3. Lupakan dan Jalani Hidupmu

5 1 0
                                    

Nesya duduk termangu menatap gundukan tanah didepannya. Sudah tiga tahun dia pergi tapi kenangannya masih melekat didalam benaknya. Senyum manisnya, tawa renyahnya, suara beratnya. Semuanya.

Semuanya masih terekam dengan jelas di ingatan Nesya.

Nesya mengelus batu nisannya.

"Kamu udah terlalu lama ninggalin aku, apa kamu nggak kangen sama aku? Apa disini cuman aku yang begitu merindukan kamu? Apa disini cuman aku yang begitu mengharapkan supaya kamu bisa kembali? Kenapa kamu cuman diam? Kenapa kamu nggak bicara sama Dia supaya Dia mau jemput aku dan mempertemukan aku sama kamu? Aku disini kangen, bahkan banget sama kamu."

Nesya merunduk. Selalu begini, setiap kata yang keluar dari mulutnya selalu berhasil menyentuh titik emosional nya.

Nesya terlalu merindu. Nesya ingin meluapkannya, tapi tidak bisa.

Nesya menghiyut hingusnya, tangannya menyapu air mata dipipi dengan kasar lantas berdiri dengan bertumpu di lututnya.

Untuk terakhir kali Nesya kembali mengelus batu nisannya.

"Aku pulang, sampai jumpa."

________________

Nesya menepikan mobilnya didepan toko kue. Nesya akan membeli kue sebagai buah tangan untuk berkunjung kerumah seseorang yang begitu disayanginya.

Usai membeli kue Nesya melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam tapi itu tidak melunturkan semangat Nesya untuk berkunjung.

Sesampainya ditujuan Nesya tidak langsung turun dia hanya menatap rumah sederhana yang ada didepannya.

Dadanya bergemuruh. Ada rindu yang siap untuk ditumpahkan saat ini juga.

Usai mengatur nafas Nesya turun dari mobil. Nesya berjalan dengan dada yang terus berdentum kencang.

Usai ketukan pintu yang pertama dada Nesya terasa dicengkeram dengan kuat, terasa menyakitkan namun juga mendebarkan.

Saat mulutnya terbuka ingin mengucapkan salam, pintu didepannya terbuka menampakkan wanita paruh baya yang sudah dianggap Nesya seperti Ibu nya sendiri.

"Nesya."

Suara yang begitu lembut. Suara yang selama ini begitu dirindukan oleh Nesya.

"Assalamu'alaikum Ma."

Nesya mencium punggung tangan wanita yang dipanggilnya Mama itu.

"Mama apa kabar?"

"Baik, kamu?"

"Nesya juga baik,"

"Papa apa kabar?"

"Baik juga, ayo masuk, diluar dingin."

Nesya masuk kedalam rumah minimalis itu. Saat diruang keluarga Nesya melihat fotonya. Foto seseorang yang selama tiga tahun terakhir dirindukannya. Senyum difoto itu masih sama seperti senyum yang terekam diingatannya.

"Nesya."

Suara berat pria paruh baya berhasil menyadarkan Nesya dari lamunannya.

Nesya menatap pria paruh baya yang tidak jauh berbeda dengan pria paruh baya yang terakhir kali dia temui satu tahun yang lalu.

"Pa, apa kabar?"

Nesya mendekat lantas mencium punggung tangan pria yang dipanggilnya Papa.

"Baik, Nesya sendiri bagaimana kabarnya?"

Papa mengelus kepala Nesya dengan penuh kasih sayang, senyum hangat Papa mengingatkan Nesya dengan seseorang yang sudah pergi meninggalkannya selama tiga tahun silam.

Young GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang