ADA YANG KANGEN GAA?
Hari ini tapak alas tengah mengayuh pedal sepeda. Adimarga berupa gang-gang sempit dilalui oleh banyaknya tiap insani berlalu lalang memenuhi aktivitas. Rupa-rupa sedang apa, ke arah mana, dan siapa saja menjadi destinasi mereka.Ibu satu anak sedang menyusuri padatnya jalan lengang tak jadi namun ramai setia menemani. Saat panasnya sang Raja menyorot bumi pertiwi, dijadikannya peluh membanjiri di dahi. Pasalnya suhu sedang tak main-main bekisar tigapuluh tujuh derajat menerpa kulit manusia. Ah, sudah seperti demam saja...
“Bu, Bayu boleh ambil yang ini? Buat Mas Bagas juga,” ujar Bayu manakala mereka t’lah tiba pada deretan boga berjajar rapi di swalayan.
Mustika menggariskan lekuk bibir terpatri menatap malaikat menggemaskan. Mengangguk sebagai bukti nyata bahwa mengiakan apa kata Bayu baru saja. Lantas, hasta mungil itu mulai meletakkan tiga bungkus makanan ringan untuknya dan saudara.
Bicara soal Santika dan Bagaskara, keduanya memilih untuk singgah sejenak di hunian sahaja milik adik kandungnya. Waktu itu malam sudah menjemput dan berlalu lalang di pelataran akasa. Mau tidak mau demi keselamatan mereka, Mustika dengan kebaikan hatinya menyuruh kakak ipar untuk menginap sejenak. Apalagi saat keduanya hendak pulang, guyuran tirta semakin deras bak tumpah ruah dari penguapan yang menjadi buliran tangis milik langit kota.
Mustika dan Bayu terus berkeliling tuk mencari kebutuhan bulanan, serta hendak menjamu tamu yang saat ini tengah menunggu di hunian. Mengambil sabun cuci, makanan ringan, mie instan, bumbu penyedap dan juga tambahan lainnya.
“Ndang, Nduk. Milih sing ndi? Mengko mbah sing atene bayari.”
(Cepat, Nak. Mau pilih yang mana? Nanti kakek yang akan bayar)
Wanita cantik bersurai panjang ini menoleh bersamaan si rambut cepak bernama Bayu ke sumber suara. Mereka mendapati seorang kakek yang tengah menemani cucunya di dekat mereka berpijak. Lelaki tua tersebut menawarkan pada sang Cucu, hendak memilih makanan ringan apa yang ingin dikehendakinya?
“Totalnya lima puluh ribu, Bu.” Mustika tersadar dan mulai mengeluarkan beberapa lembar kenikmatan dunia dengan cekatan.
Sedang gadis kecil yang sepantaran Bayu itu memberikan sebatang coklat kecil pada sang Kasir. “Mau yang ini...”
Melihat itu, hasta puan secantik Dewi Sekartaji terulur untuk mengambil sebatang coklat milik si Adiwarna. Diberikannya pada Mbak-mbak kasir seraya berkata, “Mbak, belanjaan saya dijadikan satu aja sama coklatnya ini.”
Tuan yang sudah berumur pun sempat terhenyak atas perilaku Mustika baru saja. Menatap bagaimana ada seseorang yang tidak dikenal tiba-tiba berbuat baik kepadanya meski dengan hal kecil seperti ini. Bapak tua dan cucu gadisnya melukis senyum tatkala Ibu Bayu menambahkan. “Ini... es krim buat si Cantik. Dimakan, ya...”
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Malam | Jake
Fanfiction[Lini masa lalu Kediri] ❝ Tidak seperti namanya, ia lebih dari lentera malam ❞ Teruntuk lelaki pantang sumarah, dan papakerma marcapada, Bahuraksa nol dua. Teruntuknya, banyolan semesta dan segala isi bumi raya, Bayu Renjana... ✧ ft. 제이크 ENHYP...