"Ada banyak penjelasan dan alasan. Aku akan ceritain semuanya, Khansa."
—
SEKALI lagi, Khansa yakin betul bahwa laki-laki yang tengah berdiri di hadapannya adalah Jaka. Napas perempuan itu kian memburu tak terkendali. Semacam ada emosi yang ingin ia tumpahkan, tapi tetap saja tidak bisa. Tapi, entah kenapa, semakin lama ia memandang Jaka, Khansa semakin takut. Dia belum siap dengan ini semua. Khansa rindu, tapi melihat sosok Jaka di dalam sebuah ketidaksengajaan bukanlah hal yang ia inginkan.
Sementara dari tatapan lelaki itu, tersirat banyak hal. Yang nampak jelas bagi Khansa ialah kerinduan dan kesenduan. Pandangan tidak bisa berbohong. Hati Jaka bergetar melihat sosok perempuan yang ia cintai mendadak muncul di hadapannya.
Khansa—dengan menahan air mata yang sudah ia bendung di pelupuk mata—segera bangkit dari kursi, kemudian pergi begitu saja, bermaksud meninggalkan Jaka. Pikirannya berkecamuk, perasaannya campur aduk tidak karuan. Bukankah sebelumnya Khansa bersikeras ingin mengorek masa lalunya sendiri? Mengapa ketika Jaka muncul di hadapannya, rasa takut, kesal, dan benci itu mendadak muncul?
Belum sempat Khansa melangkah jauh, tiba-tiba sebuah tangan menahan lengannya.
"Khansa...," suara khas Jaka memanggil nama perempuan itu. Sudah lama Khansa tidak mendengarnya. Lama sekali. Tapi, kali ini suaranya terdengar bergetar.
Khansa diam, masih belum berbalik. Air matanya di ujung pelupuk mata nyaris tumpah. Dia sedang menahannya, tapi tidak bisa.
"Maaf."
Dari sekian banyak kalimat yang Jaka pikirkan, akhirnya hanya kata 'maaf' yang bisa terucap. Pikirannya terlalu kalut untuk bisa menumpahkan seluruh isi hatinya.
Khansa diam dalam tangisnya. Dia masih membelakangi Jaka. Dia takut untuk berbalik. Dia tidak siap melihat Jaka dalam jarak sedekat ini. Dia hanya ingin pulang, menenangkan pikiran—tanpa harus ada distraksi dari makhluk bernama 'Jaka'. Tapi, di satu sisi lain, dia juga masih menginginkan penjelasan. Penjelasan mengapa lelaki itu mendadak menghilang berbulan-bulan setelah mereka menjalankan hubungan jarak jauh. Khansa masih butuh penjelasan itu.
"Ada banyak penjelasan dan alasan. Aku akan ceritain semuanya, Khansa."
Khansa mendadak terdiam. Dia ingin tahu penjelasan itu. Tapi, haruskah ia berbalik—kemudian memandang Jaka dengan wajah yang sudah setengah sembab ini? Khansa malu juga. Tidak. Khansa tidak akan melakukan hal itu.
"Khansa—"
Tiba-tiba, Khansa melepaskan genggaman tangan Jaka dari lengannya. Apalah arti penjelasan jika pada akhirnya tahu bahwa yang Jaka lakukan—dengan menghilang tiba-tiba tanpa kabar—adalah hal yang jahat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Destination S.2
FanfictionㅤKhansa pikir, Jaka berbeda dari laki-laki lainnya. Tetapi ternyata sama saja, kini pergi menghilang―tanpa mau menyisakan kabar. Rasanya ingin menyerah di ambang komitmen yang tidak pasti ini. Tapi entah kenapa hatinya selalu tergerak untuk mencari...