PROLOG

1.9K 106 8
                                    

" Ibu, bagaimana bisa Chandra bertahan di dunia yang kejam tanpa kehadiranmu disisiku? "- Mahesa Chandra Nandini-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


" Ibu, bagaimana bisa Chandra bertahan di dunia yang kejam tanpa kehadiranmu disisiku? "
- Mahesa Chandra Nandini-

🌻 🌻 🌻

Ruangan berukuran sembilan meter persegi nampak sepi, hanya terdengar suara gemersik dari baling-baling kipas angin yang menemani pemuda yang sedang duduk bersandar di kursi sembari melipat kedua tangan di depan dada.

Pemuda itu sudah cukup jenggah dengan kegiatan yang ia lakukan selama menunggu, sudah hampir satu jam namun seseorang yang di tunggu juga tidak menampakan batang hidungnya, baginya hal yang paling di benci adalah menunggu.

Pemuda itu melangkahkan kaki jenjangnya ke arah jendela besar yang menghubungkan pada bangunan besar khas ibu kota, ia memperhatikan ke lantai bawah dan menjumpai banyak kendaraan beroda empat berseliweran di jalan raya, laki-laki itu sampai tak sadar bahwa kini mendung menutupi keindahan hamparan langit yang seharusnya berbalut bias orange, langit Jakarta hari ini sesekali menampakan kilatan, lagi-lagi yang bisa dilakukan pemuda itu hanya mendesah panjang. Pemuda itu benci hujan, tapi ia begitu menyukai bau petrikor, baginya bau petrikor begitu menenangkan seperti layaknya ia didekap oleh pelukan sang ibu.

Bayangan sang ibu tiba-tiba pergi setelah seseorang membuka pintu dengan kasar, membuat pemuda itu tersentak, tidak ada senyum manis yang terpatri diwajah seorang wanita yang akan memasuki usia senja. Madam Anne, beliau menjabat sebagai wali kelasnya.

Ya, pemuda itu lagi-lagi mendapat panggilan dari wali kelasnya dikarenakan skandal pencurian dompet beserta isinya yang hampir menyentuh angka sepuluh juta rupiah. Kalian pasti bertanya-tanya anak SMA kok bisa dapat uang segitu banyak wajar, kah? Tentu sangat wajar sekali mengingat sekolah ini paling elit di daerah tempat Chandra tinggal, tempatnya sangat strategis tepat dipertengahan kota, apalagi skandal dompet hilang ini milik seorang puteri yang mendonasikan kekayaannya di sekolah ini, lengkap sudah macam jatuh terus masih tertimpa tangga.

" KAMU LAGI, KAMU LAGI!! SAMPAI KAPAN KAMU AKAN BERUBAH, CHANDRA?!!" Tanya Madam Anne sambil mencondongkan tubuh ke depan, menatap Chandra seolah tatapan yang ia tuju pada anak itu, seperti layaknya belati yang ia arahkan tepat dijantungnya.

Pemuda berpawakan tinggi menjulang, memiliki bola mata coklat tua dan berambut hitam legam itu hanya menunduk pasrah, lidahnya kelu hanya untuk mengucap satu kata. Ia bahkan masih terkejut jika dirinya dituduh mencuri dompet milik temannya.

Madam Anne yang geram dengan tingkah Chandra yang hanya diam, ia memberanikan diri untuk melayangkan pukulan tepat di kepala Chandra dengan sebatang rotan, "Jujur, aku sudah tidak sanggup lagi mendidikmu, dulu aku tidak ingin mengeluarkan dirimu karena aku merasa kasihan kepada Ibumu, Ibumu yang bekerja sebagai tulang punggung keluarga demi anak tak tahu diri seperti dirimu!. Sungguh sangat menjijikan sekali!"

Mendengar kata-kata sarkas dari mulut Madam Anne membuat Chandra mengangkat wajah, bola mata pemuda itu bersiteru tegang dengan mata nyalang milik Madam Anne. " APA? KAU TIDAK TERIMA PADA PERKATAANKU? KAU SUDAH BERANI MELAWANKU?!" Seru Madam Anne.

BETTER DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang