Chapter 6

10 0 0
                                    

Cerita yang lebih asiknya bakal dimulai dari sini yaww♥️

Jangan dulu pindah ke lain cerita:' karena Rain My Tears akan membuat para readers merasakan sentuhan di setiap paragraf demi paragraf:))♥️


Terlambat?

"Mamaaaa"

Seorang ibu rumahtangga yang sedang asik menggoreng telur, tersentak mendengar sebuah teriakan anaknya didalam kamar. Ia pun berlari menuju kamar dan meninggalkan si telur yang di gorengnya

"Ada apa? Ga tadi malem ga pagi pagi gini ngagetin orang serumah aja. Ada apasiii?" tanya ibunya

"Mama kenapa ga bangunin Nicha? Uda jam7 iniii mah, gimana nii?" ujar Nicha celingukan muter muter kamar

"Astaga. Lupa mama chaa, kamu lagi kenapa bisa telat bangun gini. Dah sana gosah mandi cuci muka gosok gigi aja biar ga bau mulutmu"

Ia pun berlari ke dalam kamar mandi menyetujui usul ibunya.

"Gitu aja heboh teriak teriak segala, uda tau mama lagi goreng telur. Eh goreng telur?" ibunya yang baru menyadari masakannya tertinggal tanpa mematikan kompornya terlebih dahulu lalu berlari ke dapur mendapati telurnya sudah bau gosong menghitam

"Nichaaaaaa!! Astaga yaallah gusti nu agunggg" teriaknya menyalahi anaknya. Nicha yang sedang gosok gigi cengengesan mendengar teriakan ibunya diluar

Nicha pun sudah siap untuk berangkat. Kini, ia sedang menunggu angkutan umum yang selalu biasa ia naiki untuk pergi ke sekolah. Namun angkutan umum yang ia tunggu tak kunjung datang. Ia melihat jam tangannya menunjukkan pukul 07:59 , ia sudah pasrah kena hukuman terlebih lagi di hari hari ujiannya.

Sebuah motor berhenti dihadapannya. Ia lalu memundurkan tubuhnya melangkah ke belakang, karena pikirnya orang yang berhenti dihadapannya adalah orang jahat yang akan mengganggunya. Orang itu memakai motor sport dan helm tertutup tentunya, ia turun dari motor lalu menarik lengan Nicha yang terus menerus mundur menghindarinya

"Ahhh lepasin tangan gue! Lepasin gaaa gue teriak nii" jerit Nicha panik. Kenapa ada orang jahat sepagi ini

"Diemm! Lo tuh apaansi teriak teriak segala kalo gue di gebukin warga gimana?" ucapnya melepas lengan Nicha dan membuka helm-nya.

"Looo? Ngapain lo disini pagi pagi, bisa ga siii lo sehari ajaa atau seterusnya deh lo gausa ganggu gue"

"Ganggu? Siapa yang gangguin lo, lo liat sekarang jam berapa. Mau lo kena hukum lagi di sekolah mungutin sampah, idihhh" ucap Bian mengejeknya.

Nicha pun melihat jam tangannya kembali. Benar, kini jam menunjukkan pukul 08:19. Namun ia tetap bersih keras untuk tidak menumpang di boncengi-nya, tapi kalau ia tidak menerima tawarannya apa ia akan bisa ikut ujian hari ini?

"Lo mau ikut gue naik terus ikut ujian atau lo tetep disini nungguin angkot terus lo bukannya dapet nilai malah dapet hukuman?" pertanyaan Bian membuat pikiran Nicha bingung setengah mati

"Ehmm, gaa! gue tetep disini nunggu angkot daripada gue harus diboncengin lo"

"Ohh yauda kalo gitu. Keras kepala ya lo, buang buang waktu gue aja disini" Bian pun memakai helm dan menancap gas motornya. Nicha yang melihat Bian pergi hanya bisa menggigit jarinya

"Nghh, woiii tunggu! berhentii gue ikuuutttt"

Bian yang mendengar teriakannya lalu berhenti, menoleh kebelakang melihat perempuan yang keras kepala akhirnya luluh juga

"Yaudaa sini" teriak Bian menyuruhnya

"Gue? Nyamperin lo, lo lahh kesini ngapain gue nyamperin lo"

"Oh yauda gue pergi"

"Ishh, iyaiyaaa"

Akhirnya, Nicha pun menghampiri lalu mencoba naik ke atas jok belakang motornya "Ishh susahhhh" rengeknya kesusahan menaiki motornya yang tinggi

"Makanya tinggi. Punya badan cebol banget kek botol yakult"

Nicha kini bisa duduk di atas motornya lalu menggeplakk kepalanya Bian, "auww sakit bego. Mana tangan lo ko gaada di pinggang gue?" modus buaya-nya muncul

"Maunya elooo"

(Kamu-Melly Goeslaw)

Bian pun menancapkan gas-nya kembali. Ia tersenyum senyum sepanjang jalan karena bisa memboncengi perempuan yang kini sedang ia perjuangkan hatinya, "mimpi apa gue semalem ya" batinnya.

Sesampainya di parkiran sekolah. Terdengar bel sekolah berbunyi, Nicha dan Bian pun turun dari motornya

"Ko jam segini baru bel ya? Gerbang juga masi terbuka lebar, kenapa kalo gue sendiri selalu kena hukum?" gumamnya

"Karena lo sekarang ga sendiri. Lo sama gueee" jawab Bian mendengar gumaman Nicha

"Apa hubungannya kadalll"

Nicha pun meninggalkan Bian di parkiran seorang diri. Bian yang merasa ditinggal berlari mengejar Nicha

"Hehhhh tunggu dulu" Bian menarik tas-nya membuat Nicha kewalahan mundur. Semua siswa/i bermunculan dibalik jendela kelas melihat tingkah keduanya seperti sebuah pasangan yang sedang ribut

"Ishh apalagi, lo tuh ya dah gue bilang nama gue Ryzach Nicha Alynra bukan hehhh! main tarik tarik segala kasar banget sama perempuan, lepasinnn" Bian pun melepaskan tas-nya yang ia tarik

"Sorry. Abisnya lo maen pergi aja, gatau terimakasi banget uda gue tolongin juga" serongot Bian tak kalah jauh dengan nada bicara Nicha

"Oh makasi." jawab Nicha lalu pergi berlari masuk ke ruangan ujiannya. Bian melihat ke seluruh jendela kelas, begitu banyak orang yang memandanginya sedari tadi bersama Nicha

Memasuki ruangan D-1. Bian pun lalu duduk di sebelah Tala sahabatnya Nicha, ia menaruh kedua tangannya di dagu mencoba mengingat kejadian pagi ini bersama perempuan cebol keras kepala

"Keras kepala, cebol tapi cantik" gumamnya mesem mesem mengingat kejadiannya

"Cantik? Tala cantik kaaa? Makasi kaaa, Tala emang cantik dari lahir tanya aja mama Tala hehe" celetuk Tala disampingnya. Bian hanya menoleh senyum ke arah Tala. Mendapati senyuman ka Bian rasanya seperti mendapat uang di saku celana, Tala salting..

"Woii talll, kenapa? Nih isi niiii" Bian menyadarkan Tala yang tengah senyum senyum memandanginya dengan menyodorkan selembar kertas ujian. Tala yang sudah sadar lalu mengambilnya sembari tertawa kikuk

>>Next

Rain My Tears  [±Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang