Chapter V

544 102 105
                                    

⚠️ tw// mental illness, self-harm, domestic violence, suicidal.

"Mereka bersama satu orang lagi."

"Siapa?" rintihku seolah aku sudah tidak memiliki tenaga untuk sekadar membuka mulutku.

"Saya tidak tahu namanya. Tapi, anda dan Tuan Wong juga pernah makan malam bersama dengannya di sini."

Hatiku mencelos. Dadaku remuk hancur tercerai berai.

Kim Doyoung.


THE END

"Apa yang wanita itu katakan?" kata Doyoung.

Aku bersikeras menahan airmataku di bawah pelupuk. Aku tidak ingin terlihat lemah di sini. Aku diselingkuhi. Semestinya, emosi yang kumuntahkan adalah segepok amarah. Tapi yang kurasakan hanyalah kepiluan.

"Wanita itu bilang sangat merindukan Lucas dan ingin secepatnya bertemu." Aku menggigit kuku ibu jariku. Kini air mataku berhasil bergulir lamban sesaat mengingat kembali kalimat yang kubaca dari notifikasi pesan masuk milik Lucas. Pada dasarnya, aku bukan tipe orang yang pencemburu, selama ini aku sangat menghargai privasi Lucas, namun tidak kali ini. Tidak setelah perubahan perilakunya.

"Apa kau sudah membuka semua isi pesan itu?" tanyanya.

Pesan itu, aku bahkan tidak bisa memandangnya lama-lama, yang padahal sebenarnya bisa saja aku membuka seluruh isinya ketika Lucas sedang di kamar mandi, dan kemudian aku membongkar habis kedok perselingkuhannya.

Tetapi, aku tidak cukup kuat melakukannya. Ini terlalu menyakitkan.

Hanya melihat satu kalimat itu, rasanya aku tidak pernah mengenal Lucas, bahkan kurasa aku tak pernah sedikitpun menyentuh permukaan terluarnya.

"Apa kau sudah memastikan dia adalah selingkuhannya? Atau bisa jadi-"

"Siapa?" selaku berkobar-kobar. "Orang gila mana lagi selain selingkuhannya yang berani mengiriminya pesan semacam itu?" tanyaku pada Doyoung. "Lagipula aku sudah menceritakan semuanya padamu tentang pesta itu, tentang makan malam itu," lanjutku.

"Makan malam? Di saat Lucas terpaksa harus kembali ke kantor karena dia sedang ada urusan pekerjaan?" Doyoung berusaha memperjelas pernyataanku. Tapi aku tahu benar, dia sedang menentang tuduhanku.

"Tidak ada sejarahnya dia meninggalkan aku sendirian di sana, dia selalu memilihku di atas segalanya! Dia jelas-jelas berbohong!" tegasku, menyakinkan pria di depanku yang masih enggan mempercayai kata-kataku. Aku melihatnya hendak membuka mulut namun aku sudah lebih dulu menyelanya. "Dan aku sudah menemukan buktinya. Apa lagi yang kurang?"

"Jungwoo. Kau sudah mencoba melakukan apa yang aku sarankan padamu?"

Aku diam.

"Apa kau sudah mencoba melihat ke dalam tindakanmu atas hubunganmu selama ini?" tanyanya lagi.

Aku sontak memundurkan kepalaku sambil mengernyit. Apa-apaan dengan perkataannya?

"Aku tidak mencoba menyalahkan siapapun di sini, Jungwoo. Kau dan Lucas adalah temanku."

Aku menggeleng-geleng. "Aku tidak pernah memikirkannya, lagipula untuk apa aku memikirkannya? Kau pikir aku tidak bisa memenuhi segala keinginan Lucas?" Aku menaikkan nadaku.

The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang