Part 3

10.4K 1.1K 46
                                    

"Lauryn Athenna." Reiner mengulangi lagi nama wanita yang selalu ia sebut Nona Mawar Hitam. Dan sekarang ia sudah mengetahu nama asli wanita itu.

"Data pribadimu tidak ada di pencarian penduduk negara ini." Reiner telah mencari nama Lauryn, tapi ia tidak menemukannya.

"Alexander William telah menghapus semua data tentangku. Kau tidak akan pernah bisa menemukannya."

"Ah, seperti itu. Alexander William rupanya bekerja dengan sangat rapi. Pria itu menyembunyikanmu seolah kau tidak pernah ada di dunia ini." Reiner sedikit mengetahui tentang Alexander, pria itu perusahaan perhotelan yang terkenal di Amerika. Ia termasuk dalam seratus orang terkaya di benua Amerika.

Namun, seorang Alexander tidak seharusnya menyinggungnya. Pria itu sama saja dengan cari mati. Lihat bagaimana ia akan menagih kerugian yang diciptakan oleh pria itu.

"Apa hubunganmu dengan Alexander William?"

"Dia ayahku."

Reiner mengerutkan keningnya. Ia yakin Alexander hanya memiliki satu putri, dan itu bukan Lauryn Athenna, melainkan Irene William.

"Ibuku adalah seorang putri pelayan di kediaman itu. Dan keberadaanku dirahasiakan. Tidak ada yang tahu bahwa aku adalah putri Alexander William." Lauryn menambahkan. Sebenarnya ia tidak ingin menjelaskan, tapi ia harus berkata yang sebenarnya agar Reiner tidak menghalangi langkahnya.

Bagi keluarga William ia adalah aib. Ayahnya tidak pernah menginginkan anak dari seorang pelayan. Yang berhak melahirkan anaknya hanyalah istri sah. Namun, saat itu dengan alasan bahwa ayahnya tidak mungkin membunuh putrinya sendiri, ia membiarkan dirinya hadir ke dunia ini.

Akan tetapi, percayalah alasan itu hanyalah sebuah kebohongan besar. Pada kenyataannya ia dilahirkan agar bisa menjadi senjata untuk ayahnya. Jika Irene akan menjadi pewaris seluruh kekayaan ayahnya, maka ia adalah alat yang digunakan untuk memuluskan jalan Irene.

Saat Irene menghambur-hamburkan uang dengan membeli berbagai barang bermerk serta bersenang-senang dengan mengelilingi dunia, ia harus menjalani berbagai tugas berbahaya dengan mempertaruhkan hidupnya demi kemewahan hidup Irene.

Ketika Irene mendapatkan semuanya dengan mudah, ia harus berjuang keras untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Bahkan, setelah berjuang keras ia masih tidak bisa mendapatkan hal itu.

Hidup Irene dibanjiri dengan kasih sayang, sedangkan dirinya? Jangankan kasih sayang, ia bahkan tidak bisa tinggal satu rumah dengan ayahnya sendiri. Ketika ia masih kecil, ia sering merasa iri pada Irene.

Irene tinggal di rumah utama yang megah dengan ayahnya, sedangkan ia harus tinggal di paviliun kecil jauh dari bangunan utama.

Namun, seiring berjalannya waktu. Hatinya mengeras. Tidak ada lagi harapan bahwa ayahnya akan bermain bersamanya. Tidak ada lagi harapan bahwa ayahnya akan menyayanginya sama seperti menyayangi Irene.

Saat ia masih kecil ia sering menangis, tapi sejak ia dikirim ayahnya menuju ke neraka. Ia tahu bahwa air mata adalah hal yang paling tidak berguna di dunia. Oleh karena itu ia tidak pernah menangis lagi sampai hari ini. Bahkan setelah ia tahu bahwa ibunya sudah tiada, ia juga tidak meneteskan air matanya.

Tidak ada orang yang boleh melihat kesedihannya. Ia hanya menunjukan ketenangannya.

Dari ayahnya lah Lauryn belajar menjadi tidak berperasaan dan berhati besi. Dari ayahnya juga ia belajar untuk mendapatkan sesuatu, ia harus berjuang tanpa memikirkan moral. Entah itu merebut atau membunuh, ia tidak akan ragu untuk melakukannya.

Kenangan mengalir keluar dari benaknya, seperti air yang keluar dari bendungan yang rusak.

Dan sekarang sudah tidak ada lagi batasan baginya dalam bertindak. Dengan ayahnya mencoba untuk membunuhnya, maka ikatan di antara mereka sudah selesai. Terlebih ibunya juga sudah tiada. Lauryn memiliki kelemahan apapun lagi, ia bisa menuntut balas tanpa harus memikirkan tentang hubungan darah di antara mereka.

Sleeping With the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang