Sebelas ; nyaris saja

22.1K 2.6K 271
                                    


Yuk, ketemu om Bara dulu yaa, biar besok ketemu Manzalita. Suami yg lagi ngidam biar istirahat dulu yess, eikee belom ngetik bebsss wkwkwkk

Happy reading yaa

"Tante nggak tahu mau ngomong apa lagi selain terima kasih banyak, ya, Di," Rike menghaturkan rasa harunya sambil membagi perhatian pada putranya yang tengah terbaring sakit, juga pada sesosok wanita muda yang tersenyum begitu hangat padanya. "Bara memang manja kalau sakit, cuma Tante heran aja, kenapa kali ini kelewat banget manjanya."

"Tahu tuh!" Rajata masih menampilkan wajah kesal. "Sakit semua badan gue. Gara-gara ngebopong dia," sunggut Raja dongkol.

"Nggak masalah, Tante. Kebetulan, aku juga mau pulang tadi. Dan nggak sengaja ngelihat Raja yang kesusahan menangani Bara."

Jadi ceritanya, suhu tubuh Bara semakin meningkat sore tadi. Dan karena Rajata adalah adik yang baik, maka ia memiliki inisiatif dengan membawa kakak laki-lakinya itu ke rumah sakit. Susah payah ia berhasil memasukan Bara ke dalam mobil. Lalu melaju kencang membelah jalanan.

Sialannya, begitu mereka sampai di parkiran rumah sakit, Bara mendadak berulah. Persis seperti Nadi ketika tantrumnya kumat, Bara menolak melangkah. Merasa sok kuat padahal lemah, Bara akhirnya tersungkur ke tanah. Beruntungnya, mereka tak jadi tontonan orang-orang. Begitu dibantu oleh beberapa petugas medis, Bara kembali melayangkan penolakan. Bersikeras ingin pulang, Bara mengancam Rajata dengan mengatakan akan menyetir sendiri bila Raja tidak mau mengantarnya ke rumah.

Sudah mengumpat berkali-kali, Rajata akhirnya mendesah lega ketika seorang wanita menghampiri mereka. Mengatakan mengenal orangtuanya, dan pernah bertemu Bara beberapa kali di rumah sakit ini juga.

Lalu entah mendapat ilham darimana, Bara yang setengah sadar malah meminta wanita tersebut untuk memeriksanya di rumah saja. Menariknya paksa, hingga mau tak mau wanita itu benar-benar turut serta.

Namanya Diandra, seorang dokter spesialis anak dengan senyum ramah yang sampai ke mata. Telah berada di tengah-tengah keluarga Bara dengan seorang rekannya yang berprofesi sebagai dokter umum yang ia mintai pertolongan untuk memeriksa Bara.

Dan Diandra inilah yang sebenarnya ingin dikenalkan Rike secara khusus pada anak keduanya. Sepertinya, semesta benar-benar merestui. Hingga mempertemukan Bara kembali dengan Diandra diwaktu yang menurut Rike teramat tepat.

"Kalau begitu, aku permisi dulu, ya, Tante?" pamitnya sopan.

"Eh, biar di anter Raja aja, ya, Di?"

"Nggak perlu Tante, aku ikut sama Tere ke rumah sakit," dokter itu menyebutkan nama temannya yang berada di sebelah. "Mobilku masih di sana."

"Aduh, maaf banget ya, jadi ngerepotin kalian," Rike benar-benar merasa tak enak. "Nak Tere juga, masa nggak mau dibayar, sih? Tante jadi nggak enak."

"Kebetulan aku kenal Megan, Tante. Dan beberapa kali juga pernah main ke barnya Bara. Jadi, nggak masalah, Tan."

Ah, kenapa sih kebetulan-kebetulan itu, kini terasa begitu pas di situasi ini? Rike membatin senang.

Dan ketika kedua dokter itu berpamitan, Rike mengantarkan mereka ke bawah. Ia memiliki misi lain saat ini.

"Di," ia terus menggandeng lengan Diandra dengan senyum penuh pengharapan. "Kalau nanti, Tante minta nomor handphone kamu ke Mama kamu, boleh 'kan?"

Kening Diandra berkerut. "Buat apa ya, Tan?"

"Buat Bara," senyum Rike terpatri kalem. "Boleh?"

***

TERIKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang