BAB 4: Amarah Davin

31 4 5
                                    

"Ehm, ini enak si... Cuman kayaknya kurang smooth aja gitu Sab"

"Halah, kamu sok chef banget kritiknya"

Senyum manis Davin yang begitu khas, mengembang bebas didepan Sabina. Mereka, sedang duduk di ruang tamu rumah keluarga Devan, disana Devan hanya memakai boxer sepaha dengan kaus hitam nya ber design kan, Hiu.

"Iyadong, harus.. Biar kamu tambah pinter lagi bikin kue nya" Tambah Davin

Sabina berdesis "Iya deh iya"

Davin mengigit kembali brownies buatan Sabina yang dibawakan special untuk dirinya juga Ibu nya. "Mau aku panggilin ibu engga Sab?"

Sabina mengangguk "Yaudah, tapi kalau masih ngaji jangan dipanggil"

Davin mengacungkan jempol, kemudian ia beranjak bangun dari sofa coklat nya berjalan hendak kekamar sang ibu.

'Kreek..

Pintu Kamar Ibu Dian, ibu Davin terbuka akibat Davin mendorongnya. Seketika ia terdiam disana, melihat sang ibu yang masih tertutup dengan mukena putihnya, dan terduduk di sajadah merah disamping kasurnya.

Ibu, tengah berdzikir sepertinya.

"Bu" Panggil Davin, lembut

Dian menoleh "Ono opo, Vin"  katanya dengan logat jawa nya

"Ada Sabina didepan, dia bawain Brownies, ibu mau?" Tawar Davin

Dian bangun dengan tubuhnya yang sedikit menggendut. "Sek, ibu tak lipet sajadah, biar ibu temuin sabina nya aja"

Davin mengangguk, ia membiarkan ibunya melipar sajadah, sambil menunggu ia melihat sekitar kamar Ibunya, yang bernuansa Jawa dan sederhana.

Dian memutuskan untuk tetap memakai mukena nya sebagai penutup kepala, kemudian ia bersama sang anak bergiring menuju ruang tamu.

"Weleh weleh.. Sabina.. Malem malem main kerumah jagoan ibu, Ndak ngerepotin ta?" Sapa Dian, seraya memeluk Sabina erat.

Sabina terkekeh "Enggak ibu, Sabina yang pengen kesini"

Senyum Dian wanita paruh baya cantik mampu membuat Davin terhenyuh seketika, seperti biasanya.

Memang Dian adalah Cinta pertama sang Anak Jagoannya. Davin Angkasa

Dian sudah teralihkan Dengan hangat dan lembutnya obrolan yang dihantarkan oleh Sabina. Tak kala, Davin menjadi manusia pendiam diantara dua perempuan itu.

Davin tak mencari kesibukkan dengan ponsel yang ditaruh dimeja nya. Ia hanya mengamati, obrolan mereka mengenai apapun yang membuat Senyuman dua wanita itu mengembang hingga menjadi Indah dimata Davin.

"Iyo Sabina, itu si Hadi murid ibu, haduh nakalnya ga karuan.. Tapi ada aja, alasannya untuk nakalnya.. Heran ibu makanya" Kata Dian, seorang Guru di Sekolah Menengah Pertama.

Sabina menerima nya dengan Tawa

"Tapi hari guru kemarin, dia tuh yo nduk, nangis lho depan ibu.. engga tega, ibu nya mungkin yang nasihatin si Hadi" Kata Dian lagi, sangat nyaman bercerita pada Sabina.

"Iya bu, dia tobat banget hehehehe"

Davin bersender badan di punggung sofa "Pasti Hadi, lagi caper tuh bu sama anak cewe"

Dian menepuk paha anaknya disamping "Hush, Engga boleh gitu lho.. Dia nangis beneran lho Vin"

Davin berdesah pelan "yaudah deh iya bu, ini Brownies Sabina ga dicobain lagi... Makan lagi bu, biar dia ga masuk angin. Udah malem udara dingin" tutur Davin

CASSANOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang