🌞5🌞

880 178 19
                                    


"Ayunda, kamu harus sabar menghadapi Bagus, dia loh meski muda rajin dan tekun, aku baru lihat cara dia kerja, gak banyak omong, cuman kalo kerjaannya selesai emang rame sih dia, kayaknya seriusnya dia kayak Mbak Mery deh, Alhamdulillah pilihanku tepat kan Ayunda?" ujar Verlita saat tiba makan siang dan entah mengapa tiba-tiba saja Verlita berbicara tentang Bagus. Mereka makan siang berdua di ruangan Verlita, kebetulan Verlita membawa bekal banyak dan rasanya tak akan habis jika dimakan sendiri.

"Ngapain Kakak kok bisa ngomongin dia, bikin males makan aja," sahut Ayunda.

"Iiih kamu ini, aku cuman bilangin, soalnya kamu kayak gak suka sama dia."

"Cerewet, usil, males aku." Verlita tertawa dan tak disangka orang yang mereka bicarakan muncul, mengetok pintu tapi langsung membukanya.

"Waaah Bu Bos ada di sini juga, boleh dong saya gabung." Dan tanpa sungkan Bagus duduk di hadapan Ayunda yang sedang asik makan. Ayunda menatap Bagus dengan kesal.

"Ngapain ke sini?" tanya Ayunda

"Ya ada perlu Ibu sama ibu Verlita, ibu galak banget, padahal saya gak ganggu loh." Bagus mulai membuka bekalnya, harum menyeruak seketika.

"Hmmm enaknya, apaan si Pak Bagus." Verlita melihat dalam wadah bekal bagus ada udang goreng tepung plus saus asam manis dalam di tempat terpisah.

"Enaknyaaaa, mau dong Pak." Verlita langsung mengambil satu udang goreng tepung tanpa menunggu ijin Bagus.

"Ibu Bos mau?" Bagus menyodorkan boks makan siangnya. Ayunda diam dan menatap Bagus dengan tatapan bingung ia pura-pura konsentrasi pada suapannya. Tiba-tiba Bagus sudah mendekatkan udang goreng ke bibir Ayunda.

"Ayolah Ibu Bos enak beneran, masakan calon ibu mertua."

Ayunda menatap Verlita yang menahan tawa. Ayunda mengerutkan keningnya.

"Calon ibu mertua siapa? Calon mertuamu?" tanya Ayunda.

"Bukan, calon mertua Ibu, ibuku kan calon mertua Ibu."

Ayunda langsung tersedak hingga Verlita yang terbahak segera memberikan botol air minumnya.

"Kamu tahu nggak sih, aku itu siapa?" Ayunda memasang wajah serius setelah mengusap mulutnya dengan tisu.

"Ibu Ayunda yang cantik," sahut Bagas tanpa merasa bersalah. Ayunda bangkit ia menatap wajah Bagus lebih dekat.

"Dengar ya adik kecil, aku di sini bosmu, tahu, jika di rumahku masih aku maafkan, tapi di sini aku mau kau tahu batasan bergurau, atau aku pecat kamu dari sini." Ayunda bangkit, bergegas keluar dari ruangan Verlita dengan wajah menahan marah. Ia harus memberi tahu Bagus sejak awal agar ia tak dilecehkan di depan karyawan yang lain. Setelah pintu berdebam Verlita menatap Bagus.

"Pak Bagus kelewatan sih, meski wajah kayak anak kecil, Verlita itu banyak makan asam garam kehidupan, terutama masalah asmara yang berakhir menyedihkan, makanya ia benar-benar membatasi diri bergaul dengan laki-laki, dia kayak gak mau sakit hati lagi." Bagus tak peduli, ia melanjutkan makan siangnya.

"Dia aja yang sense of humornya jelek Bu, kan aku jujur dia cantik, beneran dia cantik Bu, aku mau jadi pacarnya." Verlita terbawa sampai nasi di mulutnya bertaburan.

"Ealaaaah Pak Bagus, gak akan digubris, tahu nggak Pak Alex Winata, yang terkenal dengan bisnis mobil mewahnya itu ngejar-ngejar dia malah dicuekin kok Pak Bagus yang anak-anak." Verlita meraih botol air mineral dan meneguknya beberapa kali.

"Hmmmm ... dia gak tau cara mendekati cewe jutek kayak Bu Ayunda." Jawaban Bagus kembali membuat Verlita terbahak.

"Hadu haduuuu lah Pak Bagus apa bisa meluluhkan Ayunda? Kayak tadi aja itu sudah bikin Ayunda ngamuk."

"Tunggu tanggal mainnya, Bu, dia belum tahu siapa saya."

"Iya deeeh saya doakan lancar, tapi kalo gak dapet jangan ngamuk ya."

"Nggak akan ngamuk karena saya yakin dia akan luluh pada saya." Bagus bangkit dari duduknya dan menata boks makannya kembali lalu pamit pada Verlita.

"Saya balik ya Ibu, mau ke ruangan saya lagi."

"Eh udah sholat Pak."

"Ya udah lah sebelum makan, makasih Bu Verlita."

"Yo i Paaak."

.
.
.

Menjelang Isyak Ayunda merapikan semua pekerjaannya. Ia meraih tasnya dan melangkah menuju pintu, hendak pulang dan beristirahat melepas penat setelah semua rutinitas yang melelahkan seharian. Saat melewati ruangan tempat Bagus bekerja. Ia masih melihat Bagus yang tekun menyelesaikan pekerjaannya. Sekilas dengan ekor matanya Ayunda melihat Bagus yang mengalihkan tatapannya dari layar komputer dan menatap dirinya yang sedang lewat hanya anehnya Bagus diam saja tak bereaksi karena ia yakin jika tahu ia lewat pasti Bagus akan mengganggunya lagi, entah angin apa yang membuatnya diam dan tetap di tempatnya.

Niat Ayunda yang awalnya langsung pulang jadi urung dan melangkah lurus menuju cafe yang ada di depan kantornya. Ia duduk di pojok menghadap ke luar jendela. Mencari kursi yang memang hanya untuk satu orang. Tak lama waiters datang menyodorkan menu, Ayunda dengan yakin memilih dan menunggu sambil menatap malam yang mulai turun diselingi gerimis kecil yang jatuh satu-satu.

Ayunda menghela napas saat ingatannya kembali pada laki-laki yang pernah hadir dalam hidupnya menjanjikan warna merah muda namun berakhir kelabu. Dua hari lalu saat ia berada di sebuah mall tiba-tiba lengannya ditarik seseorang dan denyut jantungnya terasa berhenti saat Davin, mantan tunangannya mengajaknya masuk ke sebuah cafe. Meski enggan ia diam saja kala Davin dengan wajah memelas menceritakan semuanya jika ia ternyata dibohongi oleh istrinya. Usia kandungan istrinya ternyata melebihi usia pernikahan mereka malah agak jauuuh, sangat jauh, saat dipaksa oleh Davin barulah ia mengaku jika sebenarnya ia telah hamil dengan laki-laki lain yang tentu saja lebih dulu dekat sebelum dengan Davin. Hancur dan merasa tersakiti, Davin meminta maaf pada Ayunda yang telah mengkhianatinya dulu demi wanita yang ternyata hamil dengan laki-laki lain lalu mengajak Ayunda kembali merajut benang kasih. Dan berjanji akan segera menceraikan istrinya setelah bayi itu lahir.

Ayunda benar-benar dilema, di satu sisi ia masih sangat mencintai Davin tapi di sisi lain alangkah bodohnya jika dia masih menerima laki-laki yang jelas telah bermain api dengan wanita lain. Justru kejadian yang menimpa Davin adalah buah dari pengkhianatan yang dilakukan padanya.

"Boleh aku temani Kak? Aku janji nggak akan ganggu Kakak, aku tahu Kakak punya masalah, aku hanya ingin Kakak percaya meski aku brondong tapi tidak tengil?"

🌞🌞🌞

4 Februari 2021 (19.25)

Ayunda (Cinta dalam kabut kepalsuan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang