06: Dunia Baru

39 10 0
                                    

Sebuah cahaya yang begitu menyilaukan mata menjadi sebuah objek yang pertama kali ia lihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah cahaya yang begitu menyilaukan mata menjadi sebuah objek yang pertama kali ia lihat. Ia mengedarkan sepasang onik legamnya, menelisik seraya mencari jawaban dimanakah dirinya sekarang. Ia menyentuh wajahnya yang terasa lembab lalu menoleh ke kanan, dimana diujung sana tampak seorang wanita berambut panjang memunggunginya.

Ia bangkit dari posisinya lalu berjalan mendekat hingga sosok itu berbalik padanya. Masih sama, ia masih memiliki senyuman terindah. Senyuman yang selalu meyakinkan dirinya bahwa semuanya baik-baik saja. Senyuman yang bisa menjadi pertanda bahwa beberapa menit lalu ia hanya tengah bermimpi buruk.

Jari lentik itu bergerak mengayun menyuruhnya mendekat. Tanpa berpikir panjang, ia langsung berlari menghampirinya. Tepat saat ia berada dalam pelukannya sosok berwajah tampan yang sangat ia kenali ikut menyambutnya.

"Putri ayah-"suara setengah barithone itu masih menjadi candu nomor 1 untuknya.. "Cantik sekali."

Ia mengangguk, membalas sebuah garis senyum yang tentu tidak mampu menjadi pemenang. "Tentu, karena ayah dan bunda sangat tampan dan cantik."

"Bund-apa bunda tau, Al masa baru mimpi kalo pesawat yang kita tumpangi jatuh." Alula tersenyum, mengedarkan pandangannya, "Tapi ternyata itu mimpi, buktinya kita udah sampai Bali kan bund-yah?"

Wanita bermata bak intan itu menggeleng pelan, ia menangkup wajah kecil Alula. Menyibak rambutnya pelan, dan sepasang matanya tampak mengisyaratkan sesuatu saat Alula mencoba menatapnya.

"Alula mau berjanji pada bunda?"

Dahinya mengerut, namun perlahan ia mengangguk. Arin lagi-lagi terssenyum, mengusap pelan surai Alula. "Kamu harus selalu bahagia, jangan pernah ada air mata sia-sia turun dari kedua mata indah ini."

"Bisa?"

Sejujurnya Alula merasa ada maksud yang janggal dari kalimat sederhana nan indah itu namun ia memilih mengangguk. Toh yang sebelumnya benar-benar hanya mimpi kan?

"Alula harus yakin pada diri Alula, jika Alula adalah orang terkuat dan terhebat yang pernah bunda dan ayah miliki."

Kalimat ayahnya-Alex. Semakin membuat perasaan Alula makin tidak karuan. Namun lagi-lagi ia mengangguk lalu merengkuh kedua orang tuanya. Membenamkan seluruh perasaan khawatir, bahagia dan haru yang bercampur jadi satu. Ingat Al-itu semua tadi hanyalah mimpi, dan kalimat seperti itu adalah kalimat yang wajar.

"Al beruntung, karena lahir dari rahim perempuan hebat seperti bunda." Suaranya mendadak parau. Ntah rasa takutnya lebih mendominasi sekarang. Apalagi saat dua pasang tangan itu perlahan melonggar dari tubuhnya.

Lalu sebuah garis senyum yang paling terindah itu terpesembahkan untuknya, Alula semakin merasa takut. Itu semua hanya mimpi kan-

"Terima kasih telah menjadi putri bunda, jika dimasa depan bunda terlahir kembali, bunda akan minta pada Tuhan untuk menjadikan Alula sebagai putri bunda lagi."

Why I Meet You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang