04: Tentang Rasa yang Dipatahkan

55 12 6
                                    

1 Years Later—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


1 Years Later—

Memasuki tingkatan senior membuat Alula dan Daffa memerankan siswa sebagaimana tengah dihadapkan dengan banyaknya ujian. Ujian tertulis dan praktik silih berganti mereka hadapi, membuat intensitas pertemuan keduanya tanpa didasari semakin berkurang. Apalagi keduanya tidak menempati kelas sama seperti sebelumnya, membuat mereka jarang sekali bertemu apalagi bertegur sapa.

Diri Daffa dan Alula mencoba menahan diri masing-masing demi keberhasilan mereka. Keduanya memiliki impian besar akan universitas yang ingin mereka perjuangkan. Tentu hasil yang baik tidak akan didapatkan jika tanpa perjuangan dan usaha yang keras bukan. Memang tidak mudah berteman baik dengan sebuah rindu tapi tentu ia harus sangat memusuhi akan egoisan. Egois untuk lebih mendahulukan perasaan ketimbang apa yang seharusnya keduanya lakukan.

Selama bulan-bulan ujian, mungkin bisa terhitung berapa kali mereka bertemu. Itupun didalam sekolah, jika diluar sekolah bisa dikatakan jarang. Sejujurnya biasanya Alula mencoba meminta bantuan Daffa jika mereka akan menjalani ujian semester, tapi kali ini Alula tau ujian yang akan mereka hadapi nanti bukanlah ujian yang seperti biasa ia lakukan. Tentu bukan hanya dia yang membutuhkan fokus lebih, Daffa juga. Karena itu Alula akan berusaha pada kemampuannya sendiri tanpa membuat Daffa harus turun tangan membantunya. Dan semoga hasilnya bisa sama baiknya, siapa yang tau setelah ini Daffa akan semakin jatuh cinta padanya.

Tak terasa semua ujian sudah mereka lewati, dan hari ini tepat dimana kelulusan akan diumumkan secara menyeluruh pada siswa kelas 12 di sekolah manapun. Alula tidak bisa hentinya mengamati jam dinding yang terus berputar tiap detiknya, semakin menyudutkannya jika hasil ini akan menjadi keputusan bagaimana kelanjutan hidupnya.

Alula merapalkan do'a apapun yang ia tau seraya mencoba menenangkan dirinya jika tentu hasil yang baik akan selalu datang pada usaha yang diupayakan sebelumnya.

"Ahh Al—ngga bisa, Al mau keluar dulu."

"Eh Alula—" panggil ibundanya namun dia hanya membiarkan putrinya menyingkir dari perkumpulan orang tua dan wali murid hari ini.

Alula berusaha menarik nafas sebanyak mungkin, dadanya terasa sesak seiring intensitas aliran darahnya terus bertambah karena pacuan jantung yang lebih cepat dari biasanya. Alula menggigit bibir bawahnya pelan saat mendengar wali kelasnya mulai membacakan bagaimana hasil dari ujian sekolah yang menjadi penentu lulus atau tidaknya.

"Al—"

Suara setengah baritone yang mendadak muncul semakin membuat pacuan jantungnya semakin tidak teratur. Ia terengah-engah pelan lalu mendorong tubuh sosok jangkung didepannya.

"Daffa ngapain ngagetin sih!"

Alis lelaki itu bertaut, "Gue manggilnya biasa aja perasaan."

"Ya tetep aja Daffa itu kaya kuyang kerjaannya ngagetin orang mulu!"

Why I Meet You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang