16. Jerat Pikiran Manusia

243 40 6
                                    

Happy reading and happy weekend!

Saban dina dalam simpang siur kata, penggal ujaran melalui celah pigura kerapkali dipertanyakan adanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saban dina dalam simpang siur kata, penggal ujaran melalui celah pigura kerapkali dipertanyakan adanya. Berpikir bahwa semua yang dikatakan benar atau tidaknya, kejelasan, maupun segelintir bukti konkrit yang 'katanya' ada.

Pernah Wulan bertanya-tanya mengapa ia harus hidup dalam lingkar suram di antara bunga-bunga? Mengapa tidak hidup dalam lingkaran yang seharusnya ia ada?

Sekar, kusuma, kembang, dan rupa-rupa bunga adalah ciptaan elegi paling sakit untuk ia alami sendiri.

Seperti bunga contohnya. Ia cantik, mampu memikat hati yang melihatnya, dan siapapun akan tertarik dengan semua yang ada pada dirinya. Namun mengapa takdir itu tidak berpihak padanya?

Wulandari Sekar Hanggini, nama pemberian orang tuanya yang sangat ia kagumi.

Bermaknakan nona bulan bagai indahnya ladang bunga yang anggun seperti sang empu.

Tetapi apa? Sama saja.

Nama 'Sekar' tak berlaku sebagaimana 'bunga' pada umumnya. Jika diibaratkan, bunga miliknya adalah yang terburuk. Tidak menarik, sehingga membuat orang pergi tanpa lagi menilik. Emosi, keki, benci adalah perpaduan yang cukup ironi.

"Wulan pulang..." ujarnya lirih seraya memasuki rumahnya. Kaus kaki dan tas punggung masih merekat di dua bagian tubuhnya itu. Surai hitam pegam sang taruni bersimbah keringat lantaran pulang dengan jalan kaki.

Hening, suara tak lagi mengisi gendang telinga yang ingin mendengar seruan ibu mengucapkan selamat datang.

Langkahnya lunglai beserta suasana ramai di hati yang tak lagi damai. Ia masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri dan mengistirahatkan raganya yang lemas berjalan jauh dari tempatnya menimba ilmu. Namun lelahnya puan tersebut digantikan rasa nyaman saat mengingat obrolannya bersama teman barunya, Bayu.

Ah, entahlah.

Tapi ia merasa nyaman berada di dekat pemuda itu. Bocah cilik yang setahun lebih muda sungguh bisa membuatnya tenang. Tidak seperti temannya yang ada, ketika imbalan yang diberikan jauh lebih besar tanpa penghalang. Kekuasaan dan kekayaan. Dua hal itu ingin Wulan raih apapun caranya.

Maka mulai dari hari ini, ia sungguhan untuk menghalalkan segala cara agar mendapatkan banyak teman dan atensi penuh perhatian terhadap dirinya sendiri.

Perlahan ia keluar dari ruang petak, eksistensinya terpusat kepada salah satu ruang dengan banyak pemikiran liar bergelimang dalam kepala Wulan. Kemudian... ia tersenyum asimetris.

 ia tersenyum asimetris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lentera Malam | JakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang