>(3)<

17 1 0
                                    

Setelah selesai makan, Ardhio pun memutuskan untuk segera pulang ke dorm karena sakit kepalanya itu. Ardhio pun bangun dari tempat duduk dan pergi keluar restoran menuju dorm. Sesampainya di dorm, Ardhio mencoba merilekskan kepalanya yang sakit. Dia mengusapkan minyak kayu putih ke kepalanya lalu membaringkan tubuhnya hingga ia ketiduran.



"Tolong Dhio, tolong, tolong, t............."



Ardhio pun terbangun dan hari sudah mulai malam. Ia memimpikan hal yang sama lagi. Ardhio bingung dan heran kenapa mimpi itu selalu mendatanginya saat tidur. Ardhio pun mencuci mukanya yang terlihat sedikit pucat dan kepalanya sudah tak terasa sakit lagi. Setelah itu, Ardhio memutuskan untuk keluar mencari makan malam. Ia menemukan toko ramen yang terdekat karena ia belum terbiasa makan-makanan Korea. Setelah selesai makan malam, ia langsung pulang ke dorm untuk persiapan kuliahnya besok. Hari pertama sebagai mahasiswa pertukaran, ia harus melakukan yang terbaik, jangan sampai melakukan kesalahan yang bisa berakibat fatal. Setelah mempersiapkan segala sesuatu untuk besok, Ardhio pun memutuskan untuk langsung tidur karena tidak ingin kesiangan esok hari.


"Tolong Dhio, to.............................."


Ardhio terbangun pada subuh hari dan dia terbangun dengan mimpi yang sama lagi. Ardhio merasa ada sesuatu yang tidak beres semenjak dia menginjakkan kaki di Korea ini. Tetapi Ardhio tidak mau ambil pusing memikirkannya karena saat ini dia hanya fokus untuk program pertukaran pelajar ini. 

Waktu menunjukkan pukul 07.30 pagi. Ardhio pergi membersihkan diri, memakai seragamnya, merapikan rambut, lalu sarapan pagi agar ia tidak kekurangan stamina. Lalu, ia pun berangkat ke kampus. Waktu yang ia takuti pun tiba, masa pengenalan lagi serta bertemu orang baru lagi. Mulailah ia masuk ke kelas pertamanya pada program ini. Ia grogi karena ini pertama kalinya ia masuk di kampus Korea, walaupun sudah kuliah di Jepang, tetap saja rasa groginya akan lingkungan baru terus ada. Ia bersama dosen pembimbing bahasa Korea (karena Ardhio masuk jurusan bahasa) membuka pintu kelas dan masuk ke dalamnya. Semua mahasiswa/i di sana menatap Ardhio dengan tatapan yang bermacam-macam. 

"Pagi anak-anak, perkenalkan ini Ardhio, mahasiswa dari Jepang yang sedang dalam program pertukaran pelajar dengan kampus kita. Silakan perkenalkan dirimu." Pak Kim Seok Hyun mempersilakan Ardhio untuk memperkenalkan dirinya di depan yang lain.

"A-annyeongh-haseyo semuanya, nama s-saya Ardhio. Saya dari Universitas Kagoshima. Saya berasal dari Indonesia. Saya berharap kalian semua menerima s-saya di sini." Ucap Ardhio yang terbata-bata karena grogi menghadapi orang baru.

Ardhio pun dipersilakan duduk dikursi kosong yang ada di belakang. Semua mahasiswa/i di situ terlihat ada yang senang, tidak peduli dan macam-macam reaksi lainnya. Setelah duduk, seorang mahasiswa di sebelahnya mengajaknya mengobrol.

"Hei bro, mau main basket gak ntar pas istirahat?" Kim Dae Joon menepuk bahunya dan mengajak Ardhio. Ardhio ragu karena dia sudah jarang sekali main basket. Terakhir kali ia main sekitar 4 tahun lalu saat berada di Indonesia dan saat itu ia berumur 19 tahun. Dan di Jepang, ia sudah jarang bermain basket.

"Boleh." Jawab nya dengan ragu.

"Oke bro."






>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>






Waktu istirahat tiba, semua mahasiswa/i bebas beristirahat apa dan dimana saja. Menepati janjinya, Ardhio pergi bersama Dae Joon untuk bermain basket. Ardhio tak tahu kenapa Dae Joon tiba-tiba saja mengajaknya bermain basket, padahal baru pertama bertemu. Sesampainya di lapangan, Dae Joon mengajak one by one dengan Ardhio. Ardhio pun bingung, dia mengira akan bermain tim, tapi tampaknya Dae Joon ada niat yang lain. 

"Hey, kau mau tidak? Apa jangan-jangan kau seorang pecundang ya." Ledek Dae Joon yang meremehkan Ardhio.

Mendengar ucapan Dae Joon, mahasiswa lain di sana bersorak kepada Ardhio.

"Hey, kalau kau benar-benar seorang lelaki, lawanlah."

"Hey, pecundang, mungkin dia penakut."

Setelah mendengar semua sorakan yang dituju padanya, Ardhio berubah sifatnya yang menjadi tegas dan sedikit emosi.

"Baiklah, ku terima tantangan mu." Jawab Ardhio dengan memasang muka yang sedikit emosi tetapi ia tahan.

Pertandingan dimulai, Dae Joon sengaja memain-mainkan Ardhio dengan mendribble bola dengan banyak gaya. Tetapi dengan mudah Ardhio mensteal bola dan mengambil alih. Dae Joon kesal dan berusahan merebut bola kembali. Tapi, kemampuan basket Ardhio masih ada dan dia dengan mudah shoot dan masuk. Ardhio pun menunjukkan kemampuan bermain basketnya dan membuat mahasiswa/i yang menonton terkagum. Ardhio membantai Dae Joon dengan skor 19-0. Dae Joon pun kelelahan dan mengakui kekalahannya. Ia pun meminta maaf kepada Ardhio karena sudah meremehkannya, karena dia tidak terlalu suka dengan mahasiswa asing dan selalu memandang rendah. Ardhio pun dengan senang hati memaafkannya. Dan mulai saat itu, lagi-lagi Ardhio dikagumi di kampusnya, padahal dia sekadar mahasiswa pertukaran, tetapi Ardhio sangat senang. Dan Dae Joon pun menjadi teman karibnya selama berkulaih di sana. 





















Part 3, moga suka.

Subject 26v19Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang