Malam Berdarah

23 4 1
                                    


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kau tidak bisa menghidupkan yang mati.

Kau tidak bisa hidup selamanya.

Tak semua penyakit bisa kau sembuhkan.

Tak semua luka bisa kau tutup.

Namun dengan batu ini, aku harap kau menemukan caranya.

-J

P.S kau perlu Sakti yang banyak, ada seseorang dengan rambut biru bisa membantumu.

Selamat bersenang-senang :)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

***

Wesfal, Imperial Mystika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wesfal, Imperial Mystika. Di Suatu Gang antar Bangunan.

Di suatu malam di kota kecil Wesfal. Malam yang tenang dan sepi seperti malam lainnya. Bulan bersinar dengan terang tanpa dihalangi awan, dingin malamnya musim semi terasa hingga ke tulang, memaksakan orang-orang untuk terburu-buru pulang ke rumah mereka. Untuk bercengkrama dengan keluarga serta menghangatkan diri dan bersiap untuk menghadapi esok hari. Tidak ada yang aneh terjadi pada malam ini, kecuali bau darah yang tajam dari suatu gang antar bangunan.

"Pergi! Kalian berdua! Selamatkan diri sendiri" perintah Gale selagi tergeletak di atas genangan darahnya sendiri. Kepada seorang gadis berumur 20-an dan pamannya.

Mereka adalah orang yang Gale dan timnya harus lindungi, tapi sekarang karena keadaan sangatlah genting, mereka harus melanjutkannya sendirian.

Pertama sang paman ragu-ragu, tapi melihat wajah keponakannya yang ketakutan, dia tahu bahwa dia harus meninggalkan mereka demi keponakannya. "Baik..." balas sang paman, berlari selagi memegang tangan keponakannya. Tidak pernah melihat ke belakang lagi, hanya keponakannya saja yang melihat merasa berat meninggalkan mereka yang tugasnya melindungi dia dan pamannya.

"Kalian juga..." tambahan Gale dengan lemasnya kepada kedua temannya, Dirga dan Tris sedang berdiri di depannya, badan penuh dengan luka sayatan, jaket mereka penuh dengan robekan dan bekas terbakar. Tapi mereka tetap berdiri, tidak berlari. Mereka tidak mungkin meninggalkan salah satu dari mereka dengan begitu saja. Mereka berhadapan dengan kabut putih yang tebal seakan-akan semua itu artifisial, menunggu seseorang dari balik kabut itu dengan cemasnya.

Berjalan dengan tenang menembus kabut, seorang pria muncul dengan memproyekan udara mengancam di sekitarnya. Jubah hitam serta jaket wind breaker dia kenakan, umurnya terlihat sudah lebih dari setengah abad, semua itu terlihat dari rambutnya yang mulai memutih dan menipis. Dia memiliki luka sayatan di pipi dan tatapannya tenang namun menyeramkan.

Legenda est ArasinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang