Part 1

23.5K 1.4K 100
                                    

Suara deburan ombak yang membentur tebing batu menyentak kesadaran Lauryn. Wanita yang tergeletak di tepi tebing itu membuka matanya perlahan.

Cahaya matahari yang menyilaukan menyapa penglihatannya, membuat ia sedikit menyipit karena tidak siap menerima serangan langsung sinar sang surya.

Setelah bisa menguasai dirinya, Lauryn mencoba untuk duduk. Ia mengernyit saat ia menyadari bahwa sekarang ia berada di tepi tebing. Ia ingat dengan jelas bahwa terakhir ia berada di ruang kerja ayahnya.

Ah, benar. Ketika ia baru masuk ke dalam ruangan itu, ia tiba-tiba saja dibekap menggunakan sapu tangan. Ia tahu dengan jelas siapa pelakunya.

"Kau sudah sadar, Lauryin." Suara angkuh itu membuat pandangan Lauryn teralih.

Lauryn mendengus kasar. Ia menatap ke arah wanita yang pernampilan berani di depannya. Wanita itu adalah kakaknya sendiri, Irene.

Di sebelah Irene ada seorang pria yang tidak lain adalah tunangan Lauryn. Di belakang mereka ada enam orang pria bertubuh kekar yang merupakan orang-orang Irene.

"Apa maksud dari semua ini, Irene?!" Lauryn mencoba untuk berdiri tapi tubuhnya masih terlalu lemah karena pengaruh obat bius yang belum hilang sepenuhnya.

Dor! Lauryn kembali terduduk saat peluru menembus pahanya. Rasa sakit menyebar sampai ke kepalanya. Mata Lauryn menangkap senyuman sinis yang tercetak di wajah Irene.

"Hari ini kau akan mati, Lauryn." Irene bersuara dingin.

"Kau pikir semudah itu melenyapkanku!" Lauryn mengejek Irene. Jika saja saat ini kondisi tubuhnya tidak lemah, percayalah ia pasti akan bertarung dengan delapan orang di depannya.

Lauryn merupakan pembunuh bayaran terlatih yang menguasai berbagai jenis senjata dan bela diri. Hanya membunuh delapan orang saja itu hal mudah. Namun, Irene mengetahui kemampuannya dengan jelas sehingga Irene menggunakan cara ini untuk menyingkirkannya.

Licik!

Irene sangat membenci keangkuhan Lauryn. Ia sudah menunggu hari ini begitu lama. Akhirnya ia bisa melenyapkan Lauryn, dan tentu saja itu atas izin ayahnya.

Tangan Irene menekan trigger pistolnya lagi, sebuah peluru melesat cepat. Kali ini bersarang di bahu Lauryn. "Kau benar-benar angkuh, Lauryn. Ckck, kau pikir kau sangat hebat, hm? Kau salah besar, Lauryn. Jika Ayah tidak membutuhkan tenagamu maka aku pasti sudah melenyapkanmu sejak dulu," seru Irene sinis.

"Jadi, sekarang Ayah sudah tidak membutuhkan tenagaku lagi, itulah kenapa kau mencoba untuk menyingkirkanku." Lauryn menyimpulkan dari ucapan Irene.

"Benar. Ayah sudah memiliki segalanya. Sekarang kau sudah tidak berguna. Selain itu ibumu juga sudah tewas. Ayah tidak akan bisa mengendalikanmu jika kau tahu kebenarannya."

"Apa?!" Lauryn kini tampak marah. Matanya terlihat penuh dengan emosi.

Suara tawa mengejek terdengar di telinga Lauryn. "Ya, Ibumu sudah meninggal satu minggu lalu. Kau benar-benar malang, Lauryn. Bahkan kau tidak tahu di mana ibumu di makamkan." Irene benar-benar bahagia hari ini karena ia bisa melepaskan semua kebenciannya pada Lauryn.

"Bajingan! Kalian semua sudah mempermainkanku," desis Lauryn dengan mata berkaca-kaca. Ia mencoba untuk bangkit lagi dengan susah payah.

Satu tembakan lagi dilepaskan oleh Irene. Kini paha Lauryn yang lain yang tertembak. 

"Sejak lahir kau sudah ditakdirkan untuk menjadi boneka, Lauryn. Yang bisa dipermainkan dan diatur sesuka hati. Ckck, Ayah memanfaatkanmu, mengancam menggunakan ibumu yang penyakitan. Setelah itu Ayah menjodohkanmu dengan pria yang bisa mengendalikanmu jika suatu hari nanti kau memberontak. Asal kau tahu, Lorenzo adalah kekasihku." Irene menatap pria di sebelahnya dengan menggoda. Tampaknya jika tidak ada orang di sana, Irene dan Lorenzo mungkin sudah bercinta dengan keras.

Sleeping With the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang