#5 : SOSOKNYA DIPELUK SEMESTA, KEHILANGAN-NYA NYATA...

341 41 0
                                    

Pemakaman nenek kini benar-benar sudah selesai, tidak ada lagi sosoknya yang bergelut dengan peralatan dapur, tidak ada lagi senyum teduh terpatri di wajah penuh keriputan namun memancarkan kenyamanan, dan tidak ada lagi usapan dikepala dengan petuah yang selalu menghiasi telinga Chandra.

Chandra berjalan keluar dari kamar miliknya dengan langkah gontai, membuka pintu ruang kamar nenek, sepi, itulah yang ia rasakan saat ini. Ia membiarkan lututnya luruh beradu dengan lantai yang dingin, seperti hatinya saat ini, mentarinya telah pergi bersama sosoknya.

Ia harus menerima suatu kenyataan, bahwa sang nenek telah dipeluk semesta, tidak akan ada lagi sosoknya yang akan membuatkan sup dipagi hari dengan secangkir teh rosella kesukaanya, tidak ada lagi suara gelak tawa yang memenuhi ruang tamu,dan tidak ada lagi suara pisau beradu dengan telenan di dapur ketika pagi hari tiba,  benar-benar sosoknya telah pergi, kini kehilanganya terasa begitu nyata.

Di malam yang dingin ini Chandra membiarkan air matanya mengalir deras dari bendungan yang telah susah payah ia kepung, mengeluarkan sesak di dada yang selama ini ia tahan untuk berusaha tegar. Namun, nyatanya ia justru terluka. Hatinya lagi-lagi mendapat sayatan baru diruang yang baru juga.

“ Bang Chandra...”

Chandra menoleh ketika namanya disebut, bersamaan dengan suara derit pintu yang telah termakan usia, sehingga menimbulkan deritan yang memekakan telinga. Sosok laki-laki mungil itu muncul dari balik pintu, ia cukup terkejut melihat sosok Chandra yang memeluk sudut ranjang dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti.

Biru dengan segera memeluk tubuh Chandra erat, laki-laki itu juga sama halnya dengan Chandra, beradu derai air mata. Malam yang sunyi dan kelabu untuk dua anak remaja yang hatinya sedang terluka.

“ Lo, tau gak? Gak ada yang paling pedih, daripada kehilangan sosok Ibu yang telah mengandungmu malah justru memilih untuk membuang dirimu, dan kini sosok nenek yang selalu berada disisiku-pun memilih untuk pergi menyusul suami dan juga anak sekaligus ayah bagiku.” Ucap Chandra dengan suara parau disela-sela pelukan.

Biru dengan tangan mungilnya, hanya mampu mengusap punggung lebar Chandra, berharap usapannya itu mampu menghantarkan ketenangan, dan benar saja usapannya mampu membuat laki-laki itu berhenti menangis.

Kini malah justru Biru yang menangis meraung-raung setelah melihat foto keluarganyabdan juga nenek saat berlibur satu bulan yang lalu dan juga ada foto dirinya berada diatas meja nenek, foto dengan bingkai berukuran sedang itu menampakan dirinya bersama nenek Ranti. Foto yang ia ambil sebulan lalu ketika berada di hutan pinus mangunan.

“ Nenek orang baik, kan, Bang? Tuhan pasti sayang banget sama nenek, makanya nenek dijemput sama malaikat utusan Tuhan buat kembali ke Surga.”

Chandra menganggukan kepala, mengiyakan pernyataan Biru.

“ Nenek itu udah kayak Bunda kedua bagi Biru. Disaat orang-orang sekitar justru memilih tidak suka kehadiran diriku, bahkan ayah dan juga saudara-saudara Biru.”

Chandra sempat terkejut, apakah yang dimaksud Ayahnya itu Ayah Arya. Tapi kenapa? Bukannya dari pembawaannya ia terlihat baik dan juga bijaksana.

“ Bundaku lebih memilih seseorang yang amat ia cintai, buah hatinya. Bunda bertahan sekuat tenaga mempertaruhkan nyawa agar sang putera dapat melihat indahnya semesta, ketimbang sayang sama nyawanya. Iya, Bunda lebih memilih seorang Biru Arundati, dan itu aku.” Biru memberi jeda sejenak untuk mengatur napas, “Aku lahir pada usia kandungan ke-32 minggu, berbeda dengan saudara-saudara Biru lainnya yang lahir dengan kondisi sehat dan normal, sedangkan ketika Bunda mengandung Biru, Bunda harus menahan kesakitan pasalnya bunda mengidap penyakit toksemia dan dokter mengharuskan operasi caesar,”

BETTER DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang