Chapter 7

14 1 0
                                    


"Heh biii.." panggil Gala menepuk bahu Bian yang tengah memakan baso tanpa melirik orang yang memanggilnya

"Bentar, gue nyuap baso gue dulu"

"Ehm, apaan?" lanjutnya lagi sembari mengunyah baso dimulutnya.

"Tadi pagi lo kemana? Tumben lo datang telat"

"Iya ga biasanya lo kek gitu" sambung Rey

Mendengar pertanyaan dari kedua sahabatnya. Ia lalu menghentikan kunyahannya. Dan, belum sempat ia menjawab pertanyaan dari Gala dan Rey, tiba-tiba datang seseorang yang telah membuatnya tadi pagi harus telat datang ke sekolah

"Lo mau makan apa chaa?"

"Ehmm gue kek nya pengen cireng isi dehh" ujar Nicha celingukan mencari yang ia inginkan dikantinnya

"Cha, disini gada tukang cireng isi" jawab Septia

"Iya cha, disini cuma ada baso mie ayam batagor sama gorengan bu Ijah. Gaada cireng isi, Nichaa" sambung Tala sembari menunjuk satu persatu pedagang

Bian yang melihat dan mendengar keinginan perempuan yang ia puja itu tidak ada dikantin lalu menghampirinya, meninggalkan Rey dan Gala juga semangkok baso yang tengah ia makan sedari tadi

"Hai. Ehmm gue denger tadi lo pengen apa? Cireng isi yaa"

Ketiga perempuan itu lalu saling menoleh. Tidak menyangka seorang seniornya menawarkan jajanan yang di cari-cari Nicha

"Ngga. Gue uda gamau, gaada dikantin"

"Kata siapa? Ada ko, tapi diluar gerbang sekolah. Gue pernah liat tuh ada cireng isi yang lo mau sekarang"

"Bener?" tanya Nicha tidak percaya.

"Beneran. Gimana, mau ga?"

Bian tetap menawarkan jasa-nya untuk membelikan sebuah cireng isi diluar sekolah, yang perkiraannya pasti akan kena hukum jika ia ketahuan menerobos pagar atau jajan diluar sekolah. Tapi demi sang pujaannya kini, ia rela melakukan apapun untuknya

"Yauda sana"

"Yauda mana duitnya? Masaiya pake duit gue" ucap Bian membuat geleng-geleng kepala kedua sahabatnya juga Septia dan Tala. Tidak menyangka. Bian sudah terlihat gentle menawarkan jasa-nya tetapi ternyata ia tetap memakai uang saku Nicha untuk membelinya

Nicha pun memberikan selembar uang kertas pada Bian, "Kembaliannya buat gue ya. Uang jalan" nego-nya.

"Ishh, yauda sana. Jangan lama"

Gala dan Rey yang melihat tingkah sahabatnya hanya bisa menepuk dahi. Bisa-bisanya Bian seperti itu kepada perempuan yang jelas-jelas adik kelasnya sendiri, bagaimana kalo ia dilaporkan dengan kasus pemalakan uang dengan cara menawarkan jasa?

Merasa aman. Karena, ternyata di gerbang sekolah sedang tidak ada satpam yang menjaga. Ia bisa leluasa tapi dugaannya salah, saat ia berusaha membuka gerbang ternyata terkunci gembok. Ia pun mulai kebingungan. Satu-satunya cara agar ia bisa berhasil membelikan cireng isi, ia harus berteriak memanggil petukang dagangnya

"Mangggg.. cirenggg!!" teriaknya dibalik gerbang yang terkunci. Tukang dagang itu menoleh ke arahnya dan menanyai berapa cireng yang ingin dibelinya, ia pun berpikir betapa bodohnya ia tidak menanyakan terlebih dahulu kepada Nicha seberapa banyak yang dia inginkan. Tanpa berpikir lama, "5 aja deh, gue gatau"

Muncul satpam dari dalam ruangan kepsek menuju gerbang. Gala, Rey, Nicha dan kedua sahabatnya itu menjumpai Bian yang sedang memeluk besi pagar menunggu pesanan yang tadi ia pesan. Rey yang melihat seorang satpam semakin dekat dengan Bian lalu meneriakinya,

Rain My Tears  [±Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang