🌞4🌞

1.2K 224 39
                                    


"Ngapain kamu ikut aku masuk ke ruanganku? Keluar sana!" Ayunda berterik dengan wajah kesal. Bagus hanya cengar-cengir.

"Galak amat sih, aku loh luka-luka, untung selamat, keserempet truk loh motorku, gak main-main kan, Kak?" ujar Bagus dengan wajah memelas.

"Aku nggak nanya, bukan urusan aku, mau keserempet sapi juga bukan urusanku, ingat, kamu karyawan dan aku bosnya, ingat itu jaga kesopanan," ujar Ayunda lagi.

"Inga' inga' Bos," Bagus tertawa dan Ayunda semakin merasa dipermainkan.

Tok ... tok ... tok

"Ya masuk, eh Kak Verlita," ujar Ayunda saat pintu terbuka, Verlita masuk dan kaget saat ada Bagus di ruangan Ayunda.

"Eh Pak Bagus ada di sini."

"Iya, Ibu Ayunda memanggil saya, Bu Verlita, beliau ingin mengenal saya lebih dekat, yaaah maklum kan saya pegawai baru, masih muda lagi kan perlu pengarahan dari Ibu Ayunda yang ayu." Verlita tertawa mendengar ocehan Bagus, sedang Ayunda diam saja menahan marah.

"Ada apa Kak?" tanya Ayunda memotong agar Bagus tak semakin jadi bicara tak karuan.

"Ada beberapa hadiah dari rekanan kita untuk kamu, aku bawa ke sini ato biar bawa pulang aja ke rumahmu?"

"Bawa pulang saja Kak," sahut Ayunda.

"Eh iya, saya juga punya hadiah loh untuk Bu Ayunda tapi maaf gak bisa dibawa pulang," ujar Bagus tiba-tiba.

"Kok bisa? Masa hadiah gak bisa dibawa pulang Pak, apa terlalu besar?" tanya Verlita penasaran

"Gak sih Bu kecil malah, hadiahnya hati saya untuk Bu Ayunda, ya gak bisa dibawa pulanglah."

Tawa Verlita memenuhi ruangan Ayunda. Ayunda sebenarnya ingin tertawa tapi ia tahan sebisa mungkin, malas menanggapi kekonyolan Bagus.

"Heran saya sama Pak Bagus, kok bisaaaa aja, nggak kayak Mbak Mery yang serius."

"Ya lainlah Bu, kan beda aliran," sahut Bagus.

"Aliran apaan memang Pak?" tanya Verlita lagi sambil menahan tawa.

"Tante Mery kan aliran lurus, saya agak nikung dikit kadang nyungsep gak jelas." Tawa Verlita pecah lagi.

"Ya Allah Pak, Bapak ini lucu deh, bisa  semakin meriah kantor ini Pak kalo gini terus."

"Iyalah, saya kan ramah, ceria dan manis."

"Pak Bagus, bisa ke luar sebentar maaf ada yang harus saya kerjakan," ujar Ayunda mulai membuka map yang ada di depannya.

"Ibu ini gimana sih, katanya manggil saya tadi." Verlita menepuk pundak Bagus.

"Kita keluar aja dulu Pak, Ayunda kalo kadung mau kerja ya dia akan kerja, ayolah, paling dia lupa kalo kerjaan numpuk." Sebenarnya Bagus masih ada yang akan ditanyakan tapi melihat wajah serius Ayu, Bagus jadi mengurungkan niatnya untuk terus menggoda Ayunda.

"Bu, emang dia selalu galak ya?" tanya Bagus setelah pintu tertutup.

"Nggak lah, dia hanya disiplin, dia gak suka bergurau gak penting, pengalaman hidup mengajarkannya begitu, dia pekerja keras sejak kedua orang tuanya meninggal, adiknya yang laki-laki malah kerja di tempat lain, untung kami sodara-sodara, keluarga besar dari papa dan mamanya, mendukung dia," ujar Verlita panjang lebar.

"Oh gitu," Kata Bagus pura-pura tidak tahu," Emmm ... dia punya cowo nggak Bu?"

Mata Verlita terbelalak karena kaget dengan pertanyaan Bagus.

"Nggak lagi, dia pernah gagal membina hubungan, sayang sih karena sudah tahap tunangan, sejak itu dia kayak gak mau lagi berhubungan dengan laki-laki manapun, baginya kayak gak ada waktu mikir itu, apalagi di usianya yang ketiga puluh, hari ini ya hehe dia sudah punya segalanya dan kayak gak butuh pendamping." Verlita melihat Bagus yang mengangguk-angguk dengan ekspresi serius.

"Emang kenapa Bapak pake nanya?"

"Penasaran aja, galak sih, tar gak ada yang mau," sahut Bagus, Verlita tertawa lagi.

"Dia banyak yang suka Pak dan gak main-main, orang-orang berduit yang suka loh, kalo ada pertemuan para pengusaha muda selalu saja ada yang ngekorin dia sampe ke sini tapi ya selalu berakhir mengenaskan, eh sudah ah Pak, saya mau kerja dulu, tar lagi ya kalo mau tanya-tanya bos? Bapak suka yaaaa sama Bu Bos?"

"Bukan suka sih Bu?"

"Trus kenapa tanya-tanya terus?"

"Naksir."

Verlita tertawa untuk kesekian kalinya.

.
.
.

Lepas Maghrib, Ayunda segera menelepon Bagas setelah sampai rumah. Ia belum sempat membuka baju yang ia pakai sejak pagi, ia mengambil ponselnya dan menghubungi adiknya.

Halo Kaaak ada apa?

Tau nggak? Temen kamu si somplak itu kerja di tempat akuuuu, gila nggak

Lah masa sih kak?

Masa sih, masa sih, masa kamu gak tau, paling sekongkol ya?

Beneran kaaak aku gak tau, dia cuman bilang resign karena mau cari kerja yang deket sama ortu dan adiknya

Heh mangkel aku, mana sok akrab lagi, bikin rame aja

Hahahaha ya biasalah si Bagus kan mesti gitu mana tau dia diem, tapi kalo urusan kerja dia beres kok kak, meski kaya somplak gitu kalo kerja dia serius

Semoga deh, aku ga yakin tapi

Beneran Kak, dia itu meski kayak gokil parah tapi kalo urusan kerja dia serius

Halah promosi mentang-mentang temennya

Lah beneran gitu, semoga cocok deh dia sama Kakak, dan gak gangguin kakak

Iyaaa udah ya Gas, eh iya kapan kamu pulang?

Minggu depan paling Kak, kenapa? Kangen?

Iya kangen ngajak tengkar

Ayunda meletakkan ponselnya, lalu mulai melepaskan bajunya, ia ingin segera berendam di bathtub dan merasakan nikmatnya menyegarkan badan, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi nyaring, saat akan dilihat ternyata dari makhluk astral.

Apaaa

Galaknyaaaa ... ih pasti mau mandi, pasti ga pake baju kaan cuman andukan aja kaaan

MESUUUM ... aku matiin loh telepon

Jangan Kaaa jangaaan

Mau apaaa

Mau tanya aja tar aku kalo ada hal yang mau aku tanya boleh ke tanteku apa ke Bu Verlita? Aku minta ijin karena tanteku kan dah resign, aku ijin gini agar sesuai jalur aja takut menyalahi aturan

Ke Kak Verlita aja

Yaudah sana mandi, bau tau

Jidat Lo pecah, gak ada ceritanya Ayunda bau TAUUU

Masa sih? boleh aku cium besok?

Dan Ayunda memutuskan sambungan teleponnya dengan gemas.

"Bocah salah kloning ni anak, ngomong seenak bibir aja, lemes banget tuh bibir sampe bilang mau nyium, cium sono pantat sapi, dasar makhluk aneh salah makan salah proses pembentukan sel telur sama sperma, heeeeh seharian dibikin mangkel akuuuuu."

Ayunda berteriak geram, ia melangkah menuju kamar mandi sambil menghentakkan kakinya. Berharap emosinya reda setelah berendam di bathtub

🌞🌞🌞

18 September 2020 (15.12)

Ayunda (Cinta dalam kabut kepalsuan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang