Labirin Seribu Pintu

103 11 2
                                    

Manusia hidup berkelana di dalam ribuan pertanyaan. Ia adalah makhluk yang penuh keinginan, maka ia disebut juga sebagai si pencari. Satu didapat, muncul yang lain. Begitu terus, tak pernah puas. Mencari makna kehidupan.

Seorang gadis berusia 24 tahun berbaring sembari menatap plafon kamar yang berwarna putih. Di penjuru kamarnya terdapat seabrek hadiah dari para penggemarnya. Piala serta plakat penghargaan berjajar pada sebuah rak gantung. Beberapa sampul majalah dipajang di dalam sebuah bingkai. Itu pukul tiga subuh dan Rika bertanya kepada dirinya sendiri, What's your dream?

Lalu Rika menjawab, Aku tidak tahu.

Batinnya melanjutkan pertanyaan, Kenapa bisa tidak tahu?

Butuh waktu cukup lama hingga hatinya membalas, Karena aku tidak memiliki mimpi.

Kau yakin? Bukankah yang sekarang telah kau capai adalah mimpimu? Rika membalikan tubuh, menghadap meja berisi foto-foto dirinya bersama tokoh-tokoh terkenal.

Seharusnya sih begitu..., Rika memandang nanar sudut-sudut kamarnya.

Lalu apa yang membuatmu merasa seperti ini? tukasnya.

Setiap satu pertanyaan selesai dijawab muncul yang baru. Tanya jawab yang tidak ada habisnya. Rika memejamkan mata, merasa lelah dengan segalanya. Akhir-akhir ini ia hilang arah, tak tahu lagi apa tujuan dari hidupnya. Padahal Rika bergelimangan kesuksesan sebagai ratu layar lebar, penggaet sorotan-sorotan media massa, dan penyabet kedudukan tinggi pada rantai dunia hiburan. Namun sekarang semuanya terasa hambar, tak ada lagi yang membuatnya bahagia. Larut dalam pikirannya, perlahan-lahan detik berubah menjadi menit, menit terus bergerak, dan ia tertidur.

***

Netra Rika mengerjap, apa yang ia tangkap hanyalah deretan pintu, kanan kiri maupun depan belakang. Dia berada di sebuah labirin yang terbuat dari ribuan pintu warna-warni. Seharusnya tempat ini asing, tapi ada sebuah perasaan yang melekat di hatinya.

Rika memutuskan untuk menelusurinya, ia berbelok pada tikungan dan berakhir di depan sebuah kusen putih. Ada suara nyanyian dari dalam sana, entah lagu apa, tapi Rika merasa mengenalnya. Lalu Rika menekan gagang pintu, warna lazuardi memenuhi pandangan. Ia melangkah ke dalam, tapi Rika tidak menginjak apa pun, dia terjun bebas.

Momentumnya begitu cepat, dalam sekon-sekon yang tak terhitung Rika menghantam satuan luas perairan hingga menghasilkan percikan serta riak. Kemudian buih-buih kecil berhamburan seiring ia tenggelam. Rika menjerit minta tolong untuk diselamatkan, tapi semakin terseret ke dasar, suara nyanyian yang tadi didengar semakin jelas. Ketika akhirnya kata-kata dari lagu itu dapat ditangkap sepenuhnya, Rika menghantam sebuah bidang datar. Dia di atas lantai sebuah kamar.

"Tidurlah Sayang, tidurlah malaikat kecilku," seorang wanita mendendangkan lagu pengantar tidur setelah selesai menyihir putrinya dengan bacaan kisah klasik.

Anak perempuan berusia tiga tahun menatap buku cerita di tangan ibunya yang bergambar manusia berekor ikan, "Mama, di manakah putri duyung hidup?"

Ibu tersenyum, "Dia hidup di hati setiap orang yang percaya."

Rika memperhatikan citra itu dengan tatapan tak terbaca. Mimpi, si dia yang datang dan pergi. Datang dalam dunia seorang anak kecil yang hidup tanpa batas imajinatif sebagai tamu. Lintas waktu, tamu itu menjadi teman yang menyenangkan, membawa si anak terbang bebas pada awan-awan impiannya. Rika Kecil percaya di ujung pelangi ada guci berisi timbunan emas, dia juga yakin di tengah segara yang belum terjamah manusia terdapat kerajaan duyung.

IntermittencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang