Devano terkekeh menatap ponselnya. Jujur, hatinya merasa sangat senang dan puas sekali hari ini. Ahh tepatnya malam ini.
Di layar ponselnya sekarang tengah menampilkan potret seorang gadis yang sedang memakan samyang nya. Lalu ia menggulir nya dan menampilkan kembali potret gadis yang sama tengah menggigit corndog yang cukup besar.
Devano tertawa pelan menatap ponselnya sedikit lama, lalu seulas senyum terbit di bibirnya.
Lalu ia menggulir lagi dan berhenti pada potret seorang gadis yang masih sama sedang tertawa sambil memegang gelas berisi lemon tea.
Potret tersebut ia ambil secara candid tadi siang, menampilkan sosok gadis-nya. Ya, gadisnya. Ahh rasanya malu sekali ia mengungkapkan itu. Tapi itu memang kenyataan yang menyenangkan.
Flashback on.~
Danisa mendekatkan diri ke motor Devano lalu memegang stir motor. "Mau ngomong apa?." Ia sedikit menaikkan alis saat bertanya.Devano bingung mengungkapkan nya. Ia menelan salivanya sedikit gugup. "Ekhmm".
"Jadi pacar gua ya?". Ujarnya tegas.
"Ehhhhh". Danisa tersentak mendengarnya, spontan melepaskan tangan dari stang motor Devano.
Devano yang melihat itu gelisah, sedikit merasa takut jika ia terlolak, namun tetap berekspresi tenang. "Gimana?".
Danisa terlihat gugup sekarang. Ini kali pertama ada seorang lelaki yang dengan lantang berani mengucapkan susunan kalimat itu di hadapannya. "Bentar mikir dulu. Jangan buru buru".
Devano semakin khawatir. "Ahh, lo lama mikirnya. Udah gak usah mikir".
Danisa sontak membelalakkan matanya. "Gila ya lo. Gua punya otak makanya mau mikir dulu". Katanya sedikit sewot.
"Udah masuk sana. Mulai malem ini kita pacaran. Lo cewek gua, gua cowok lo. Lo milik gua." Klaim Devano dengan jantung yang sepertinya akan meledak malam itu juga.
"Gak ada penolakan". Selahnya saat melihat Danisa akan membuka mulut untuk bicara. Lalu ia bergegas menyalakan mesin motor.
Sebelum berlalu, ia mendaratkan tangannya di atas kepala Danisa, seraya berucap. "Besok gua jemput, salam buat Mama Risa. Selamat tidur pacar baru".
Ia meng-gas motor besarnya meninggalkan Danisa yang masih terpaku di tempat.
Danisa mengepalkan tangannya dengan kesal. Alisnya menukik tajam. "Shit!!! Devano setan". Umpatnya pelan, pipinya masih memerah menahan perasaan aneh yang muncul, lalu menghentakkan kaki melangkah ke dalam rumah.
Flashback off.~"Ahhh, akhirnya gua bisa tidur nyenyak". Devano mengusap layar ponselnya menggunakan ibu jarinya.
Tersenyum menatap layar berisi gadisnya, lalu memejamkan mata dan berbisik pelan. "Have a nice dream my dear".
Pagi ini, Danisa sudah siap dengan seragam nya. Sedikit membenarkan jedai rambutnya, lalu menyemprotkan parfume ke tubuhnya.
Dengan tas di bahu kanan, ia berjalan melangkah ke arah meja makan dimana Mama nya sedang menyiapkan makanan. "Pagi ,Ma."
Risa yang melihat kedatangan anak gadisnya langsung menyapa denga pelukan singkat, dan mengecup kening Danisa. "Pagi juga cantiknya Mama. Kamu mau sarapan apa?"
"Emmm, Danis mau makan roti aja deh Ma."
Menunggu Risa mengoleskan selai starwberri, Danisa membuka ponselnya, sedikit menjelajah sosial media yang ia punya. Hingga suara ketokan pintu memasuki indra pendengarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano Argantara (HIATUS)
Teen Fiction"Ekhm ... jadi pacar gua ya?" "Ehhhh ...." "Gimana?" "Bentar mikir dulu. jangan buru-buru." *** "Buaya betina sama buaya jantan kalo disatuin jadi apa?" "Jadi..... gimana bentukan anaknya ya?." "Ya buaya lagi lah ege!." *** "mantan lo noh. makin ca...