Prolog

817 92 5
                                        

Derap langkah siswa siswi SMA Kejora terdengar tak beraturan. Riuh piuh menyatu dari setiap sudut sekolah. Yang lama tak bercanda, akhirnya berjumpa. Yang lama tak bertemu, berpelukan melepas rindu.

Libur kenaikan kelas telah berlalu. Sebagian siswa siswi mulai berhambur mencari kelas masing-masing, namun sebagian masih setia menunggu sambil makan di kantin.

Di depan mading, seorang gadis dengan rambut yang diikat satu sedang kebingungan mencari namanya. Kondisinya ramai, desak-desakan, hingga sesak napas. Gadis itu ingin keluar, namun ia belum menemukan namanya tertera di mading. Jadi, ia tak tahu ia masuk di kelas mana.

Sret

Tiba-tiba, tubuh Lisya—gadis yang sedari tadi kebingungan—ditarik mundur oleh seseorang. Lisya tersentak. Beruntung, akhirnya ia bisa keluar dan menjauh dari kerumunan itu.

Lisya menghela napas lega. Ditatapnya orang yang tadi menariknya, Gean. Lisya tersenyum lalu menundukkan sedikit kepalanya sebagai tanda terima kasih.

"Kenapa lo gak cari gue aja?" Gean bertanya, sedangkan Lisya menggeleng sebagai jawaban.

Gean membuang napas berat. "Tadi gue udah cek, kelas kita ternyata beda. Gue di XI IPA 2, lo di IPA 3."

Lisya terdiam. Jujur, ia sedikit kecewa mendengar perkataan Gean.

"Gapapa, kita masih bisa ketemu, kok. Ayo, gue anter ke kelas."

Gean menautkan tangannya pada tangan Lisya. Lisya suka perlakuan manis dari lelaki itu. Ralat, Lisya menyukai semua tentang lelaki itu.

Akhirnya, Lisya dan Gean berjalan beriringan. Tatapan gadis-gadis tak lepas dari mereka. Wajar, Gean adalah lelaki idaman sekolah. Pintar, tampan, tegas, jago main basket, siapa gadis yang tak terpana padanya?

Dan itu masalahnya, tak ada satupun gadis yang tak kagum pada Gean. Hal itu membuat Lisya sedih harus berpisah kelas dengan Gean di kelas 11 ini. Tak apa, setidaknya kelasnya dan kelas Gean berseberangan. Toh, saat kelas 12, mereka akan sekelas lagi nantinya.

Gadis Kaktus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang