🌞7🌞

1K 179 23
                                    


"Pak Bagus ternyata bisa serius juga kemarin, saya ngakak Pak setelah sampai di ruangan saya, maunya ketawa di sana tapi takut Pak Bagus tersinggung, kata-kata Pak Bagus bener sih tapi Pak Bagus gak pantes kalo pasang wajah serius."

Verlita menyendokkan nasi rawon yang masih mengepul dan mendesis kepanasan. Ia terpaksa mengomentari sikap Bagus saat tiba-tiba saja berubah serius saat berbicara di ruangan Ayunda kemarin. Kebetulan mereka sama-sama menuju kantin yang ada di area kantor untuk makan siang.

"Hehe ... iya kah Bu? Wajah somplak kayak saya memang gak ada tampang serius sama sekali ya Bu?" tawa pelan Bagus terdengar sambil menikmati makan siang serupa dengan Verlita.

"Gak tau kenapa jadi aneh saja Pak."
Verlita kembali tertawa dan ia kembali melihat wajah serius Bagus.

"Saya hanya ingin menunjukkan keseriusan saya pada bos cantik itu, meski saya lebih muda, kadang juga bertingkah kayak orang gak waras tapi saat-saat tertentu saya bisa serius, hidup ini sudah susah Bu Verlita, jadi kalo setiap saat dibikin susah ya stres lah kita, segala sesuatu yang gampang ya jangan dipersulit, yang sulit malah harusnya dibikin mudah."

Verlita mengangguk sambil terus mengunyah lalu setelah menelan kunyahannya ia mendekatkan wajahnya pada Bagus.

"Bapak kayak jatuh cinta sama Ayunda ya?"

"Malah saya pengennya nih, jadikan istri kalo dia mau, tapi apa dia mau sama laki-laki kere kayak saya ya Bu? Karena saingan saya berat, kalo Pak Alex Winata nantinya bisa ngasi sebongkah berlian untuk bos cantik, lah saya cuman bisanya ngasi sebongkah hati yang tulus dan suci tak ternoda setitikpun karena pakai sabun cuci dari Tuhan."

Verlita tertawa terbahak-bahak, benar-benar gak masuk akal kalau berbicara dengan Bagus.

"Ada di mana bos cantik, Bu? Kok gak makan siang?" tanya Bagus memasukkan suapan terakhir ke mulutnya.

"Ada Pak Alex di ruangannya, tadi bawa buket bunga besar, kayaknya makan berdua di ruangan Ayunda, meski Ayu enggan tapi dia merasa gak enak, walau bagaimanapun mereka akan punya hubungan bisnis jadi dia sebisa mungkin menahan diri."

"Waduh, waduuuuuh ada saingan ternyata hari ini, mana saingannya kelas kakap lagi, tapi saya nggak minder Bu, bentar lagi saya mau masuk ke ruangan bos cantik itu."

"Eh, eeeh jangan, sekarang itu Ayu mau tanya tentang perjanjian kerja sama yang baru dikirim itu, Ayu maunya nolak jadi jangan direcokin dulu Pak."

Bagus mengangguk tapi ia tetap ingin masuk ke ruangan Ayunda karena penasaran.

.
.
.

"Bisakan pertemuan kali ini berlanjut makan malam?" Mata Alex menatap lekat wanita berwajah cantik namun minim ekspresi di depannya ini, seumur-umur baru kali ini ia merasa tak diminati wanita, selama ini semua mengejar dirinya. Ketampanan di atas rata-rata dan harta yang berlimpah membuat dirinya tak henti digilai wanita. Tapi siapa sangka saat bertemu wanita di depannya yang hanya menarik sedikit sudut bibirnya ini ia merasa tertantang untuk menaklukkan karena dia seolah merasa jika Ayunda sedikit meremehkannya, mengacuhkannya.

"Saya tidak bisa berjanji apa-apa Pak, saya khawatir ada hal tak terduga hingga tak bisa memenuhi permintaan Bapak."

"Jangan terlalu formal, kita hanya berdua, ber~aku-kamu saja, aku suka padamu sejak awal kita bertemu di acara pertemuan pengusaha muda beberapa bulan lalu, kau seperti mengacuhkanku sejak awal kita bertemu, dan ... "

Ayunda tak mengira jika laki-laki gagah di depannya akan berkata terus-terang padanya. Ia hanya menghela napas, ia tak tahu harus bagaimana.

"Em, begini apa tidak lebih baik kita bicara masalah kerja sama kita?"

"Tidak, aku ke sini hanya ingin mengutarakan keinginanku untuk serius dekat denganmu, aku tak mau memaksa, tapi aku ingin kita mencoba berjalan, jika kau banyak merasakan perbedaan dan tak ada kecocokan tak masalah kita tak melanjutkan niat baik aku untuk hidup bersama denganmu."

Ayunda memejamkan mata sekejab, Davin yang beberapa saat lalu datang lagi dan memelas padanya, belum lagi ajakan Bagus yang tiba-tiba saja menyatakan mengajaknya berpacaran dan kini tawaran dari laki-laki yang siapapun tahu bagaimana usaha turun-temurun keluarganya yang menggurita tak akan habis dimakan tujuh turunan tiba-tiba saja mengajaknya untuk melangkah bersama.

Ketiganya memiliki tujuan sama, ingin lebih dekat dengannya, ingin hubungan lebih serius dengannya.

"Saya ..."

"Aku, please! Pakailah kata aku, aku ingin kita lebih dekat lagi, aku tahu banyak tentangmu, hanya kamu yang perlu belajar lebih banyak siapa aku!"

"Tahu dari mana?"

"Alex Winata, tak akan pernah tidak bisa jika ingin sesuatu, aku tahu mantan tunanganmu yang ingin kembali padamu, juga karyawanmu yang masih bocah, mencoba-coba mencari peruntungan ingin dekat denganmu juga kan?"

Ayunda mengerutkan kening, bagaimana bisa?

"Kau memata-mataiku?"

Alex tertawa lalu memajukan wajahnya.

"Bukan memata-matai tapi aku ingin kau aman, mantan tunanganmu hanya memanfaatkan karena kalian pernah dekat, dia menyakitimu dan akan kembali saat keinginannya tak menguntungkan, lalu itu anak kecil itu, dia punya apa untuk mendekatimu?"

Baru saja Alex selesai bicara pintu ruang kerja Ayunda diketuk dan Bagus masuk. Ia menunduk hormat dan meletakkan map di meja Ayunda. Lalu keluar dari ruangan Ayunda sambil sekilas melirik pada Alex.

"Tuh lihat gayanya, gak sopan, harusnya dia memberikan map itu pada sekretarismu, buka nyelonong begitu saja, dasar anak kecil."

"Sudahlah, dia kan masih anak-anak."

Bagus merasa geram saat mendengar ucapan Alex dari balik pintu.

"Heh mentang-mentang kaya, ok kita bersaing sehat Om, siapa yang bisa mendapatkan cinta Bu bos cantik."

Bagus menggerutu sambil melangkah menuju kubikelnya. Sementara itu saat menoleh ia melihat Ayunda ke luar ruang kerjanya beriringan dengan Alex. Dengan langkah tergesa Bagus mengejar.

"Bu, itu laporan yang ibu minta di meja ibu," teriak Bagus. Ayunda dan Alex menoleh bersama. Ayunda hanya mengangguk.

"Yah, nanti akan aku periksa, aku masih ada keperluan bersama Pak Alex."

Alex meraih tangan Ayunda dan sedikit menarik agar segera menuju lift. Bagus mengepalkan tangannya. Sesampainya di dalam lift Ayunda menarik tangannya dari genggaman Alex.

"Kita tak begitu dekat, aku tak terbiasa seperti ini." Alex tersenyum miring dalam hati ia berjanji, tak akan lama lagi ia yakin Ayunda akan bertekuk lutut padanya.

🌞🌞🌞

9 Februari 2021 (06.41)

Ayunda (Cinta dalam kabut kepalsuan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang