan dirinya di samping Nina.

Nina mendekatkan dirinya ke arah Danisa sedikit condong. "Nisa, kamu diganggu lagi sama Reksa?."

"Hmm, sedikit." Gumam Danisa.

Nina menghadapkan tubuhnya ke depan, lalu menghela nafas. "Hadeuh, kayak gada yang lain aja masih gangguin mantan." Ujarnya sambil membuka beberapa buku di meja.

"Yaudah lah, Nin. Suka suka dia. Bukan urusan gua kok." Danisa menyandarkan tubuhnya di kursi, lalu fokus memainkan ponselnya.

Tak lama, bunyi bell tanda masuk berdering hingga murid yang masih diluar kelas memasuki kelas bersamaan. Tepat saat Danisa menoleh ke arah pintu, ia melihat Devano juga sedang menatapnya. Lalu dengan cepat Devano memutuskan kontak mata keduanya.


Kini jam menunjukkan pukul 10.00, sebagian siswa-siswi melangkahkan kakinya menuju kantin, tidak sedikit pula yang malah melangkahkan kakinya menuju perpustakaan atau bahkan memilih berdiam diri di kelas.

Seperti saat ini. Danisa memilih untuk diam di dalam kelas seraya menidurkan tubuhnya di dua kursi yang dijadikan 1. Memejamkan matanya menikmati heningnya kelas.

"Hahhhh.... Gua ngantuk ya amplop. Tapi laper juga." Keluh Danisa dengan lengan yang terangkat menutupi matanya.

"Ekhem."

Mendengar itu, Danisa menegakkan tubuhnya. Duduk dengan benar di kursi lalu mempersilahkan seorang lelaki untuk duduk di kursi sebelahnya.

"Lo gak ke kantin?."

Devano Argantara (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang