Sang Pengelana dan Teka-teki Semesta

252 16 4
                                    

Halo semua, buku ini akan berisi kumpulan cerpen yang pernah aku buat entah itu untuk lomba atau untuk media. Jadi ini ibarat album yang berisi arsip cerpen-cerpenku. Tidak ada jadwal update atau semacamnya. Selamat menikmati! 🙏

.
.

Aku memiliki kunci, tapi tidak memiliki gembok. Aku mempunyai ruang, tapi tidak dengan ruangan. Kau bisa masuk, tapi kau tak bisa keluar. Apakah aku?

Dia berada dalam setiap makhluk penghuni jagat raya; manusia, tumbuhan, hewan, bahkan sosok tanpa nyawa sekalipun. Keberadaannya adalah dimensi dari apa yang terlukis pada kanvas angkasa, tergurat di pertiwi atau yang tergantung di antaranya.

Katanya dia adalah sosok paling penting pada perputaran poros dunia karena ialah pembentuk; siang dan malam, bulan dan tahun. Dia bisa menjadi badai yang menghilangkan segalanya, tapi bisa juga menjadi petunjuk jalan apa yang paling penting dalam hidup ini. Kabar burung mengatakan ia lebih dalam dari sekadar ukuran, lebih banyak dari partikel pembentuk sebuah planet.

Banyak orang menginginkannya untuk digenggam, tapi lebih banyak lagi yang melepaskannya di dalam sebuah pelepasan paling buruk pada jurnal kesia-siaan gerak tahunan. Dia menjadi masalah karena orang-orang pikir mereka memilikinya. Dia berada di dalam lumbung ada dan tiada. Makhluk hidup dan makhluk tak hidup sering berkelana secara liar di dalamnya, maka dari itu lahirlah julukan untuknya: sang Pengelana.

Sebutan tersebut juga hadir sesuai dengan catatan kegiatan hariannya. Sang Pengelana hidup untuk mencari jawaban. Dalam perjalanannya ia selalu membawa dua barang; jam pasir dan sebuah arloji tua. Dia berputar pada labirin misteri pencarian tentang apa makna di balik buku kehidupan, tersesat di dalam penundaan, terjerumus pada lubang kehampaan dan lenyap di balik lembah-lembah ketakutan akan mimpi. Sang Pengelana pergi dari ujung dunia yang satu ke satunya lagi, menisik tali-temali jawaban dari pertanyaan yang belum terungkap. Kebanyakan ia mendapatkan jawabannya, tapi setiap satu pertanyaan terjawab maka akan tumbuh pertanyaan yang baru. Begitulah kehidupan sang Pengelana, beranjak dari satu persoalan menuju persoalan lain.

Suatu hari sang Pengelana sedang mengamati sepasang burung merpati kasmaran di atas sebuah ranting pohon. Kedua binatang itu sangat mempesona, bulu mereka putih bersih tanpa noda, kedua bola matanya segelap mutiara hitam. Namun kecantikan itu tidak bertahan lama karena tiba-tiba saja merpati yang jantan oleng, dia terjatuh dan menghantam tanah. Sang Pengelana mendekati burung itu, ternyata sudah mati. Lalu tak sampai lima menit kemudian merpati yang betina juga ikut jatuh di sampingnya, menyusul pasangannya pergi meninggalkan dunia fana. Sayang sekali, mereka begitu cantik untuk menjadi kematian. Sang Pengelana yang terpaku di tempat bertanya-tanya, kenapa pemandangan indah tersebut direngut darinya dengan cara yang begitu buruk?

Akhirnya sang Pengelana memutuskan untuk mencari jawaban. Ia memulai perjalanan ke arah timur untuk menemui raja dari segala raja. Ia yakin, si penguasa jagat raya bisa memberikan jawabannya. Sang Pengelana melalui gurun pasir selama dua puluh empat jam hingga akhirnya tiba di pinggir teluk.

Hari hendak melepas senja saat sang Pengelana menemukan pencariannya, Matahari. Sisa-sisa kemilau warna jingga sudah meredup menjadi pertanda bahwa sedikit lagi ia akan segera pulang ke barat. "Tunggu, tunggu! Jangan pergi dulu!" seru sang Pengelana.

Keagungan Matahari berkali lipat lebih mempesona dibandingkan dua burung merpati yang tempo hari ia temui. Cahayanya berpendar bagai jubah. Matahari menoleh, "Kau tahu sekeras apa pun aku ingin berhenti, aku tidak akan pernah bisa melawan. Apa yang kau butuhkan dariku?"

"Aku perlu bantuanmu untuk menjawab pertanyaanku, 'kenapa hal-hal yang indah seringkali direngut dengan cara yang begitu buruk dari kita?'" ungkap sang Pengelana.

IntermittencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang