part 9

3.1K 508 135
                                    


"DASAR MESUM!!"

Sunoo melempar bantal empuk di sampingnya tepat di atas wajah tampan Niki. Hidungnya sudah terasa sakit, dan bibirnya juga nyeri karena perbuatannya sendiri. Lalu sekarang lemparan bantal?? Jujur, sekarang ia merasa sedikit bodoh melakukan hal nekat itu tadi.

"Hey!! Kau tidak melihat aku sedang terluka??"

"Apa peduliku! Sudah sana, pergi! Tugas kita sudah selesai."

Sunoo langsung menarik Niki dan mendorongnya keluar.

"Kurasa kau sudah tau dimana pintu keluar, jadi aku tak perlu mengantarmu lagi, kan??"

BRAKK

Selanjutnya disusul dengan suara bantingan pintu kamar Sunoo yang menggelegar. Niki cengo. Anak ini bisa galak juga. Dia kira muka seperti itu hanya bisa tersenyum dan bertingkah imut. Hmm, menarik juga.

----------

Niki datang lebih awal pagi ini. Di kelasnya, baru segelintir siswa yang menduduki kursi masing-masing. Yah, dia memang sengaja. Tidak mungkin dia datang saat banyak siswa sudah berkumpul dan memamerkan bekas luka kemerahan di bibir dan sedikit memar di hidung. Apa yang akan orang pikirkan?? Bahwa dia sedang bercumbu ganas dengan seseorang hingga bibirnya terluka dan ketahuan oleh sang ayah hingga berakhir hidungnya memar?
Haha, tidak lucu.

Dengan hoodie yang menutup kepala serta kepala menunduk, ia berjalan terbirit lurus ke tempat duduknya. Tanpa melepas tas, ia menidurkan kepalanya di atas meja. Mengatur napas perlahan karena harus mengeluarkan tenaga ekstra hanya untuk berjalan lebih cepat di pagi hari yang cerah ini.

"Kau kenapa?? Kau kelihatan lelah."

"Jangan ganggu aku."

"O-okay."

Jungwon langsung menutup rapat mulutnya. Ia sudah tidak berani jika Niki mengancam menggunakan suara baritone itu. Jungwon kicep.

Sunoo malah sedang menatap Niki iba. Walau ia masih marah karena kejadian kemarin, tapi Niki jadi seperti ini juga karena dirinya. Hahh, repot sekali.

"Woniee, kalau ada ssaem yang bertanya bilang aku pergi mengobatinya. Mengerti??"

"I-iya"

'Memangnya wajah Niki kenapa bisa begitu ??' Jungwon bingung. Sudahlah, itu urusan mereka.

Tanpa basa-basi lagi, Sunoo langsung berdiri dan menarik Niki keluar kelas. Jika ia berbicara baik-baik, ia rasa ia hanya akan naik pitam. Tau saja, lawan bicaranya itu Niki. Walau tidak lama mengenal, ia tahu anak itu susah mendengarkan.

"Heh! Kau mau bawa aku kemana??"

"UKS"

"Untuk apa??"

"Untuk berkebun! Menurutmu apa lagi selain berobat!!"

Oke. Kalian lihat, kan? Sunoo sudah tidak bisa menahan emosinya. Nampaknya ia harus mengurangi kadar berbicara dengan iblis satu ini jika tidak ingin cepat menua.

----------

"Aw! Pelan-pelan!!"

"Ini sudah pelan!"

"Akh! Yakk!! Kau niat mengobatiku tidak sih!?"

"Rasanya tidak akan terlalu sakit jika kau tenang!!"

"Cihh, pacar macam apa-"

"Berhenti memanggilku pacarmu! Kita berpacaran hanya di depan kakakmu saja. Tidak lebih."

Suasana mendadak hening. Oke, ini sedikit canggung. Sunoo berdehem pelan. Berniat menghilangkan kecanggungan yang ada. Ia menatap lawan bicaranya yang masih diam tak bergeming. Niki tak menunjukkan ekspresi apa pun. Membuat Sunoo sedikit takut untuk lanjut mengobati lukanya. Padahal ia rasa apa yang ia ucap ada benarnya. Kenapa anak ini terlihat seperti ingin menerkam dirinya sekarang?

"Kurasa ini sudah cukup. A-aku akan kembali ke kelas," pamit Sunoo.

Belum juga membalikkan badannya, Niki menarik pinggangnya mendekat. Dekat sekali. Bahkan wajah mereka berdua mungkin akan bertabrakan jika saja Niki berdiri dari tempatnya. Sunoo yang refleks, langsung menahan kedua tangannya di bahu lebar Niki. Agar tidak menabrak pemuda di depannya. 'ya ampun, apalagi yang akan dia lakukan sekarang?' Sunoo bisa merasakan hatinya bergemuruh hebat sekarang.

"Memangnya...
Kau mau jika kuajak berpacaran sungguhan?"

"Ah..i-itu..."

Sial pipinya memanas karena ulah Niki. Pemuda di depannya ini menatapnya terlalu intens. Sunoo merasakan pipinya semakin memanas. 'mamih, tolongin Sunoo...'

----------

"Niki, Sunoo, sini sini!"

Jungwon memanggil mereka berdua sambil melambaikan tangannya. Suaranya ia pelankan karena sadar mereka saat ini sedang di perpustakaan.

Sunoo yang melihat lambaian Jungwon langsung berjalan cepat ke arah meja sang sahabat. Disusul juga oleh Niki di belakangnya. Mereka berdua langsung ke tempat ini setelah tadi menerima telepon dari Jungwon yang bilang bahwa mereka di beri tugas kelompok yang akan berisi empat orang. Jungwon bilang anggota kelompoknya itu mereka bertiga ditambah dengan teman sebangkunya Jungwon.

"Jadi tugasnya tentang apa??" Niki bertanya malas.

"Sebenarnya tugasnya cukup rumit. Tapi tenang saja. Ssaem memberi waktu hingga akhir pekan untuk batas pengumpulan. Tepat sebelum liburan."

"Hah?? Memang kita libur lebih awal?" Dahi Sunoo berkerut. Jungwon mengangguk singkat, "Tadi ssaem memberi tahu kami." Sunoo pun hanya ber-oh ria. Yah, setidaknya ia bisa libur lebih awal.

"Oh ya, dimana teman sebangkumu itu?"

"Sebentar lagi dia datang. Oh itu dia!" Jungwon lagi-lagi melambaikan tangannya.

"Maaf aku sedikit terlambat."

"Tidak papa. Niki, Sunoo, perkenalkan namanya Sunghoon. Kalian sebelumnya sudah sering lihat mukanya, kan? Tapi kurasa kalian belum pernah berkenalan."

"Hai!" Sunghoon tersenyum ramah dan melambaikan tangannya pelan.

"H-hai" Sunoo tersenyum kaku. Sedangkan Niki hanya menatap matanya sinis nampak tak suka.

To be continued

taruhan - SUNKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang