Aira Ishida berlari kecil melewati jalan setapak menuju sekolahnya. Ia berlari sekuat ia bisa, hampir menabrak beberapa orang di jalan, membuat seorang ibu penjual bunga berteriak marah karena menjatuhkan beberapa tangkai bunga yang tidak sengaja tersenggol olehnya.
"gomenasai1" teriaknya sambil terus berlari, tidak menghiraukan omelan wanita setengah baya penjual bunga tadi.
Sedikit lagi sampai, batinnya.
Saat hendak berbelok, langkahnya terhenti. Sebuah palang penghalang jalan bertuliskan : "maaf, kenyamanan anda terganggu. Jalanan sedang diperbaiki" menutup jalan di hadapannya. Tampak jalanan yang berlubang sedang diperbaiki beberapa pekerja.
Ia melirik jam tangan, pukul 07.00. dahinya berkerut sedikit, tanda ia sedang berpikir.
Baiklah, pikirnya. Kemudian memutar arah kembali dan berlari sekuat ia bisa.
Di depan sebuah kuil, ia berhenti berlari. Nafasnya menderu, tanda tubuhnya sudah lelah. Ia duduk, kemudian melihat jam tangannya lagi. Wajahnya memucat. Ia sudah terlambat ke sekolah.
" argh..menyebalkan.. aku terlambat lagi!" keluhnya sambil mengacak rambutnya sendiri. Ia mengepalkan tangan kuat-kuat, menahan amarah.
Seandainya jalan tidak ditutup tadi, mungkin aku tidak akan terlambat hari ini, batinnya berandai-andai.
Dilihatnya sebuah batu berukuran lumayan besar di dekat tempatnya duduk. Ia mengambilnya, kemudian, tanpa berpikir apapun, dilemparnya batu itu sekuat tenaga ke depan.
Huft...lega juga. Batinnya setelah melempar batu tadi.
Brukk...suara sebuah benda tertimpuk terdengar jelas. Ia mendekat ke arah suara tersebut yang juga merupakan arah tempatnya melempar batu tadi.
Ia berjongkok, mendapati batu yang dilemparnya tadi memang mengenai sesuatu. Sesuatu itu tertutup rimbunan daun yang lebat sehingga hampir tidak kelihatan.
" pa..patung dewa kucing?" ucapnya membaca pahatan batu di samping patung itu.
Wajahnya terlihat kaget. Di hadapannya ada sebuah patung kucing berukuran kecil. Patung itu tampak tua dengan ukiran batu yang sudah mulai lapuk, juga tampak keramat. Bibirnya bergidik ngeri melihat di samping tubuh patung kucing tergeletak kepala patung yang sudah terpisah dari badannya. Tidak salah lagi, itu hasil perbuatannya barusan melempar batu.
Bagaimana ini? Pikirnya kemudian segera memasang kembali kepala patung kucing ke badannya. wajahnya semakin bingung saat kepala patung kucing itu jatuh lagi. Dicobanya kembali memasangnya, dan ia berhasil. Kepala patung itu tidak jatuh lagi, walaupun terlihat agak miring.
Tubuh Aira bergetar, detak jantungnya berpacu cepat.
Sebaiknya aku pergi dari sini, sebelum seseorang melihat perbuatanku ini. Pikirnya kemudian segera berlari diiringi tatapan tajam seseorang yang mengawasinya sejak tadi.
1maaf
----------
Gelap sekali, pikir Aira Ishida. Gadis yang biasa disapa Aira ini merentangkan tangannya, meraba-raba tempat sekitarnya. Ia tidak mendapatkan apapun walau sudah berjalan berputar-putar sejak tadi.
Ini dimana? Batinnya mulai putus asa.
"hei..ada orang? Siapapun tolong jawab!" teriaknya memanggil, berharap seseorang akan menjawab panggilannya.
Tiba-tiba seberkas cahaya muncul di kejauhan. Aira memicingkan mata, berusaha melihat lebih jelas. Dilihatnya cahaya itu mendekat, dan Aira menyadari seseorang yang berjalan tersorot oleh cahaya tadi.
YOU ARE READING
Cat's Possessions
AdventureAira Ishida, gadis riang yang selalu semangat menjalani hidup tiba-tiba mengalami kejadian aneh dalam hidupnya. Akibat kecerobohannya, ia harus terlibat dengan Hikaru, cowok yang tidak jelas berasal dari mana dan seenaknya menjadikan Aira pelayannya...