21

2.5K 171 19
                                    

Tokk.. Tokk.. Tokk..




Suara ketukan pintu tak henti-henti nya terdengar, membuat sang pemilik rumah yang sedang mengeringkan rambutnya setelah mandi bergegas menuruni satu persatu anak tangga rumah nya.

"Siapa malam-malam seperti ini? Ada bel kenapa tidak di tekan huh? Apa dia buta?" Kau mendumel sendiri, kesal dengan tamu yang ada di luar sana.

Oh ayolah, ini waktu untuk beristirahat di kasur empuk sambil menyeruput teh tawar hangat, dan rumahmu diketuk dengan keras tanpa henti. Menyebalkan bukan? Bangchan sendiri belum pulang karena masih mengerjakan tugas di tempat kuliah nya bersama teman-teman nya.

Membuat mu kesepian sepanjang hari ini.

"Sebentar!" Jari-jari kecil mu membuka pintu rumah, menampakan seorang perempuan dengan wajah angkuh, make up yang tebal dan juga lipstik merah nya.

"Belum mati ya?"Ujarnya dengan santai sembari membenarkan tata-an rambutnya dan tangan halusnya terjulur ke bawah mengelus perut besar nya.

Memamerkan perutnya kepada mu? Entahlah.

Mata mu tetap menatap wanita ini dan teralihkan ke perut besarnya, otak mu berputar balik, mengingat sekelebat masa-masa yang sangat sulit untuk otakmu ingat.

"Kau.." Sambil menunjuk Nancy.

"Nancy Mcdonie, i mean Nancy Bang-" Nancy mendekatkan bibir merah nya ke telinga mu, menyambung ucapan nya yang sengaja ia gantungkan.

"-Calon istri Christopher Bang. Pemilik rumah yang kau tempati sekarang ini." Nancy tegap semula, matanya sangat angkuh untuk dilihat. Tangan nya terlipat di depan dada, seperti menatap mu remeh.

Mendengar penjelasan wanita itu, darahmu serasa terhenti untuk mengalir, jantungmu bagai tak berdetak. Hati apalagi. Terlalu sakit jika dideskripsi kan.

Jelas-jelas, lelaki berambut pirang yang kau percayai selama ini berdusta? Kejam sekali.

Kau tetap terdiam tanpa gerak, terus memandang Nancy dengan wajah sedih yang berlumur air mata.

"Aku sekarang sedang mengandung anak Chris, jadi, silahkan aku untuk masuk karena aku sudah lelah sedaritadi berdiri di sini, melihat diri mu yang terdiam dengan air mata ini" Tangan Nancy terulur, membelai pipi mu dengan lembut sambil tersenyum, entah senyum dengan arti apa yang di berikan oleh Nancy.

"Lepaskan tangan kotormu, Nancy. "

Terkejut. Kau dan Nancy sama-sama menoleh ke sumber suara, dia, Bangchan sambil menenteng tas kuliah nya, berjalan mendekati kedua wanita nya (?)

Senyum Nancy merekah, menampakkan raut yang sangat-sangat bahagia karena dia bisa melihat wajah tampan itu lagi, wajah Bangchan yang ia rindu-rindukan.

"Chris? Ah aku sangat merindukan mu." Nancy dengan tiba-tiba memeluk Bangchan dengan erat, kau yang menyaksikan tidak berkutik, masih sangat bingung dengan alur hidup mu sendiri.

"Lepaskan." Bangchan menggeram, menahan amarah. Matanya tertuju pada mu, menatap mu seperti berkata bahwa ini akan baik-baik saja.

"Aku merindukan mu. Baby Bang juga merindukan mu Chris, kau lupa dengan ini?" Nancy mengambil tangan Bangchan, di tempelkan nya tangan kekar itu ke perutnya yang besar.

"Aku merawatnya." Senyum Nancy, terus mengembang. Lain lagi dengan dirimu. Ini seperti kejadian yang kemarin terulang kembali, tapi kau lupa kapan dan di mana itu.

"Apakah kau tak punya urat malu? Memeluk suami orang lain seperti ini? Di hadapan istrinya seperti ini?!"

"Kenapa? Aku istrimu dan dia, dia hanya pembantu."

"Nancy!" Puncak marah Bangchan sudah tak bisa ditoleransi. Jari telunjuk Bangchan sudah tepat berada di depan wajah wanita itu.

Bangchan benar-benar muak dengan kelakuan Nancy, dia hanya obsesi dan bukan cinta. Ia hanya ingin Bangchan menjadi miliknya dan yang pasti tak ada kata cinta di hatinya.

"Pergi, dari, sini, sekarang! Ini perintah! Bukan permintaan." Nada suara Bangchan menjadi lebih dingin dari sebelum nya.

Nancy tetap dengan wajah tersenyum nya, ia mengelus pipi pria di hadapannya, "Lalu bagaimana dengan Baby Bang, huh?"

"Kau sudah membuatnya untuk kita. Lalu kau terlantarkan aku di luar sana? Setidaknya berikan aku tempat tinggal selama dua atau tiga minggu di rumah ini Chris. Agar kita bisa merawat Baby Bang bersama."

Bangchan meremat tangan nya dengan kuat, otak nya memahami setiap kata per kata dari Nancy. Nancy memang hebat dalam mengelabuhi mangsa nya. Bangchan sendiri sekarang bingung , hati dan otaknya tak bekerja dengan sama.

"Chris? Apakah boleh?"

Bangchan menatap mata Nancy yang penuh harapan, "Kau pergi dari sini." Bangchan menggenggam tanganmu, membawa mu masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu rapat-rapat.

Nancy sudah geram dia berteriak dengan keras di sana Bangchan dan dirimu mendengar nya dengan jelas.

Nancy memandang pintu rumah itu sembari tertawa tak jelas, "Hhh.. Wanita itu, wanita sialan."Nancy terkekeh di ujung katanya, meninggalkan rumah Bangchan sembari membawa koper nya lagi.



Nancy tiba-tiba berhenti, "Memanfaatkan ketidak ingatan nya Jung (Y/n)?" Nancy menimang kata-katanya tangannya mengusap perut besarnya.


"Ah ini cocok untuk mu Jung (Y/n)."




NOTE NYA YERA :

TAMAT!

EGAK BELOM KOK TENANG SAJA
VOTE/COMMENT JANGAN LUPA
KEMAREN SEDIH BANGET YANG VOTE DAN COMMENT DIKIT
JADINYA MALES UPDATE HWHW:(

AYO SEMANGAT VOMENT NYA

I LAIP YU .

PI HAJE DEY ^^

Husband || BangChanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang