Part 2

10.9K 1.1K 53
                                    

Lauryn membuka matanya. Rasa sakit menyentaknya. Perlahan kelopak matanya terbuka, menampilkan permata birunya yang sedingin gunung es. Lauryn mengedarkan pandangannya.

Aku tidak mati. Lauryn tahu dengan jelas, neraka tidak mungkin seperti ini.

Namun, di mana ia sekarang? Ia tidak mengenali tempat ini. Jelas, bukan kediamannya atau kediaman ayahnya.

Mengingat tentang ayahnya, tangan Lauryn tiba-tiba terkepal. Kukunya menancap ke telapak tangannya hingga menyebabkan luka.

Tuhan telah berbaik hati padanya karena membiarkannya hidup, Lauryn tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan ini. Lihat apa yang akan ia lakukan pada ayah dan saudari tirinya serta beberapa orang lain yang telah terlibat dalam pengkhianatan terhadap dirinya.

Orang-orang itu telah sangat keterlaluan, bahkan ia tidak bisa melihat wajah ibunya untuk yang terakhir kalinya.

Kemarahan dan kesedihan menjadi satu, saat ini ia benar-benar sendirian di dunia yang diisi oleh orang-orang licik dan munafik. Ibunya telah pergi. Sejak kecil, Lauryn berharap ia bisa kembali melihat senyum cerah ibunya, tapi hingga detik ini yang ia lihat hanya wajah pucat ibunya dari layar di ruang kerja ibunya.

Lauryn bahkan tidak pernah bertemu dengan ibunya sejak ia dikirim ke sebuah organisasi pembunuh bayaran ketika ia berusia tujuh tahun untuk belajar atau mungkin untuk disiksa.

Dahulu sang ayah mengatakan padanya jika ia menginginkan ibunya sembuh maka ia harus menurut dan melakukan apapun yang dikatakan oleh ayahnya. Lauryn hanya ingin bisa bermain dengan ibunya lagi. Jadi, ia mengikuti ucapan ayahnya.

Bertahun-tahun ia lalui dengan latihan keras. Entah berapa banyak luka yang sudah ia alami selama berada di organisasi. Berlatih dalam organisasi itu bukan seperti berada di akademi biasa. Setiap saat ia harus melewati bahaya. Jika ia gagal maka ia akan mati.

Ayahnya memang benar-benar kejam, tidak peduli sedikit saja tentang nyawanya.

Lauryn berjuang keras untuk bertahan hidup. Jadi ia semakin kejam dan kejam selama latihan. Ia tidak membiarkan siapapun melukainya. Di organisasi itu ia mengalahkan banyak pembunuh bayaran lainnya.

Dari pelatihan keras itu, Lauryn menguasai banyak hal. Ia bisa membunuh dengan kosong atau menggunakan senjata. Ia bisa merakit bom. Ia bisa membuka brangkas besi dengan kata sandi rumit. Ia bisa membobol tembok. Dan ia bisa melewati sensor keamanan di berbagai tempat.

Hingga usianya enam belas tahun, ayahnya membawa ia keluar dari organisasi itu. Namun, itu bukan akhir, melainkan awal dari segala kejahatan yang ia lakukan untuk memenuhi keinginan ayahnya.

Lauryn tidak peduli berapa nyawa yang harus ia ambil, yang ia pedulikan hanyalah nyawa ibunya yang bergantung dengan berbagai macam peralatan medis.

Menipu, mencuri, bahkan membunuh, Lauryn telah melakukannya. Setiap kali ia berhasil melakukannya, ia akan meminta pada ayahnya untuk melihat ibunya, tapi yang ia dapatkan hanyalah melihat ibunya dari layar monitor.

Ia bahkan tidak bisa merasakan tangan hangat ibunya. Ayahnya memang licik dan manipulatif. Pria itu selalu berpikir dengan terliti. Jika tidak, mana mungkin ia tidak bisa menemukan keberadaan ibunya hingga detik ini.

Entah di mana ayahnya menyembunyikan ibunya, tapi seberapa keras ia mencoba untuk melacak keberadaan ibunya, ia hanya menemukan jalan buntu.

Mungkin di dunia ini satu-satunya orang yang tidak bisa ia lalui dengan mudah adalah ayahnya sendiri.

Sekarang setelah Lauryn mengalami berbagai hal yang berakhir dengan sia-sia, ia akan berjuang sampai mati untuk mengalahkan ayahnya. Pria yang telah memanfaatkannya sesuka hati itu akan kehilangan semua kebanggaannya.

Sleeping With the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang