Bahkan saat awal pertemuan kita, aku sudah merasakan getaran hebat di hati ini
"Kartika Aurelia"●●●
Aurel sedang berada di halte sekolah-nya ia menunggu angkutan umum, namun tak kunjung datang,
Aurel menghembuskan nafas-nya kasar, bangaimana mungkin ini sudah jam 5 sore tapi angkutan umum tidak kunjung datang,
Ia terus menunduk mengamati jam tangannya berkali kali, hingga beberapa menit kemudian, sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depannya,
Aurel mengangkat kepala-nya memperhatikan mobil di hadapannya, ia tak tahu siapa pemilik-nya, hingga beberapa menit kemudian si pengemudi membuka kaca mobil-nya,
Alangkah terkejutnya Aurel melihat orang itu,
"Bapak yang tadi ketabrak sama saya kan?"
"Sa sa saya minta maaf pak, saya tidak bermaksud untuk menabrak bapak" kata Aurel dengan ter bata bata
Sumpah ia takut sangat takut, apakah dia akan di hukum, bagaimana inii,
"Gapapa" jawab bapak itu singkat
"Haa? Bapak ga bakalan hukum saya kan? Pliis jangan yaa, saya baru aja masuk sekolaah masa harus udah di hukum, lagian saya kan udah minta maaf" ucap Aurel panjang lebar,
"Oke" ucapnya singkat jelas padat
"Makas...
Baru saja Aurel akan berterimakasih, namun nerpotong oleh guru itu, hmmm
"Kamu mau sampe kapan diem diisitu? Sekarang udah hampir magrib loh, ga mau pulang?" Kata-nya
"Ah, yaa saya mau pulang tapi angkutan umumnya belum ada" ucap Aurel
"Mau ikut?" Tanya gurunya itu
"Hah? Boleh pak?" Tanya aurel yakinkan
"Iya" jawab guru itu
"Aku ikut ya pak" jawab aurel sambil berlari kecil menuju pintu mobil
Kemudian Aurel duduk di kursi sebelah pengemudi, aurel memasang sitbelt, kemudian gurunya itu melajukan mobilnya,
Aurel menatap guru-nya itu dengan seksama, jantung-nya tak berhenti berdetak dengan cepat
Hening..
"Ekhemm" Aurel berdehem guna menghilangkan rasa canggung
"Btw bapak guru di sekolah aku?" Tanya Aurel
"Tidak, saya tidak mengajar di sekolah kamu" jawabnya
"Trus bapak tadi ngapain di sekolah?" Tanya Aurel
"Tadi saya mewakili Ayah saya, ayah saya kepala sekolah di sekolah kamu" jawab guru-nya,
"Oh ya? Nama bapak siapa?" Tanya aurel
"Nama saya Davin, namamu?" Tanya-nya
"Nama saya, Kartika pak"
Guru-nya menatap Aurel sebentar, kemudian sedikit tersenyum
YOU ARE READING
M A R E T : Jawaban Sebuah Penantian
JugendliteraturTernyata benar, Maret-ku dan Maret-nya berbeda Maret yang kumiliki adalah Maret yang terberat. Selamat! Maret Kaliini akan menjadi Maret-ku yang paling berat. Sebagian cerita di ambil dari kisah nyata.