0_0_0_0_0
Gadis berambut pendek itu tengah melangkah di kolidor sekolahnya. Hari ini sekolahnya tampak ramai karena pengumuman kelulusan sebentar lagi akan dimulai. Seharusnya ini tidak menjadi urusannya, tapi ia baru saja teringat jika ini akan menjadi urusannya juga karena ia punya kewajiban. Yap memberikan ucapan selamat meski sebenarnya itu bukan terlalu wajib tapi dia paham jenis apa orang yang akan ia berikan ucapan selamat ini. Bisa-bisa orang itu mendendam padanya dan enggan membantunya lagi.
Datang dengan seragam seperti biasa dan yah sebuah bucket bunga yang sejujurnya ini menggelikan.
"Kak Kalvin!" teriaknya dari radius 50 meter, membuat pemilik nama itu segera berbalik dan tersenyum lebar padanya.
"Selamat atas kelulusan dari sekolah ini selama 3 tahun." Ujarnya seraya menyodorkan bucket bunga sederhana ini. Membuat pemilik nama Kalvin Arkana terkekeh pelan lalu menerima bucket bunganya, "Ini terhitung hutang budi?"
"Tentu saja."
"Ckk, Alula-Btw lainkali jangan terlalu terus terang. Bersikap romantis sekali-sekali bukan kesalahan kok."
"Dih berharap banget diromantisin, cari pacar sana makannya!"
Kalvin hanya terkekeh kesekian kalinya, lalu mengacak surai Alula pelan. "Oh yah, ntar malem ke rumah, ada pesta kecil-kecilan. Lo paling suka acara yang banyak makanannya kan?"
"Tau aja lo Kak! Tapi liat ntar yah, ngga bisa janji juga."
"Kenapa? Heum gue tau, mau ngedate sama Daffa nih pasti."
"yakali Daffa ngajak gue kencan malem-malem. Udah intinya ntar gue kabarin lagi kak. Tapi, jangan terlalu berharap gue dateng yah, ntar lo yang kecewa." Ejeknya disertai kekehan membuat Kalvin ikut tertawa. Ia memang pernah mengalami fase itu tapi sudah lama dan Kalvin sudah berdamai. Ia hanya akan melihat Alula sebagaimana seharusnya, seorang adik.
"Lupa kan masih ada kelas, bye Kak. Sekali lagi happy graduation Kalvin Arkana." Ucap Alula bersemangat lalu melambai pada Kalvin dan berjalan kembali ke kolidor. Namun, baru saja berapa langkah, pemuda itu kembali memanggil namanya.
"Al-"
"Kenapa?"
"Lo harus tau soal ini-"
"Heumm-"
Kalvin tersenyum tipis, "Gue keterima di Jerman, Al-"
"Oh yah? Waw, selamat untuk kedua kalinya."
Kalvin tersenyum tipis lalu mengangguk. Sejujurnya ia kecewa, apa yang lo harapkan Vin, berharap Alula empathy, merasa kehilangan lalu berakhir melarang lo pergi?
"Jangan lupa ajak Daffa juga yah ntar malem. Lo ngga boleh dateng sendirian pokoknya. Kalo lo ngga bawa Daffa, gue usir."
"Lo mau gue yang dateng, apa Daffa sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Why I Meet You?
RomanceBenarkah setelah hujan akan selalu ada pelangi datang? Bisakah gadis ini mempercayai hal itu? --Why I Meet You-- Alula percaya, hubungan dia dengan kekaksihnya akan baik-baik saja. Dia tau bagaimana ia menjalani hubungan dua hati ini. Yah dia mencin...